TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terperosok ke Dalam Celah Kayu, Gajah Eropa Mati

Eropa mengalami disorientasi karena EEHV

Proses evakuasi gajah Eropa sebelum dinyatakan mati pada 30 April 2023. (Dok BBTNGL)

Langkat, IDN Times – Gajah bernama penanda Eropa tiba-tiba tidak pulang ke kandangnya di Conservation Response Unit (CRU) Tangkahan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Di malam itu, para mahout sempat mencari gajah berusia 8 tahun itu.

Namun karena hari sudah larut, mereka melanjutkan pencarian pada pagi harinya. Petugas bersama masyarakat kemudian melakukan pencarian. Eropa ditemukan.

Setelah mendapat perawatan, Eropa akhirnya mati pada Minggu 30 April 2023. Beberapa bagian tubuhnya diambil untuk diteliti.

Kepala Bidang Wilayah III Taman Nasional Gunung Leuser Palber Turnip, mengungkap cerita bagaimana proses evakuasi Eropa, hingga dia dinyatakan mati. Simak selengkapnya.

Baca Juga: Proyek Lampu Gagal, Bobby Minta Kontraktor Kembalikan Rp21 Miliar

1. Gajah Eropa terjebak di celah kayu tua

Proses evakuasi gajah Eropa sebelum dinyatakan mati pada 30 April 2023. (Dok BBTNGL)

Eropa merupakan gajah jinak yang lahir pada September 2015 di CRU Tangkahan dari indukan Olive. Eropa kemudian diadopsi oleh Uni Eropa.

Palber menceritakan, Eropa menhilang pada 11 April 2023. Eropa tidak pulang ke kandang. Para mahout kemudian mencarinya.

Mereka mencari Eropa hingga dini hari. Tapi Eropa tidak juga ditemukan.  

“Kemudian paginya kita cek lagi ke beberapa lokasi. Ditemukan dia di celah kayu yang sudah lapuk. Kondisi kayu rebah. Celah itu, semakin ke bawah semakin tertutup (sempit). Sehingga dia tidak bisa ke luar dari situ,” kata Palber, Selasa (9/5/2023).

2. Proses evakuasi berjalan dramatis

Proses evakuasi gajah Eropa sebelum dinyatakan mati pada 30 April 2023. (Dok BBTNGL)

Celah kayu yang menghimpit Eropa cukup sempit. Sekitar tujuh jam dia terperosok di sana hingga akhirnya ditemukan. Kondisi ini juga menyulitkan proses evakuasi. Tim gabungan kemudian memotong kayu yang menghimpit. Eropa kemudian ditarik dari dalam.

Lokasi Eropa ditemukan cukup susah dijangkau oleh dokter hewan. Tim kemudian memindahkannya ke titik terdekat. Evakuasi melibatkan gajah jinak lainnya. Eropa ditarik menggunakan tali oleh gajah.

“Kemudian diobati di situ. Tapi karena, lokasinya cukup jauh untuk dicapai dokter hewan, maka setelah beberapa hari kita turunkan lagi ke bawah. Dengan alat sederhana yang kita buat di sana,” ungkap Palber.

Medan yang curam juga menambah sulit evakuasi. Di medan yang curam, tim yang terdiri dari 30 orang juga bahu membahu mengevakuasi Eropa. Karena medan itu tidak bisa dilalui gajah. “Kita turunkan dia perlahan. Hingga kita bawa ke titik paling dekat dari kandangnya,” kata Palber.

“Kemudian kita berupaya melakukan pengobatan, memulihkan kondisinya,” kata Palber.

Dari hasil amatan sementara, diduga kuat Eropa mengalami masalah pada kakinya. “Terjerembab itu mungkin disebabkan kaki kanannya ada keseleo, mungkin lenbih parah ada tulang yang tergeser,” katanya.

3. Tim sempat membuatkan alat bantu supaya Eropa bisa berdiri

Gajah Eropa saat masih berusia 2 bulan. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Kata Turnip, kondisi gajah yang terjerembab cukup fatal. Karena, kata dia, jika terlalu lama tidak bergerak, bisa memicu kematian. Ini juga yang membuat mereka memiliki ide membuat alat bantu berdiri untuk Eropa.

Mereka menggunakan alat sederhana dari kayu dan terpal sebagai rompi gajah. Rompi itu rencananya ditarik menggunakan katrol.

“Kita upayakan supaya dia bisa dikatrol dari atas untuk menggerakkan kakinya. Rompi buatan itu sudah jadi. Tapi setelah dua tiga hari, dia mati,” ungkapnya.

Sejak ditemukan 11 April 2023, Eropa mendapat perawatan intensif. Dia terus diberikan makanan hingga vitamin.

4. Gajah Eropa terinfeksi EEHV

Gajah Eropa saat masih berusia 2 bulan. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Palber mengatakan, Eropa adalah gajah berkebutuhan khusus. Dia terinfeksi Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV). Virus mematikan itu menyerang gajah berusia anak dan remaja.

Gajah Eropa dinyatakan terinfeksi EEHV setelah dua tahun kelahirannya. Karena EEHV itu, Eropa menjadi disorientasi. “Dia tidak memahami risiko bahaya, bergerak semaunya,” kata Palber.

Namun, meski terinfeksi, Eropa termasuk memiliki daya ingat yang bagus. Sehingga dia biasanya tahu jalan pulang.

“Walaupun dia gak bersama–sama, gajah yang lain untuk kembali ke kandang, dia tahu jalan pulang. Biasanya akan dikandang lenbih awal dari yang lain. Kalau dia lebih awal, dia juga akan menjemput, teman-temannya untuk kembali bareng – bareng,” kata Palber.

 Sampai saat ini, Palber masih menunggu hasil nekropsi. Dia ingin tahu, penyebab pasti kematian Eropa.

“EEHV ini tidak akan hilang dari tubuhnya. Sama seperti influenza dan lainnya. Dia akan kambuh saat daya tahan tubuhnya menurun,” katanya.

Baca Juga: Wali Kota Bobby Akui 'Lampu Pocong' di Medan Proyek Gagal

Berita Terkini Lainnya