Perlukah Ada Polisi Lagi untuk Pengamanan Sepak Bola di Stadion?
Dari Diskusi IWO Medan "Kanjuruhan Malang yang Malang"
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times- Tragedi di Stadion Kanjuruhan usai duel Liga 1 Arema FC kontra Persebaya pada 1 Oktober 2022 lalu menjadi peristiwa memilukan yang menyedot perhatian dunia. Dari data terbaru 131 orang meninggal dunia dan ratusan lain luka-luka.
Sorotan mengarah kepada gas air mata yang ditembakkan polisi ke berbagai arah setelah adanya sejumlah suporter yang masuk ke lapangan. Apalagi bertentangan dengan regulasi FIFA untuk mengendalikan massa.
Koordinator KontraS Sumut, Rahmat Muhammad mengatakan polisi menggunakan kekuatan yang berlebihan untuk pengendalian massa di stadion.
"Penggunaan kekuatan harus ada necesitas. Seimbang atau gak. Proporsional gak ancamannya. Kita lihat di stadion gak ada yang terancam, yang di tribun kebanyakan gak turun. Itu sebuah perbuatan yang keji. Ada 42 ribu di stadion, ratusan meninggal dan luka. Mereka pastinya akan mengalami trauma. Jangan-jangan besok aku mati di situ, di stadion. Itu akan lengket di ingatan kita, termasuk yang di sini," kata Rahmat dalam diskusi bertajuk "Kanjuruhan Malang yang Malang" di Kofie Meong, Rabu (5/10/2022) malam yang digelar Ikatan Wartawan Online (IWO) Medan.
Baca Juga: Tragedi Kanjuruhan, Gubernur Edy Minta PSSI Patuhi Statuta FIFA
1. Polisi tak usah ikut mengamankan pertandingan sepak bola lagi
Menurut Rahmat solusi saat ini adalah tak perlu lagi pakai polisi untuk pengamanan stadion. Kalaupun ada lebih baik tidak ditempatkan di dalam.
"Sebagus-bagusnya gak usah lagi ada polisi untuk mengamankan di stadion. Pakai saja stewart seperti pertandingan di luar negeri. Polisi di luar saja. Silakan pakai SOP huru hara itu di luar stadion. Kalau polisi mau mengamankan mereka harus punya kapasitas. Pengendalian massa itu konteksnya huru hara di luar stadion. Kalau konteksnya unjuk rasa dan ricuh, dipakailah gas air mata untuk membubarkan. Di dalam stadion bubarnya orang ke mana. Cukup gak pintu-pintu keluar darurat orang terdampak? Pengamanan bermasalah, jalur keluarganya gak ada.Aturan FIFA ini sudah disoalisasikan ke kepolisian, ini malah diacuhkan. Fatal aturan itu tidak ditempatkan di tempat yang tepat," bebernya.
Rahmat juga meminta siapapun aparat yang bertugas saat itu dihukum. "Sampai sekarang tidak ada statemen polisi siapa yang bertugas di Kanjuruhan akan dipidana. Beda dengan pernyataan Panglima TNI yang menyebutkan anggotanya yang terlibat akan dipidana," bebernya.
Sementara itu Bobi Septian yang merupakan mantan pentolan suporter PSMS dan terlibat dalam panitia penyelenggara pertandingan PSMS sebagai media officer mengatakan culture sepak bola di Indonesia berbeda dengan di luar negeri. Maka, akan sulit jika pengamanan tidak memakai aparat kepolisian.
"Saya pikir kita tidak siap dengan itu (tanpa polisi). Budaya kita beda di sini. Kita pernah pakai stewart dari OKP. Tapi yang ada apa? dilawan sama suporter," bebernya.
Menurutnya yang terpenting saat ini setiap kepolisian menjalankan instruksi khusus untuk pengamanan stadion. Dan itu langsung dari Kapolri hingga bisa turun ke setiap polres hingga polsek.
Baca Juga: Dari Medan untuk Kanjuruhan, Aksi Lilin hingga Tabur Bunga Suporter