Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenya

Ketahui profil risiko sebelum pilih strategi

Medan, IDN Times- Berinvestasi pada pasar saham masih menjadi tren bagi para investor millennial. Setelah membuka rekening saham di perusahaan sekuritas dan menyetorkan dana deposit di bank tempat membuka yang disebut sebagai Rekening Dana Nasabah (RDN), investor dapat langsung memulai bertransaksi saham.

Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara (Sumut), Muhammad Pintor Nasution mengatakan ada dua strategi investasi yang bisa dipilih oleh investor di pasar modal, yaitu strategi fundamental dan strategi teknikal.

"Tetapi sebelum memilih salah satu atau kedua strategi ini, sebaiknya setiap investor harus membekali diri dengan ilmu pasar modal dan mengetahui profil risiko masing-masing. Hal ini bisa dilakukan dengan menjawab sejumlah pertanyaan untuk mengindentifikasi profil risiko," ujarnya, Selasa (14/6/2022).

"Pertanyaan ini biasanya diberikan saat investor mengisi formulir  pembukaan rekening efek di perusahaan sekuritas. Ada tiga tipe profil risiko, yaitu konservatif, moderat dan agresif," tambahnya.

1. Tipe konservatif

Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenyaIlustrasi investasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Pintor menjelaskan tipe konservatif adalah tipe investor yang tidak terlalu berani mengambil risiko, atau memiliki toleransi risiko yang paling rendah. Investor jenis ini biasanya tidak bersedia mengalami kerugian di atas 20 persen dari modal investasi.

"Karena tidak berani menerima risiko yang besar, investor konservatif harus bersedia mendapatkan keuntungan investasi yang relatif lebih rendah di kisaran 7 - 10 persen," ujarnya. 

2. Tipe moderat

Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenyaPixabay.com/Rawpixel

Kemudian, ada tipe moderat. Tipe ini merupakan tipe investor yang memiliki kecenderungan menerima toleransi risiko di antara tipe konservatif dan tipe agresif. Artinya, investor moderat bisa menerima toleransi risiko hingga kehilangan separuh dari modal, dengan potensi keuntungan atau return yang menengah antara 10 - 15 persen.

Baca Juga: Kasus Vaksin Kosong, Puluhan Nakes Aksi Solidaritas untuk Dokter Gita

3. Tipe agresif

Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenyaIlustrasi investasi. (IDN Times/Arief Rahmat)

Sementara itu, tipe agresif adalah tipe investor yang berani menanggung risiko, dengan potensi mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar juga. Artinya siap dengan investasi jangka panjang, juga investasi jangka pendek yang mengandung risiko besar.

"Investor jenis ini juga siap jika mengalami potential loss atau kerugian dari seluruh modal yang ditanamkan, asalkan memiliki potensi mendapatkan keuntungan yang berlipat dari modal," kata Pintor. 

4. Strategi investasi fundamental cocok untuk investor konservatif

Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenyaIlustrasi investasi (IDN Times/Sukma Shakti)

Pintor menuturkan, strategi investasi fundamental cocok untuk investor konservatif dan moderat, walaupun investor agresif yang bersedia berinvestasi jangka panjang juga bisa memilih strategi ini. Selain jangka waktu investasi yang panjang, yaitu di atas 5 tahun untuk meminimalkan risiko volatilitas harga, strategi ini juga merujuk pada fundamental perusahaan.

"Fundamental perusahaan tercermin dari kinerja keuangan perusahaan. Sebelum memilih saham yang hendak dibeli, investor fundamental menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Terdapat beberapa rasio yang dapat digunakan untuk menilai valuasi suatu perusahaan, diantaranya adalah  PER (price earnings ratio) dan PBV (price to book value)," ucapnya. 

5. Strategi teknikal, lebih cocok untuk investor bertipe agresif

Strategi Investasi Saham untuk Millennial dan Tipe-tipenya(IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, untuk strategi teknikal, lebih cocok untuk investor bertipe agresif. Karena, strategi ini bersifat  jangka pendek  dan tidak  perlu memperhatikan  kinerja keuangan perusahaan. Jenis strategi ini mengacu pada pergerakan harga saham dalam jangka waktu harian, jam, bahkan hitungan menit. Sehingga keuntungan bisa saja  terealisasikan pada periode yang relatif singkat.

"Namun karena tidak melihat pada  faktor fundamental, melainkan berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, terdapat risiko kerugian yang besar pula, karena rentan dimainkan oleh para  spekulan. Ketika sebuah saham tiba-tiba mengalami kenaikan harga, bisa jadi bukan karena kinerja perusahaan yang membaik,  melainkan karena ada sekumpulan spekulan," ujar Pintor. 

Investor yang memilih strategi teknikal harus aktif memantau perdagangan saham setiap waktu untuk meminimalisir risiko. Hal ini dikarenakan investor perlu segera mengambil keputusan investasi atas pergerakan harga sahamnya. Sebaliknya, investor dengan strategi fundamental bisa lebih tenang, karena investasinya diperuntukkan untuk jangka waktu panjang. 

Baca Juga: Mengenal Ikutin, Startup Komunitas Investasi Pertama Buatan Anak Medan

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya