TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PLTA Batang Toru Dianggap Tidak Perlu, NSHE Sebut Mighty Earth Broker

Tuding Mighty Earth ingin ambil alih pendanaan

Sejumlah warga terlihat berjalan di areal proyek PLTA Batangtoru berkapasitas 510 MW (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru berkapasitas 510 MW di Sumatera Utara terus menuai polemik. Penolakan terhadap pembangunan PLTA itu pun terus digulir.

Banyak pihak yang menuding jika PLTA itu mengganggu keberlangsungan habitat Orangutan Tapanuli  (Pongo Tapanuliensis). Bahkan pembangunan juga dianggap merusak hutan.

Belakangan, penolakan pembangunan datang dari David W Brown. Dia saat ini merupakan Principal B2E2 dan Konsultan Asian Development Bank (ADB) dan the Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Dalam pertemuan di Jakarta beberapa waktu lalu, dia mengatakan jika PLTA Batang Toru sebenarnya tidak diperlukan. Karena lebih banyak dampak buruk daripada  manfaatnya.

Belakangan PT North Sumatera Hydro Energi (NSHE) yang membangun PLTA Batangtoru, menjawab tudingan dari David W Brown. Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Emmy Hafild mengatakan jika David adalah orang suruhan Mighty Earth, Non Government Organization (NGO) internasional yang bergerak di bidang lingkungan. Kata Emmy, tudingan yang dikatakan David tidak berdasar.

“Padahal PLN itu sudah bikin Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) dari 2019, semuanya itu ada dan termasuk juga PLTA Batang Toru. Saya heran, katanya kelompok lingkungan. Tapi kok mengatakan bahwa sumber energi yang bisa terbarukan, itu tidak usah dibangun karena sudah ada PLT Gas dan Batubara dan akan memenuhi kebutuhan,” ungkap Emmy dalam pertemuan di Medan, Selasa (18/2).

Baca Juga: Demi Kehidupan Orangutan Tapanuli, Ini 5 Hal yang Dilakukan PT NSHE

1. NSHE sebut Mighty Earth adalah broker pencari keuntungan

Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Emmy Hafild yang juga pernah aktif sebagai Aktivis Walhi (IDN Times/Prayugo Utomo)

Emmy menjelaskan, David juga memakai RUPTL 2018-2028. Padahal pihaknya berdasar pada RUPTL 2019-2028. Emmy juga menekankan, bahwa PLTA Batang Toru akan memberikan manfaat besar.

“Jadi menurut saya, nih orang orang yah. Sebetulnya Mighty Earth itu apalah, broker lah. Dia itu sebetulnya kerjaannya itu dari tempat lain itu dia matiin. Terus dia ambil alih, terus dia financing (mendanai). Kita punya bukti untuk itu,” tukasnya.

Bahkan Emmy menyebut jika Mighty Earth pernah menawarkan pendanaan NSHE supaya beralih dari Tiongkok.

2. Bersikukuh bantah PLTA Batang Toru merusak lingkungan

Penasihat Senior untuk Komisaris Utama PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) Emmy Hafild yang juga pernah aktif sebagai Aktivis Walhi (IDN Times/Prayugo Utomo)

Emmy yang juga pernah aktif di Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) juga bersikeras membantah jika PLTA Batang Toru memiliki dampak kecil dalam kerusakan lingkungan. Karena PLTA memanfaatkan aliran sungai. Bukan menggunakan bahan bakar, atau yang lainnya yang bisa menimbulkan emisi.

Emmy pun mempertanyakan, kenapa David malah terkesan mendukung pembangkit listrik bertenaga bahan bakar fosil. Padahal bahan bakar fosil memiliki dampak kerusakan lingkungan lebih.

“Kita punya sumber sendiri di Sumut ini. Gak perlu impor. Sementara yang dia sebut, gas,  itu kan impor dari Kalimantan. Sumut kan gak punya lagi gas. Arun (PT Arun NGL di Aceh) kan gak ada lagi. Batubara kan kita gak punya. Ambilnya kan dari Kalimantan. Masa PLTA, pembangkit yang terbarukan mau dihentikan dan gas dan batubara sudah cukup menggantikan,” ujarnya.

Baca Juga: PLTA Batang Toru Dianggap Tidak Penting dan Berbiaya Mahal

Berita Terkini Lainnya