TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aksi Refleksi Sumpah Pemuda, Aktivis Pajang Foto Almarhum Golfrid

Korban demokrasi jadi alarm bahaya bagi para pemuda

Lukisan Golfrid dipajang para aktivis HAM di Medan saat aksi refleksi Sumpah Pemuda di tugu Titik Nol Kota Medan, Senin (28/10) malam. (IDN Times/Prayugo Utomo)(IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times - Lagu berjudul Darah Juang berkumandang di antara bisingnya deru kendaraan yang melintas di seputaran tugu Titik Nol Kota Medan, Senin (28/10) malam. Menjadi pertanda aksi refleksi Sumpah Pemuda yang digelar Aliansi Gerakan Rakyat Sumatera Utara.

Merinding. Itu kesan pertama saat mendengar lagi yang biasa membakar semangat massa saat unjuk rasa.

Massa yang terdiri dari berbagai organisasi mahasiswa, buruh, petani dan masyarakat adat duduk di depan tugu. Di hadapan mereka terpajang foto Almarhum Golfrid Siregar. Aktivis Hak Asasi Manusia yang meninggal beberapa waktu lalu.

Aksi ini adalah rangkaian kegiatan massa yang sebelumnya sudah berunjuk rasa di DPRD Sumut siang tadi.

Aksi refleksi kali ini digelar untuk menyoroti soal krisis demokrasi yang terjadi di Indonesia. Selain itu massa menyuarakan soal kematian sejumlah aktifis saat memperjuangkan keadilan, berunjuk rasa menentang kebijakan revisi Undang-undang  berpolemik.

1. Negara hanya membangun narasi pembelaan terhadap represifitas aparat

IDN Times/Prayugo Utomo

Bagus Putra Mahendra, Maulana Suryadi, Akbar Alamsyah, Randy dan yusuf Kardawi menjadi korban dalam rentetan unjuk rasa menolak RUU berpolemik september lalu. Nyawa mereka melayang. Ditambah, tak sedikit yang juga menjadi korban luka.

Hal ini menjadi sorotan penting para pegiat di Sumut. Termasuk kematian Golfrid Siregar, Aktivis HAM dan lingkungan yang masih menyisakan tanda tanya besar.

Martin Luis, koordinator aksi refleksi mengatakan, kasus itu harusnya menjadi tanggung jawab negara. Jangan sampai terjadi pembiaran hingga kasus itu akhirnya hilang.

“Kawan kawan kita sampai meninggal dan tidak diusut tuntas. Negara sampai saat ini hanya membangun narasi, untuk mengelak dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan aparat keamanan,” kata Martin.

2. Korban meninggal saat unjuk rasa undang-undang berpolemik adalah martir keadilan

IDN Times/Prayugo Utomo

Bagi Martin saat ini kondisi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Korban demokrasi terus berjatuhan.

“Narasi-narasi yang dibangun sangat tidak masuk akal. Malam ini kita mengenang apa yang sudah diperjuangkan kawan kawan kita. Mereka sudah menjadi martir demi keadilan dan kesejahteraan rakyat ini,” ungkapnya.

3. Korban demokrasi menjadi alarm bahaya pejuang demokrasi

IDN Times/Prayugo Utomo

Roy Lumbangaol dari Walhi Sumut memberi komentar senada. Dia menyoroti masih banyaknya masalah yang terjadi di Sumatera Utara.

Jatuhnya korban menjadi alarm bahaya bagi pegiat demokrasi. Beberapa waktu yang lalu, Literacy Coffee, yempat berkumpulnya para aktifis mendapat penyerangan. Begitu pun dengan kantor LBH Medan yang diteror dengan bom molotov.

Sampai saat ini, kasus itu tak membuahkan hasil. Pelakunya pasti masih berkeliaran.

“Ini tantangan bagi pemuda yang memperjuangkan keadilan. Kita harus semakin solid untuk melawan penindasan. Karena sampai saat ini negara belum mampu membela para pejuang Ham,” ujar Roy.

Ditambah lagi, kasus kematian Golfrid. Para pegiat masih menganggap itu satu teka-teki yang belum terpecahkan. Hasil penyelidikan polisi yang menyatakan kecelakaan tunggal juga masih menjadi perbincangan para aktivis. Mereka tak percaya sepenuhnya.

“Kami ingin menunjukkan bahwa kami tidak takut. Kita harus melawan dan merebut ruang keadilan,” tukasnya.

4. Gugurnya martir demokrasi jadi api semangat baru untuk perlawanan

IDN Times/Prayugo Utomo

Bagi para pegiat, gugurnya para martir demokrasi membuat mereka semakin semangat.  “Yang harus kita sadari bersama. Gugurnya mereka meninggalkan api yang tidak pernah padam,” kata Halim, perwakilan massa dari Bakumsu.

Lilin pun dinyalakan. Beradu dengan cahaya lampu mobil yang klaksonnya terus bersahutan.

Cahaya lilin kecil menjadi penanda perlawanan. Sambil mengenang jasa mereka yang gugur untuk demokrasi. “Kalau ada masyarakat yang tidak mendapat keadilan, api itu membuat kita terus melawan,” ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya