TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

HPN 2023: Cerita Media Australia Bersatu hingga Dilirik Google dan FB

Ada 200-an media yang harus tutup selama 2019-2020

Seminar Disrupsi Digital Media yang digelar dalam memeringati HPN 2023 di Sumut, Selasa (7/2/2023) (IDN Times/Doni Hermawan)

Medan, IDN Times- Ketergantungan media kepada platform digital global saat ini tak terbantahkan di era saat ini. Begitupun platform digital kerap mengubah algoritmanya sehingga membuat media dan penerbit terus berinovasi untuk memecahkan kode agar konten yang disajikan bisa menjangkau pembaca.

Nelson Yap, anggota dari Australian Press Council yang juga Publisher & Editor of Australian Property Journal menceritakan bagaimana kondisi media pers di Australia yang awalnya mengalami ketimpangan. Apalagi banyak di antara mereka yang tak dilirik platform besar seperti google hingga facebook.

Nelson Yap mengatakan sebagai penerbit media kecil sudah mengalami bagaimana 'dicueki' platform global seperti google dan facebook. Meskipun tergabung di Public Interest Publishers Alliance (PIPA) yang diperkenalkan pemerintah Australia dengan bargaining code bekerja sama dengan platform digital, namun mereka hanya melirik media-media besar seperti News Ltd, Nine, Seven West Media, ABC dan beberapa grup media menengah terpilih.

Platform digital itu tak tertarik dan tak merespon komunikasi dengan mereka yang merupakan media kecil. "Kemudian The ACCC di bawah kepemimpinan Rod Sims memperkenalkan ketidakseimbangan kekuatan antara platform digital raksasa dan media kecil dan memungkinkan untuk bersatu," kata Nelson pada seminar "Disrupsi Digital dan Tata Ulang Ekosistem Media yang Berkelanjutan" di Hotel Grand Mercure Medan dalam memeringati Hari Pers Nasional 2023, Selasa (7/2/2023).

Baca Juga: HPN: Media Bergantung Platform Digital, Tapi Harus Pikirkan Opsi Lain

1. Selama 2 tahun terakhir, banyak perusahaan media gulung tikar

Seminar internasional Disrupsi Digital Media menyambut Hari Pers Nasional di Medan, Selasa (7/2/2023) (IDN Times/Doni Hermawan)

Kemudian di bawah The ACCC, mereka menjadi kolektif bargaining grup dengan Minderoo Foundation dan kemudian bekerja sama dengan google.

"Sebagai penerbit independen, kami menjadi pengawas dari berita hoaks yang menargetkan orang-orang entan di komunitas seperti di facebook. Agustus 2022, 24 penerbit media mendapat keberuntungan mendapatkan dana dari Google," bebernya.

Pada akhirnya mereka berhasil survive setelah bersama-sama dengan 24 perusahaan media itu bergabung dan eksis.

Disebutnya jika sejak 2019-2020, banyak media yang gulung tikar. Hingga 265 ruang redaksi ditutup di Australia. "Dalam 15 tahun terakhir kami telah kehilangan 60 ribu pekerjaan di industri kami jurnalistik ini.Selama ini mereka mendapatkan tumpangan gratis dari berita kami, mendapat manfaat dari berita kami dan menghasilkan miliaran dolar dalam pendapatan iklan digital. Mengambilnya dari kami tanpa memberi apapun. Kami harus mempekerjakan jurnalis, kami harus melakukan semua cerita ini dan mereka hanya mendapat manfaat darinya. Jadi pelajaran yang dipetik dari kami adalah memberi pengalaman," bebernya.

 

2. Jadi tantangan menggabungkan kekuatan besar dan kecil menjadi satu aliansi

Seminar internasional Disrupsi Digital Media menyambut Hari Pers Nasional di Medan, Selasa (7/2/2023) (IDN Times/Doni Hermawan)

Menurutnya media-media di Indonesia bisa saja melakukan hal itu. Namun dia tidak mengetahui kondisi di Indonesia yang punya lebih banyak media dan penduduk.

"Saya tidak yakin apakah Anda memiliki persyaratan yang sama di Australia, Indonesia atau Asia, tetapi menarik untuk mencoba dan menemukan perusahaan penerbit media sebanyak mungkin, bergabung dengan grup kami dan bernegosiasi. Karena ada begitu banyak penerbit berbeda dengan kekuatan yang berbeda. Jadi itu tantangan," kata Nelson.

Setiap perusahaan media tentu punya pandangannya sendiri soal perlu tidaknya bergabung menjadi sebuah aliansi. "Beberapa dari mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu (gabung). Beberapa dari mereka berpikir bahwa mereka terlalu besar untuk bergabung dengan kelompok yang dapat melakukannya sendiri. Jadi, untuk berbagai alasan berbeda, mereka memutuskan untuk menjadi bagian darinya. Akhirnya terbentukla 24 media. Jadi, pengalaman saya dari sini adalah kita lebih kuat bersama, beberapa dari kita mungkin menjadi pesaing. Kami akan melawan raksasa di sini. Jadi jika kita tidak bersatu, kami akan padam sendiri-sendiri. Dan tentu saja, kami melibatkan semua anggota parlemen, menteri di pemerintahan," bebernya. 

Baca Juga: HPN 2023, Pemerintah Siapkan Regulasi Publisher Rights 

Berita Terkini Lainnya