TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Kakek dan Nenek di Simalungun, Rawat Empat Anak yang Lumpuh Layu

Hidup serba kekurangan dan harapkan dermawan

IDN Times/Patiar Manurung

Simalungun, IDN Times - Hidup ini tidak selamanya ditentukan oleh pilihan. Takdir, yang asalnya dari Pencipta menjadi misteri Ilahi. Jika hal yang dialami seseorang itu menjadi beban hidup, tentu tidaklah mudah untuk menerimanya. Hal itulah yang dirasakan pasangan suami-istri, Mujiman (68) dan Suratmi (67), warga Jalan Hati Rongga, Nagori Pematang Simalungun, Kecamatan Siantar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Pasangan yang lanjut usia ini dihadapkan dengan kehidupan yang sangat berat. Mereka dikaruniai 9 orang anak, terdiri dari 4 perempuan dan 5 laki-laki. Salah satu anak laki-laki itu sudah lebih dahulu menghadap sang Khalik.

Situasi yang memprihatinkan adalah semua anak laki-lakinya lumpuh layu, dan dalam beraktifitas harus membutuhkan pertolongan orang. Seperti urusan minum, makan, mandi apalagi soal buang air kecil dan besar. Mereka menjalaninya dalam kehidupan serba kekurangan.

Baca Juga: Pelajar di Simalungun Siap Jadi Relawan Anti Narkoba

1. Anak perempuan atau menantu tak bisa membantu karena pas-pasan

IDN Times/Patiar Manurung

Sedangkan empat orang anak perempuan, secara fisik tumbuh dan besar lebih beruntung. Tidak ada satu pun yang difabel. Malah sekarang sudah menikah dan dikarunia momongan. Hanya saja dalam urusan ekonomi masih sangat memprihatinkan. 

Mujiman sendiri sangat berharap bisa hidup tanpa mengandalkan orang lain. Setidaknya cukup dengan mendapatkan perhatian dari anak perempuan serta menantunya. Namun semua itu belum bisa.

Menurut Andika, salah seorang cucu dari anak perempuan nomor dua dari Mujiman-Suratmi, pekerja menantu pasangan ini hanya buruh kasar. Ada narik becak, tukang cuci mobil. Sedangkan anak perempuan cuci dan setrika di rumah orang, ada juga menjaga rumah makan. Artinya, mencukupi keluarga pribadi masing-masing pun bisa sudah sangat disyukuri. Mereka ada yang tinggal di Medan, di Pematangsiantar dan tidak jauh dari kediaman Mujiman-Suratmi

2. Mujiman kini stroke, kondisi ekonomi semakin memprihatinkan

IDN Times/Patiar Manurung

Kembali menilik kondisi ke empat anak yang hidup ini. Sisi usia cukup dewasa. Suwito beranjak ke usia 39 tahun, Adi usia 31 tahun, Rian usia 26 tahum dan Sanrol usia 24 tahun. Lumpuh layu yang mereka alami tak bedanya dengan fisik bayi yang sedang belajar merangkak. Hari-hari mereka hanya terkungkung dalam rumah, duduk, berguling dan menggeserkan badan bak anak bayi.

Sekarang beban hidup pasangan lanjut usia ini semakin memilukan hati karena sejak Januari 2019, Mujiman hanya terbaring di tempat tidur. Tubuhnya terserang stroke. Pria yang memiliki tinggi kurang dari 1,5 meter ini pun tak bisa bicara banyak. Apa yang disampaikan sulit dipahami. Kecuali cucu dan istrinya. Istrinya sebenarnya juga tidaklah sehat. Apalagi dalam pendengaran sehingga komunikasi cukup sulit. 

