TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Demo #SaveBabi di Sumut, Boasa: Dari Babi Banyak yang Jadi Jenderal

ASF dan Hog Cholera, ribuan orang tolak pemusnahan babi

Massa Save Babi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut, Senin (10/2). Mereka meminta Presiden Joko Widodo menanggulangi wabah itu secepatnya (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times- Lagu berjudul O Tano Batak menggema dari atas truk pengeras suara. Diikuti nyanyian serentak massa sambil mengangkat spanduk berisi protes. Mereka menggeruduk kantor DPRD Sumut, Senin (10/2). Meminta para wakil rakyat angkat bicara tentang kejelasan nasib ternak babi mereka. Menyusul mewabahnya African Swine Fever (ASF) atau Demam Babi Afrika dan Hog Cholera (Kolera Babi).  

“Save Babi, Save Babi, Save Babi,” teriak ribuan massa sambil mengangkat kain ulos yang mereka bawa.

Massa yang datang adalah para peternak babi, pengusaha kuliner babi, dan pencari makan ternak babi dari berbagai daerah di Sumatera Utara. Mereka menggaungkan wacana penolakan pemusnahan babi. Menyusul upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran virus African Swine Fever (ASF) dan Hog Cholera.

“Kami menolak keras, pemusnahan babi. Babi punya kedaulatan sendiri di dalam Adat Batak. Babi tidak boleh dimusnahkan,” ujar seorang orator perempuan dari atas mobil komando.

1. Tetapkan 10 Februari jadi Hari Kedaulatan Babi

Massa Save Babi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut, Senin (10/2). Mereka meminta Presiden Joko Widodo menanggulangi wabah itu secepatnya (IDN Times/Prayugo Utomo)

Massa pun terus meneriakkan yel-yel save babi. Spanduk-spanduk terus dibentangkan. Ketua komunitas Save Babi, Boasa Simanjuntak dalam orasinya mengatakan jika aksi hari ini sekaligus mendeklarasikan Hari Kedaulatan Babi.

“Ini adalah gerakan spontanitas save babi, saya kasih nama Gerakan 102. Ini sebagai hari kedaulatan Babi. Gerakan 102 tidak pernah membuat acara reuni. Tapi akan kita peringati setiap tahunnya,” ujar Boasa disambut teriakan massa.

Baca Juga: Tangani Virus ASF dan Hog Cholera, Pemkab Samosir Lakukan Ini

2. Tuntut Jokowi selesaikan masalah virus yang menyerang babi

Massa Save Babi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut, Senin (10/2). Mereka meminta Presiden Joko Widodo menanggulangi wabah itu secepatnya (IDN Times/Prayugo Utomo)

Massa terus menyuarakan aspirasi menolak pemusnahan babi. Bagi mereka, wacana itu menjadi intimidasi. Dalam lima bulan terakhir, peternak terus merugi. Babi mereka tidak laku.

Selain kerugian materil, pemusnahan babi akan mengganggu adat Batak. Karena, kata mereka, babi sudah menjadi bagian kebudayaan Batak. Khususnya Batak yang beragama Kristen.

“Kita menuntut presiden untuk menyelesaikan kasus virus babi,” ungkapnya.  

“Karena dalam suku Batak yang bukan muslim, Babi tidak bisa digantikan. Babi adalah binatang paling bersih. Babi mandi tiga kali sehari. Kalau tidak mandi, babi akan menangis,” imbuhnya.

3. Massa menduga ada konspirasi di balik wabah ASF dan Hog Cholera

Massa Save Babi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut, Senin (10/2). Mereka meminta Presiden Joko Widodo menanggulangi wabah itu secepatnya (IDN Times/Prayugo Utomo)

Boasa juga menduga, ada konspirasi dibalik wabah ASF dan Hog Cholera. Dia mendesak agar kepolisian melakukan penyelidikan masuknya virus yang menyerang babi di Sumut.

Babi, kata Boasa, menjadi salah satu mata pencaharian warga. Jika itu dimusnahkan, maka akan mengancam kesejahteraan warga.

“Dari babi banyak yang menjadi jenderal. Dari babi banyak yang menjadi professor. Dari babi mendanai, kampanye para caleg,” teriak Boasa.

4. DPRD Sumut pastikan tidak ada pemusnahan babi di Sumut

Massa Save Babi berunjuk rasa di depan DPRD Sumut, Senin (10/2). Mereka meminta Presiden Joko Widodo menanggulangi wabah itu secepatnya (IDN Times/Prayugo Utomo)

Setelah lama berorasi, sejumlah Anggota DPRD Sumut langsung menemui massa. Mereka langsung naik ke mobil komando. Mendengarkan satu per satu tuntutan.

“Terkait tuntutan, saya jamin tidak ada pemusnahan. Dan tidak bisa, itu tidak bisa dimusnahkan. Di samping Babi memberikan PAD ke Sumut. Tidak ada pemusnahan babi di Sumut,” ungkap Viktor Silaen, Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Golkar.

Dia  juga mengimbau masyarakat ntuk tidak takut untuk memakan babi. Karena wabah yang terjadi tidak menular ke manusia.

Pihaknya juga sudah memanggil dinas terkait dan para kepala daerah yang terkena wabah. “Dalam penanggulangannya Pemprov akan bekerja sama dengan kementerian, untuk segera melakukan pendataan ternak babi yang telah mati. Dan dinas pemprov Sumut sudah mengajukan dana ke pusat untuk ini segera kita tanggulangi,” ungkapnya.

Massa juga mempertanyakan soal program surat kesehatan babi. Karena mereka khawatir itu akan dikenakan biaya. Hal itu dibantahkan Viktor. “Kami sudah meminta dinas terkait supaya  tidak dipungut biaya,” pungkasnya.

Baca Juga: Selain Hog Cholera, Babi di Sumut Diindikasi  Kena Demam Babi Afrika

Berita Terkini Lainnya