TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

10 Desa Wisata Digenjot, Kearifan Lokal Bakal Jadi Andalan Danau Toba

Geliat baru dongkrak pariwisata Toba

Hamparan Sawah Desa Sigapiton, Kecamatan Ajibata yang berada di dekat Danau Toba (Fit Hartoyo for IDN Times)

Toba, IDN Times – Pengembangan pariwisata Danau Toba terus dilakukan pemerintah. Targetannya untuk mendatangkan wisatawan yang akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat.

Yang teranyar, Kementerian Pariwisata mencanangkan pembangunan 10 desa wisata di Danau Toba. Peletakan batu pertama untuk menandai pembangunan dilakukan serentak, Jumat (10/7/2020).

Pembangunan desa wisata ini mendapat dukungan dari  PT Pertamina (Persero) dan PT Pegadaian (Persero) dalam pembinaan pembersihan lingkungan dan peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Traveling ke Danau Toba, Ini 5 Villa Paling Strategis untuk Bermalam

1. 10 Desa Wisata jadi pilot project untuk dikembangkan ke desa lainnya

Sigapiton menjadi salah satu desa yang dikembangkan menjadi destinasi wisata (Fit Hartoyo for IDN Times)

Direktu Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Arie Prasetyo mengatakan jika saat ini lebih dari 200 desa yang berbatasan langsung dengan danau. Ini menjadi potensi besar untuk pengembangan Desa Wisata.

10 desa yang akan dikembangkan akan menjadi pilot project yang nantinya bisa menjadi rujukan desa lain.

“Jadi jika 10 desa ini sukses bisa direplikasi atau diikuti oleh desa-desa lainya. Tentunya jika wisatawan banyak yang hadir akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat,” ujar Arie.

2. Kearifan lokal akan jadi andalan desa wisata di Toba

Manabur Bonih (menabur benih), adat Masyarakat Toba yang mulai dilestarikan lagi karena terancam hilang (IDN Times/Prayugo Utomo)

Pengembangan desa wisata di Danau Toba dinilai ampuh untuk meningkatkan angka kunjungan wisata. Khususnya wisatawan mancanegara.

Kata Arie, Desa Wisata nantinya bisa mempopulerkan kearifan lokal atau local wisdom. Kearifan lokal akan menjadi andalan di masing-masing desa. Tujuannya juga untuk melestarikan kearifan lokal yang kebanyakan sudah mulai hilang.

Misalnya, manabur bonih atau menyemai benih di ladang yang ada di Desa Sigapiton. Tradisi ini sudah sangat lama tidak dilakukan. Kemudian kekayaan ulos yang ada di sejumlah desa. Lalu sejumlah situs-situs etnis Batak yang akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

“Kearifan lokal akan menjadi modal utama dalam pengembangan desa wisata,” ujar Arie.

Baca Juga: Selain Danau Toba, Ini 10 Danau Terbesar di Indonesia

Berita Terkini Lainnya