TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pilkada Medan 2020, Pengamat: Menantu Jokowi Simalakama Bagi Parpol

Bobby juga diprediksi berat untuk menang dari kotak kosong

Bobby Afif Nasution saat mengembalikan formulir ke Partai Golkar beberapa waktu lalu (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Dinamika politik jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Medan terus bergulir.  Meskipun partai politik belum menentukan siapa calon yang akan didukungnya, ada dua nama yang menjadi perhatian publik.

Kedua nama itu yakni Bobby Afif Nasution dan Akhyar Nasution. Dua bakal calon yang diprediksi kuat akan maju dalam pertarungan September nanti.

Bobby merupakan menantu Jokowi. Sedangkan Akhyar, adalah kader PDI Perjuangan yang kini menjabat sebagai Pelaksana Tugas Wali Kota Medan setelah Dzulmi eldin dicokok KPK karena kasus rasuah.

Keduanya sudah melakukan komunikasi politik ke sejumlah partai. Bahkan mereka berdua juga sudah mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di sejumlah partai besar.

Koalisi partai politik juga masih kabur. Namun sejumlah partai politik mulai menunjukkan sinyal ke arah mana dukungan akan berlabuh.

1. Pilkada Medan rasa Pilpres, tapi minus Gerindra di oposisi

Bobby Afif Nasution saat mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Wali Kota Medan ke Partai NasDem, Rabu (22/1) (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pengamat Politik Sumatera Utara Dadang Darmawan memberikan analisis kritis terhadap Pilkada Medan. Secara garis besar, kata Dadang, koalisi yang akan terbangun diprediksi tidak jauh berbeda seperti saat Pilpres 2019 lalu.

Partai-partai pendukung Jokowi diprediksi akan kembali menyatu. Begitu juga koalisi yang mendukung Prabowo, PAN, PKS dan Demokrat.

“Koalisi politik nasional akan diturunkan ke Pilkada Medan. Apa yang dulu terjadi di Pilpres, sekarang juga terjadi di Pilkada Kota Medan. Namun akan minus Gerindra. Karena potensi Gerindra untuk mendukung Bobby Nasution juga masih cukup tinggi,” kata Dadang, Selasa (28/1).

Baca Juga: Ditanya Soal Visi Misi, Bobby Nasution: Membuat Medan Lebih Berkah

2. Menimang potensi Akhyar dan Bobby Nasution di PDI Perjuangan

Akhyar Nasution mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sebagai bakal calon Wali Kota Medan di Golkar Sumut (IDN Times/Prayugo Utomo)

Hingga kini PDI Perjuangan belum juga mengumumkan siapa yang akan didukung dalam Plkada Medan. Apakah memilih Bobby Nasution yang merupakan menantu Jokowi atau Akhyar Nasution yang merupakan kader PDI Perjuangan.

Keduanya punya potensi yang sama kuat untuk diusung partai besutan Megawati Soekarnoputri itu. Namun, munculnya Bobby dan Akhyar yang kembali maju, ibarat menjadi simalakama bagi PDI Perjuangan. Bahkan partai lainnya juga.

“Kemungkinan Akhyar didukung PDI Perjuangan tetap ada. Tapi tidak bisa dipungkiri berarti ada perpecahan antara Jokowi dengan Megawati jika PDI Perjuangan akan mengusung Akhyar. Ada missing link, atau ketidakharmonisan,” ungkapnya.

3. Lobi-lobi pusat jadi penentu arah dukungan

Pekerja logistik Pemilu 2019 memperhatikan surat suara Pileg 2019 sebelum dilipat dan didistribusikan ke TPS (IDN Times/Prayugo Utomo)

Partai-partai yang akan berkompetisi di Pilkada Medan masih menunggu keputusan pusat. Konstelasi politik pun buyar. Semua ditentukan oleh lobi-lobi di tingkat atas.

Sistem politik yang terjadi saat ini, kata Dadang, dianggap menubruk berbagai prinsip.  Partai-partai berpotensi kuat akan mengarahkan dukungan ke calon yang dianggap kuat saja. Tidak memakai prinsip memperjuangkan kadernya yang akan maju bertarung.

“Tapi dalam konteks politik, ini politik bukan perkaderan. Partai-partai akan mengambil korban dengan tidak mendukung calon dari kadernya sendiri,” jelasnya.

4. Poros baru harus mampu memunculkan sosok baru untuk jadi penyeimbang

Dua pekerja menyusun logistik Pemilu 2019 di gudang penyimpanan eks Bandara Polonia, Medan (IDN Times/Prayugo Utomo)

Saat Pilpres lalu, pasangan Prabowo-Sandiaga berhasil menang atas Jokowi-Ma’ruf di Kota Medan. Prabowo-Sandi meraih 645.209 suara, sementara Jokowi-Ma’ruf memperoleh 542.221 suara. Kemenangan Prabowo ini, kata Dadang, juga akan berpengaruh pada Pilkada Medan mendatang.

Belakangan juga mencuat wacana poros baru yang akan dibuat PKS, PAN dan Demokrat. Partai pendukung Prabowo saat Pilpres. Petinggi PKS di Medan manyebut koalisi poros baru menjadi harapan besar. Namun bagi Dadang, poros baru ini harus bisa memunculkan sosok baru. Politik identitas dan kemenangan Prabowo bisa menjadi peluang bagi poros baru.

Dana politik yang tinggi juga menjadi potensi poros baru tidak bisa memiliki calon. Sangat tidak mungkin jika ketiga partai itu yang akan membiayai seluruh kebutuhan calon yang diusung untuk bertarung.

“Yang kita tahu, pragmatisme politik itu sangat kuat. Meskipun untuk memainkan politik identitas mempunya peluang. Jadi menurut saya itu kendalanya. Dana (cost politik) jadi masalah tersendiri. Koalisi tiga partai ini saya liat sama-sama tak bisa membebankan pada kekuatan partai. Tentunya harus dari figur yang kredibel secara keuangan dan representatif di Kota Medan untuk bersaing dengan Bobby,” ujarnya.

Baca Juga: Bobby Bantah Dipermudah Partai karena Berstatus Menantu Jokowi

Berita Terkini Lainnya