Cerita Rakyat Batak Angkola yang Banyak Dikenal Masyarakat
Ada kisah Na Mora Pande Bosi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Cerita rakyat Batak Angkola diambil dari minimnya fakta sejarah dan peninggalan yang mulai kabur. Akibatnya, alur penyebaran nenek moyang pada daerah tersebut tidak dapat terdeteksi dengan baik.
Cerita dari masyarakat dipadukan dengan sejarah Kerajaan Batak Kuno. Yuk simak:
Baca Juga: Kisah Mistis Kursi Mr. Robert di Mess PTPN 4 Pabatu, Pindah Sendiri
1. Na Mora Pande Bosi
Na Mora Pande Bosi adalah orang yang memilih mundur untuk menyelamatkan nyawanya. Namun, dia adalah seorang pahlawan dari negeri Bugis.
Malaka telah jatuh ke tangan Portugis, satu-satunya cara, dia harus melewati jalur darat Labuhan Ruku sampai Negeri Baru. Daeng Mela, yang juga merupakan nama sapaannya bercerita tentang keahliannya dalam kerajinan besi kepada seorang raja bernama Hatongga.
Daeng Mela juga pandai dalam hal konstruksi atau membuat barang-barang yang bermanfaat, seperti cangkul, bahkan tombak. Dengan keahlian itu, beliau sampai membuat kagum seisi kampung, sekaligus Raja Hatongga.
Sang raja ternyata memiliki seorang adik bernama Lenggana. Direstuinya sang pahlawan untuk menikah dengan sang adik dan akhirnya diberi marga Lubis. Maharnya sederhana, yakni tiga helai kain tenun yang digunakan untuk keperluan bertani. Setiap kebutuhan, dari rumah hingga tanah telah disediakan oleh raja.
Mereka melahirkan dua anak berparas kembar yang dinamai Sutan Bugis dan Sultan Berayun. Suatu ketika, sang suami pergi berburu ke Hamaya Tinggi yang dikenal sebagai tempat angker dan jauh.
Tiba-tiba dia bertemu dengan seorang gadis penyumpit, kemudian terpesona. Tidak pula disangka, mereka berdua menikah dan membuat heboh Raja Hatongga yang langsung bergerak, mencari Daeng Mela ke mana-mana. Sampai ketika gong sakti dibunyikan, Na Mora Pande Lubis kembali pulang dengan keris tanpa sarung.
Ternyata, dia telah memiliki anak lagi bernama Langkitang dan Baitang. Namun, dua anak itu diusir dan akhirnya pergi ke Singengu, yakni pegunungan tinggi. Di sana, salah satu anak, yaitu Langkitang menyumpahi supaya keluarga Daeng Mela punah. Demikian sumpah tersebut didengar oleh Mpu Mula Jadi Nabolon dan keturunan Lubis tidak bisa diteruskan lagi.
Baca Juga: 8 Satwa Terancam Punah yang ada di Taman Nasional Gunung Leuser