TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tayang Lagi di Bioskop, Bintang Ketjil Cocok Buat Orang Tua Zaman Now

Ada pesan moral sederhana tapi mendalam

IDN Times/Prayugo Utomo

Medan, IDN Times -Tepuk tangan penonton menggema di salah satu studio bioskop di kawasan Jalan Gagak Hitam, Kota Medan, Selasa (3/9). Padahal film yang ditonton hanyalah berlatar hitam putih.

Namun, pesan yang disampaikan film itu sangat mendalam. Sepanjang film diputar, emosi bercampur aduk. Perasaan dibuat mengharu biru.

Film berjudul ‘Bintang Ketjil’ yang diputar kepada sekitar 200 orang penonton. Sangat lawas. Film itu digarap pada 1963 oleh sutradara Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran. Keduanya adalah tokoh industri film di Indonesia.

Bintang Ketjil, kini sudah direstorasi. Kualitasnya diperbaiki oleh Pusat Pengembangan Perfilman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dari sisi tampilan sudah cukup baik ketimbang dokumen aslinya yang sudah mengalami kerusakan.

Medan menjadi kota ketiga Bintang Ketjil diputar. Sebelumnya film ini sukses diputar di Jakarta dan Yogyakarta.

Baca Juga: Jadi Wulan di Film Gundala, Ini 10 Potret Ayu Transformasi Tara Basro

1. Peran Maria Umboh, Suzy Mambo dan Nana Awaludin pukau penonton

IDN Times/Istimewa

Di dalam Bintang Ketjil, penonton bakal dipukau oleh peran tiga tokoh utama. Ada Maria Umboh sebagai Maria, Susi  Sudrajat sebagai Susi dan Nana Awaluddin sebagai Nana. Maria sendiri adalah anak Wim Umboh.

Maria digambarkan sebagai seorang anak kecil berusia sekitar lima tahun dari keluarga yang berada. Sedangkan Susi sebaliknya.

Begitu pun Nana. Bocah laki-laki yang ditinggal ibunya meninggal dunia, dan harus mencari penghidupan secara mandiri. Dia berteman dengan bung Mansjyur. 

Peran mereka sangat apik meskipun masih di usia anak. Ketiganya kini sudah berusia sepuh. Nana yang sempat hadir di Medan masih tampak bugar.

2. Pesan moral kepada orangtua supaya punya lebih banyak waktu kepada anak

IDN Times/Prayugo Utomo

Bintang Ketjil bercerita tentang anak-anak yang jauh dari kasih sayang orangtua. Maria dan Suzy lari dari rumahnya karena ingin pergi kebun binatang. Sesuai janji orangtua yang lebih mementingkan pekerjaan.

“Orang dewasa selalu berbohong,” begitu salah satu quotes dalam film.

Karena orangtua nya selalu berbohong, Maria dan Suzy bertemu dengan Nana. Bocah kecil penyemir sepatu yang punya mimpi membangun rumah untuk kakak dan neneknya.

Mereka terus mengikuti Nana karena menganggapnya lebih memberikan kebahagiaan. Dibantu pula oleh harirnya sosok mantan guru yang diperankan Rd. Ismail.

Hingga akhirnya, Maria dan Suzy dibawa ke Kebun Binatang oleh Pak Guru. Orangtua yang panik melaporkan ke kantor polisi karena merasa anaknya diculik.

Dalam film itu, Wim Umboh ingin menyampaikan pesan agar orangtua tetap memperhatikan anaknya. Sesibuk apa pun itu. Meski digarap 1963 silam, Bintang Ketjil masih sangat relevan untuk kehidupan sekarang.

3. Restorasi Bintang aketjil sangat sulit karena dokumen aslinya rusak parah

IDN Times/Istimewa

Bintang Ketjil kini teraimpan di arsip nasional. Menjadi salah satu artefak yang harus dijaga kondisinya.

Ini juga yang membuat Pusbangfilm lembali melakukan perbaikan. Sebelumnya mereka juga sudah memperbaiki kualitas beberapa film.

Namun mereka harus dihadapkan dengan kerusakan dokumen aslinBintang Ketjil yang cukup parah. Langkah awal yang dilakukan adalah pemulihan kondisi gulungan negatif film. Bekerja sama dengan Render Digital Indonesia.

“Kondisinya rusak karena tidak disimpan dengan baik. Kita ingin kembali melestarikan nilai budaya yang tinggi di dalam film itu,” kata Project Director Render Digital Indonesia Rizka Fitria Akbar usai pemutatan film.

Proses restorasi memakan dana Rp1,4 miliar. Dengan waktu 50 hari. Semua prosesnya dilakukan di Indonesia.

Setelah direstorasi, kondisi film sangat baik. Bintik-bintik khas film jadul hilang. Dari sisi audio juga lebih jernih.

4. Ditayangkan dibioskop seperti masa jayanya dulu

IDN Times/Prayugo Utomo

Pusbang Film memang sengaja menayangkan Bintang Ketjil di bioskop. Bintang Ketjil tidak akan ditemui dalam bentuk DVD atau layanan daring.

“Kita ingin mengembalikam film ini seperti masa jayanya dulu. Di putar di Bioskop,” kata Maman Wijaya, Kepala Pusbangfilm Kemendikbud.

Masyarakat bisa melihat trailer sekaligus perbedaan film setelah dan sebelum direstorasi.

Baca Juga: Wajib Tonton! Ini 6 Hal Penting di Film "Gundala" yang Bikin Takjub

Berita Terkini Lainnya