3. Mujiman dulunya bekerja di salah satu doorsmeer

IDN Times/Patiar Manurung

Dulu, kepada sejumlah awak media, Mujiman mengaku hanya bisa berpasrah diri kepada Tuhan, dengan harapan ada dermawan yang bermurah hati untuk memperhatikan kebutuhan sehari-hari. Semasa sehat Mujiman bekerja di salah satu doorsmeer. Jika sedang sakit maka uang yang tadinya bisa diharapkan dapat antara Rp 20 ribu-Rp 30 ribu jelas tak ada. 

Sedangkan istrinya, dari dulu hanya bisa menjaga atau merawat anak-anak. Itupun sudah sangat disyukuri karena tidaklah mudah melayani kebutuhan keempat anak yang lumpuh. Beban batin, meratapi nasib dan lainnya terus berkecamuk dalam benak. Secara manusia hal ini tidaklah mudah dipahami apalagi untuk dijalani.

4. Banyak yang berbaik hati, pemilik rumah tak pernah tagih biaya sewa

IDN Times/Patiar Manurung

Di samping takdir yang diberikan Tuhan, ia tetap bersyukur karena selama ini masih ada orang yang memberikan pertolongan dengan memberikan bantuan sembako, pakaian dan juga. Hal yang tidak bisa terlupakannya adalah warga yang memberikan tumpangan untuk tempat tinggal mereka sekarang ini. Sudah puluhan tahun di sana tetapi pemilik rumah tidak pernah menyuruh pindah. Bahkan selama ini tidak pernah dibebani biaya sewa rumah.

Sementara itu, Suratmi menuturkan bahwa ketika melahirkan keempat buah hatinya laki-laki, seluruhnya dalam keadaan normal. Masalah baru muncul setelah berusia 2 bulan, kaki anak-anaknya mulai membengkok. Padahal mereka tidak pernah lupa membawa anak-anaknya mengikuti program pemerintah yaitu imunisasi rutin. Suratmi mengaku tidak mengetahui persis penyakit apa yang diderita anak-anaknya itu. 

5. Jika pasangan ini sudah tiada, bagaimana nasib anak-anaknya ini?

IDN Times/Patiar Manurung

Ketika ditanya apa yang paling khawatirkan sekarang ini, Suratmi dengan wajah sedih mengaku adalah suatu saat dia dan suaminya sudah meninggal dunia. Kemana dan siapa yang akan menjaga buah hatinya menunggul ajal dari Tuhan.

Satu-satunya terlintas dalam benak mereka adalah hendaknya ada orang lain yang merawat anak-anaknya itu. Merawatnya lebih baik dari mereka. Namun itu bukanlah hal yang tidak sukar.

Sebagai orangtua, pastinya diselimuti rasa was-was, khawatir, gelisah. Semua itu bercampur, berkecamuk. Kadang melintas pikiran-pikiran negatif. Satu kata dari kondisi hidup ini, mereka hanya pasrah. Pasrah akan rencana Sang Pencipta. Sama seperti apa yang mereka rasakan dan hadapi selama ini. Mengandalkan bantuan para dermawan.

6. Berharap perhatian Pemkab Simalungun

IDN Times/istimewa

Sebelum IDN Times berlalu dari tempat tinggal Mujiman-Suratmi yang ada di belakang Pengadilan Agama Simalungun, Jalan Asahan, cucunya mengatakan selama ini ada saja yang mau memberi pertolongan, baik institusi TNI, organisasi maupun perorangan. Diakui, itu sangat membantu. Hanya saja ke depannya Pemkab Simalungun bisa memberikan perhatian lebih intens lagi.

"Saya ke sini biar bisa membantu membersihkan rumah dan menjaga paman-paman saya. Habis ramadan saya akan balik ke Medan. Paling nanti (setelah ditinggalkan) ada anak perempuan kakek datang membantu menjaga dan membersihkan rumah," kata pria yang berusia 19 tahun itu sembari mengaku saat ini perlengkapan sembako buat keluarga kakeknya kekurangan sehingga terkadang tak makan.

Baca Juga: Tersambar Petir di Ladang, 4 Orang Meninggal di Simalungun

Berita Terkini Lainnya