Cerita Pembalap Drag Bike Medan Membangun Mimpi di Dunia Balap

Ada yang pernah jadi joki balap liar 

Medan, IDN Times - Ajang balapan sepeda motor Drag Bike, merupakan ajang ekstrim dan bergengsi yang memicu adrenalin. Dari sini para peserta mengawali mimpinya terjun ke dunia balap.

IDN Times berkesempatan untuk bertemu dengan peserta pemenang kelas Sanmori dan juga pemenang di ajang kompetisi Drug Race and Drag Bike di Lanud Soewondo Medan yang digelar Minggu (18/9/2022). Bagaimana persiapan mereka hingga berhasil jadi juara? Simak berikut rangkuman ceritanya.

1. Doni ingin jadi pembalap sejak duduk di kelas 4 SD

Cerita Pembalap Drag Bike Medan Membangun Mimpi di Dunia BalapSuasana balapan di Lanud Soewondo Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Doni Pratama (21) sebagai peraih juara 1 kelas Sanmori Non pembalap (yang bisa diikuti siapa saja untuk para pemula) mengatakan alasannya ikut karena suka dunia balap. Sejak duduk di kelas 4 SD dan bermimpi dapat menjadi pembalap kelas dunia.

Kemenangan yang diraih Doni berdurasi 8 detik, dengan menggunakan sepeda motor ninja RR, 155 cc standar berwarna biru.

“Alhamdulillah bahagia. Gak nyangka juga. Mudah-mudahan, ke depannya bisa lebih baik lagi saya dalam kelas sanmori ini,” ucapnya.

Doni sehari-hari berkecimpung dalam dunia otomotif, tepatnya mekanik di bengkel Alinlo Service dan bengkel servis Svespa Matic Medan.

Untuk kesiapannya, Doni mengakui sangat detail mempersiapkan kelengkapannya mulai dari sarung tangan, helm, hingga latihan.

“Latihannya untuk cara melepaskan startnya. Karena kalau kita lepas start di 2 tak ini kompling harus dijaga kalau gak, bisa standing atau berbahaya nantinya,” ucap pria asal Tebing Tinggi ini.

Doni mengatakan, orangtua sempat tak mengizinkan untuk mengikuti balapan dikarenakan khawatir. Namun, seiring waktu, dia mendapat lampu hijau.

“Kalau dulu gak boleh. Ya sekarang minta doa restu. Mereka bilang hati-hati,” katanya.

Baca Juga: 7 Motor Paling Dikenang Valentino Rossi Selama Balap Moto GP 

2. Harus merogoh kocek Rp4 juta untuk kelengkapan balap

Cerita Pembalap Drag Bike Medan Membangun Mimpi di Dunia BalapYanto Kancil, peserta Drag Bike di Lanud Soewondo Medan (IDN Times/Indah Permata Sari)

Hal yang sama juga dirasakan oleh Yanto Kancil yang meraih peringkat 3. Meskipun sudah biasa mengikuti kompetisi, namun biasanya di urutan 5 dan 6.

“Baru kali ini mendapat juara 3, udah senang kali lah pokoknya,” kata Yanto yang menggeber sepeda motor ninja RR tahun 2009 berwarna merah.

Yanto akui untuk mengikuti ajang kompetisi bergengsi ini, dirinya memiliki persiapan khusus untuk kelengkapan, seperti sepatu, sarung tangan, baju, dan helm.

“Semuanya habis sekitar Rp4 juta lebih,” ucapnya.

Kalau untuk fasilitas motor telah disiapkan oleh temannya satu tim. Yang nantinya juga mendapat bagian jika pemain menang.

Yanto mengatakan alasan dirinya mengikuti ajang kompetisi ini adalah demi hobi. Meskipun jarak tempuh dari Kabanjahe, Tanah Karo ke Kota Medan lumayan jauh baginya tidak masalah. "Demi hobi, apapun ku kejar. Jadi ikut lah aku lomba ini,” ucapnya.

Ia mengaku bahwa kegiatan sehari-hari juga terjun dalam dunia otomotif.

“Kerja bengkel mekanik, di Kabanjahe,” tuturnya Yanto yang aktif mengikuti ajang ini di Kota Medan.

Target Yanto ke depan dapat bertahap bisa menang hingga jadi juara 1. 

Yanto mengakui dirinya pernah ikut balap liar di asalnya, Kabanjahe dengan membawa sepeda motor Kawasaki Ninja 2 tak dan RX King dengan jangka waktu 2 tahun. Namun dia akhirnya melirik balapan resmi karena lebih safety.  

“Syukurnya, hambatan atau kendala belum ada sama sekali. Untuk jatuh dan lainnya mudah-mudahan tidak,” ujarnya.

3. Sepeda motor yang dipakai pembalap dibangun dari nol

Cerita Pembalap Drag Bike Medan Membangun Mimpi di Dunia BalapDoni Pratama peraih juara 1 kelas Sanmori dan Job Leonardo Sinulingga sebagai owner sepeda motor (IDN Times/Indah Permata Sari)

Sementara itu, Job Leonardo Sinulingga selaku owner atau pemilik sepeda motor ninja yang dipakai Yanto Kancil (peserta kelas Sanmori) bercerita soal motor yang dibangunnya. Leonardo sendiri merupakan pembalap mobil Honda Jazz (drag race) namun kini sudah pensiun. Ia akhirnya memilih untuk dapat memfasilitasi temannya yang hobi di dunia balap motor kelas Sanmori.

“Dulu memang dikasih orangtua fasilitas mobil. Lalu saya mikir dan keluar dari zona nyaman dan cari uang sendiri, saya beli kereta (sepeda motor). Tapi memang saya tidak ingin balap liar. Kalau saya sendiri saya tidak berani untuk balap sepeda motor ini, karena tak pandai seimbangkan atau dalam mengontrolnya,” ucap Leonardo.

Untuk kesiapan membangun sepeda motor, ia mengatakan dilakukan secara bertahap mulai dari nol hingga bisa terbentuk saat ini.

“Kita sesuaikan dulu kelas apa yang bisa untuk barang-barang motor ini masuk. Dibangun dari nol. Jadi kalau dibilang bangun ini sama seperti rumah,” jelasnya.

Ia mengatakan untuk membangun sepeda motor Ninja RR ini mengeluarkan uang berkisar Rp45 juta. Nantinya ke depan Leonardo akan membangun lagi sepeda motor standar.

“Kalau memang sepeda motor bawa rezeki, tidak bakal saya jual. Tapi kalau mentok begitu saja saya jual. Baru bangun standar cuma beda kelas lagi dia,” katanya.

Sepeda motor Ninja RR milik Leonardo sudah ke-5 kalinya mengikuti ajang kompetisi, dan pernah tiga kali menang.

“Pertama Sanmori juara 4, lalu juara 2, dan ini juara 3,” tutupnya.

Baca Juga: Mengenal BBM yang Dipakai Mobil Balap F1, Gak Jauh Beda dengan di SPBU

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya