TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sumut Berduka, Dokter Muda Gugur Dalam ‘Perang’ Melawan COVID-19

Total sudah 7 dokter yang tumbang karena COVID-19

Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Medan, IDN Times – Seorang pahlawan medis kembali gugur karena COVID-19 di Sumatra Utara. Kabar ini menjadi duka warga Sumatra Utara, yang saat ini masih berada di pandemik COVID-19 yang kian meningkat.

Dokter tersebut bernama Dennis. Dia meninggal di Rumah Sakit Siloam, Medan, Rabu 12 Agustus 2020 malam.

Baca Juga: Sumut Berduka Lagi, Dokter Ahmad Rasyidi Gugur karena COVID-19

1. Dennis adalah dokter ketujuh yang meninggal dunia karena COVID-19 di Sumut

Ilustrasi tenaga medis (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Medan dr Wijaya Juwarna juag membenarkan kepada awak media soal kabar tersebut. “Iya (benar) anggota kita kembali gugur karena COVID-19,” ujar Wijaya, Kamis (13/8/2020).

Dari catatan mereka, Dennis adalah dokter ketujuh yang gugur kerena COVID-19. Wijaya sangat prihatin, apalagi Dennis masih terbilang sangat muda.

“Di antaranya 7 dokter di Medan yang meninggal karena COVID-19, d okter Dennis paling muda, usia 32 tahun,” ujar Wijaya

2. Dennis tidak bertugas menangani pasien COVID-19 secara langsung

Petugas kesehatan memberikan pengarahan kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Sehari-hari, Dennis diketahui berdinas di salah satu klinik di Kota Medan. Dia memang tidak menangani pasien COVID-19 secara langsung.

“Saat ini, temannya yang bekerja di klinik yang sama, tengah dirawat di ICU salah satu RS di kota Medan," ujar Wijaya.

Kekhawatiran pun muncul karena tenaga medis yang terpapar semakin banyak. Jika terus meningkat, kondisi ini bisa mengganggu penanganan COVID-19. Wijaya menyarankan  pemerintah memetakan kembali rumah sakit khusus corona dengan non corona

"Jika dinilai satu RS (rumah sakit ) lebih bermakna jika menangani pasien non-COVID-19,  maka RS tersebut tidak boleh menangani pasien COVID-19, begitu sebaliknya," kata Wijaya.

Meski jumlah yang gugur semakin banyak, Wijaya tetap optimis jika tidak ada satu pun dokter yang akan meninggalkan tanggungjawabnya untuk menolong masyarakat.

Baca Juga: Kisah Almarhum Dokter Andhika, Sejak Awal Siap Syahid Melawan COVID-19

Berita Terkini Lainnya