Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Fakta Coati Hidung Putih, Betina Mengusir Jantan Setelah Kawin 

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/LarissaGomez)

Coati hidung putih merupakan mamalia kecil yang tersebar dari Arizona tenggara melalui Meksiko, dan Amerika Tengah hingga ke Kolombia Barat dan Ekuador. Hewan dengan nama ilmiah Nasua narica ini merupakan anggota dari Procyonidae. Oleh karena itu, coati hidung putih berkerabat dengan rakun. 

Coati hidung putih menempati berbagai jenis habitat yang berbeda. Mereka dapat hidup di dataran rendah tropis hingga hutan kering di dataran tinggi. Simak fakta lainnya mengenai hewan ini, yuk!

1. Corak putih pada hidung

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/Hobbyfotowiki)

Coati hidung putih memiliki warna rambut cokelat keabu-abuan dengan warna perak di sisi lengannya. Wajahnya memiliki corak putih di dekat ujung hidung, sesuai dengan namanya. Coati hidung putih memiliki kaki depan yang lebih pendek dibandingkan kaki belakangnya. Kaki depannya juga memiliki cakar yang bengkok. Hewan ini memiliki ekor panjang yang akan tegak ketika berjalan. Ekor panjang ini digunakan coati sebagai penyeimbang ketika memanjat.

2. Moncong panjang dan meruncing

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/cello caruso-turiello)

Coati hidung putih memiliki moncong yang panjang dan meruncing. Terdapat banyak reseptor sensorik di sekitar hidungnya yang membuat hewan ini memiliki penciuman yang sangat baik. Terdapat pula banyak otot di sekitar hidungnya yang memungkinkan ujung moncong coati sangat fleksibel. Ujung moncong ini biasanya mereka gunakan untuk menyodok tanah dan celah-celah tumbuhan untuk mencari mangsa.

3. Mencari makan pada siang hari

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/Charles J. Sharp)

Coati jantan terkadang aktif di malam hari, tetapi coati hidung putih pada umumnya merupakan hewan diurnal atau aktif di siang hari. Sebagian besar waktu siang hari dihabiskan coati berada di tanah untuk mencari makan, sedangkan saat malam hari dihabiskan di puncak pohon untuk beristirahat. Selain untuk beristirahat, coati juga akan kawin dan melahirkan di atas pohon.

4. Para betina dan anak yang hidup berkelompok

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/BNP-CR506)

Individu jantan coati hidup menyendiri dan menandai wilayah mereka dengan aroma. Ketika menandai wilayah, coati jantan akan menyemprotkan urine, menyeret perut di tanah, serta menyekresikan aroma dari dubur. Wilayah kekuasaan antar jantan tidak akan tumpang tindih, dan mereka akan bertarung ketika saling bertemu. 

Coati hidung putih betina umumnya hidup dalam kawanan yang terdiri dari 4–20 individu, yang mencakup jantan di bawah usia dua tahun serta beberapa betina, yang belum tentu berkerabat. Kelompok ini sangat bermanfaat, salah satunya untuk melindungi anak-anak coati dari predator. Para coati akan berkomunikasi antara satu dengan lainnya menggunakan suara seperti kicauan, gerutuan, serta dengusan.

5. Jantan diusir dari kawanan setelah kawin

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/Jean Ogden Just Chaos Photography)

Coati hidung putih merupakan hewan dengan sistem perkawinan poligami. Ketika musim kawin, pada bulan Februari hingga Maret, jantan dominan akan diizinkan masuk ke dalam kawanan betina. Jantan akan ikut dalam aktivitas kawanan, seperti grooming atau saling membersihkan tubuh satu sama lain. Setelah jantan diterima anggota kawanan, maka jantan ini akan kawin dengan semua anggota betina dewasa. Namun setelahnya, jantan dominan ini akan diusir karena dapat membunuh anak-anak dalam kelompok. 

6. Berpisah dari kawanan saat melahirkan

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/Kaldari)

Periode kehamilan coati hidung putih betina terjadi selama 77 hari. Sekitar 3–4 pekan sebelum melahirkan, betina akan meninggalkan kawanan untuk membangun sarang di atas pohon. Individu betina akan melahirkan 2–7 anak dan akan tinggal selama beberapa pekan di sarang. Anak-anak coati akan sepenuhnya bergantung pada induknya, dan induk betina coati hanya akan meninggalkan sarang sesekali untuk mencari makan. Induk dan anak coati yang sudah berumur 5 bulan akan turun dari sarang dan kembali bergabung dengan kelompok mereka. 

7. Pemakan serangga dan buah

Coati hidung putih (commons.wikimedia.org/Terry stone)

Coati hidung putih adalah hewan omnivora dengan makanan utama berupa serangga. Mereka dapat menempuh jarak hingga 2 kilometer dalam sehari untuk mencari makan. Coati akan mendekati moncong ke tanah dan mengendus-endus untuk menemukan kumbang, laba-laba, kalajengking, semut, rayap, kelabang, bahkan kepiting darat. Ketika sedang musim buah, coati juga akan memakan buah-buahan. Terkadang hewan ini juga akan mencari vertebrata kecil, seperti tikus, kadal, dan katak untuk dimakan. 

Proses makan pada coati hidung putih ternyata bermanfaat bagi ekosistem. Karena merupakan pemakan serangga dan buah-buahan, coati berperan dalam ekosistem sebagai pengendali populasi serangga dan dapat menyebarkan benih dari buah yang dimakan. Selain itu, ketika coati mencari makan dengan memindahkan tanah menggunakan hidungnya, coati berperan dalam aerasi tanah, yaitu membuat rongga udara bagi tanah sehingga dapat menyerap air dan nutrisi. Keren juga ya hewan yang satu ini.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fiti Aigaka
EditorFiti Aigaka
Follow Us