2 Mahasiswa Belgia Sharing Ilmu soal Primata di Conservation Talk

Conservation Talk digelar oleh Voice of Forest

Medan, IDN Times – Kekayaan alam Indonesia masih terancam dengan berbagai potensi kerusakan. Pembalakan liar, pertambangan, perburuan satwa dan tindakan eksploitatif lainnya masih terus terjadi.

Sejumlah primata di dunia masuk ke dalam daftar satwa terancam punah. Salah satunya adalah orangutan sumatra, sebagai satwa eksotis.

Konservasi menjadi upaya yang harus dilakukan untuk melindungi satwa yang memiliki DNA nyaris mirip dengan manusia ini. Namun bagaimana upaya konservasi bisa masif dilakukan jika tidak ada yang mau melakoninya?

Direktur Yayasan Suara Hutan Indonesia Mirza Baihaqie mengatakan, konservasi bisa dilakukan dengan berbagai cara. Keterlibatan kaum millennial sangat dibutuhkan untuk terus mendorong upaya konservasi.

"Milenial tentunya punya kekuatan yang lebih. Upaya konservasi bisa digaungkan melalui kampanye yang lebih masif. Kita bisa Bersama-sama mencari solusi dari permasalahan yang terjadi di dunia konservasi," kata Mirza membuka sesi Conservation Talk, Jumat (26/5/2023) malam.

Baca Juga: Kisah Nek Sari, Bisa Naik Haji Berkat Berkebun di Pekarangan Rumah

1. Pemahaman konservasi untuk milennial harus digeber

2 Mahasiswa Belgia Sharing Ilmu soal Primata di Conservation TalkVoice Of Forest menggelar Conservation Talk, Jumat (26/5/2023) malam. Forum ini menjadi media para millennials untuk meningkatkan pemahaman tentang konservasi. (Dok: VoF)

Mirza menjelaskan, keterlibatan millennials dalam upaya konservasi harus dibarengi dengan peningkatan pemahaman. Bagi Voice of Forest, ini menjadi hal yang utama.

Untuk menggeber peningkatan pemahaman itu, VoF mulai menggelar diskusi bertajuk Conservation Talk. Sebagai permulaan, VoF menghadirkan sejumlah pemateri yang selama ini fokus pada primata. Mulai dari Founder Yayasan Orangutan Sumatra Lestari - Orangutan Information Centre (YOSL OIC), Liez Van Baarle dan Bert Wolput.

Keduanya adalah mahasiswa jurusan Biologi, University of Antwerpen, Belgia. Keduanya saat ini tengah melakukan penelitian tentang perilaku primata di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Diskusi terbatas itu, diikuti belasan mahasiswa dari sejumlah universitas di Kota Medan. “Diskusi ini kita adakan sebagai media untuk berbagi pengetahuan. Selain sebagai upaya menggalakkan upaya konservasi,” kata Direktur Voice of Forest Mirza Baihaqie.

“Diskusi ini kita adakan sebagai media untuk berbagi pengetahuan. Selain sebagai upaya menggalakkan upaya konservasi,” ujarnya.  

Kata Mirza, diskusi ini menjadi pemanasan dari Kelas Konservasi yang akan digelar nantinya. Mirza ingin, diskusi berharap, forum diskusi ini menjadi agenda rutin untuk kaum millennial memahami tentang pentingnya konservasi satwa dilindungi.

2. Panut Hadisiswoyo: Saya ingin, banyak orang muda yang menjadi aktivis lingkungan

2 Mahasiswa Belgia Sharing Ilmu soal Primata di Conservation TalkFounder YOSL-OIC Panut Hadisiswoyo bercerita tentang pentingnya peran millennials dalam perlindungan orangutan sumatra. Hal itu disampaikannya dalam Conservation Talk yang digelar Voice of Forest, Jumat (26/5/2023) malam. (Dok Voice of Forest)

Dalam kesempatan itu, Panut Hadisiswoyo menjelaskan banyak soal pentingnya orangutan bagi keberlangsungan ekologi. Karena orangutan menjadi pemencar biji yang efektif di dalam hutan.

"Saat ini orangutan terancam dengan berbagai kondisi. Habitat mereka tertekan dengan degradasi hutan yang masih terus terjadi. Belum lagi perburuan dan perdagangan satwa yang masih kita temukan," kata Panut.

Panut juga memandang, upaya konservasi harus terus digaungkan oleh para millennial. Para kaum muda, harus menjadi figur pembela lingkungan.

“Milenial harus punya perbedaan. Tidak hanya sekedar bernarasi. Namun harus berbuat langsung untuk konservasi. Saat ini kita butuh generasi muda yang lebih independen. Powerful dalam melakukan advokasi terhadap lingkungan. Saya ingin, banyak orang muda yang menjadi aktivis lingkungan,” ujar Panut.

3. Lize Van Baarle: Kita harus tetap mengedukasi orang lain tentang kebaikan hutan dan seisinya

2 Mahasiswa Belgia Sharing Ilmu soal Primata di Conservation TalkMahasiswa jurusan Biologi, University of Antwerpen, BelgiaLiez Van Baarle (kiri) dan Bert Wolput (kanan) mahasiswa jurusan Biologi, University of Antwerpen, Belgia berbagi pengalaman penelitian terkait primata. (Dok: Voice of Forest)

Dalam kesempatan itu, Lize Van Baarle juga memaparkan penelitiannya terkait perilaku primata. Dia tengah meneliti bagaimana keterkaitan antara perilaku satwa dengan manusia. Lize juga kagum ketika melihat orangutan. Bagi dia, orangutan memiliki keunikan tersendiri dibanding primata lainnya.

“Setelah kami melihat orangutan, kami menyadari satwa ini sangat perlu untuk kita lindungi. Saya belajar banyak dari orangutan,” kata Lize.

Lize juga memberikan motivasi kepada para peserta yang hadir. Dia kembali menekankan soal pentingnya mempertahankan eksistensi satwa liar. Apalagi yang sudah masuk dalam status terancam punah.

“Cara yang paling baik memberikan pengaruh adalah dengan membagi ilmu yang kita miliki. Sehingga orang yang tidak memahami konservasi, menjadi tahu. Kita harus menggalakkan pengetahuan kenapa hutan itu penting bagi kita. Jadi poinnya, kita harus tetap mengedukasi orang lain tentang kebaikan hutan dan seisinya,” katanya.

Sementara itu, Bert Wolput juga merasa senang selama melakukan penelitian di Sumatra Utara. Dia mengakui mendapat sambutan hangat selama berada di Sumatra Utara. Dia berharap hasil penelitiannya bisa berguna untuk konservasi satwa.

“Kami mendapat hasil yang cukup memuaskan selama melakukan penelitian tentang primata di Sumatra Utara. Khsusunya orangutan,” pungkas Bert.

Baca Juga: AJI Dorong Mekanisme Perlindungan Holistik Bagi Jurnalis Jelang Pemilu

Topik:

  • Arifin Al Alamudi

Berita Terkini Lainnya