TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Curhat Pengelola Dapur Minyak Mentah di Langkat, Berharap Ada Solusi

Pihak kecamatan dan polisi sebut harus ada izin

Salah satu lokasi pengelolaan dapur minyak di Kabupaten Langkat yang berhenti beroperasi. (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Langkat, IDN Times - Rita (35) warga Pantai Cermin, Kecamatan Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, terlihat duduk termenung. Pandangannya terlihat kosong memperhatikan drum-drum kosong yang tersusun di atas lahan miliknya seluas 480 meter persegi (12 rante).

Wanita berhijab ini adalah satu diantar 17 warga pemilik dapur penyulingan minyak mentah (condensate). Keseharian, mereka menggantungkan nasib dari usaha mengelola minyak mentah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM). Dapur minyak miliknya terbakar medio April 2023 lalu.

Kini dia dan para pengelola dapur minyak di sana harus menghentikan aktivitas yang dilakukannya sejak 15 tahun lalu ini.

"Bukan hanya saya, tapi ada belasan warga pemilik pengelolaan dapur minyak yang harus menghentikan aktivitas," ujar Rita, Sabtu (27/5/2023).

Diketahui dapur penyulingan minyak mentah itu meledak 18 April 2023 lalu. Satu orang terluka akibat kejadian ini.

Baca Juga: Cerita Nek Tumiyem Menabung 41 Tahun untuk Berangkat Haji dari Pijat

1. Berharap ada solusi terbaik agar dapur minyak dapat kembali beroperasi

Salah satu lokasi pengelolaan dapur minyak di Kabupaten Langkat yang berhenti beroperasi. (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Tentu kondisi ini membuat roda perekonomian warga di sana harus terhenti seketika. Merekapun harus mencari solusi lain untuk membutuhi kehidupan sehari-hari. Selain itu, mereka berusaha agar dapur-dapur minyak yang mereka secara turun temurun ini dapat dioperasikan lagi.

"Cuma ini yang dapat kami kerjakan, karena ini merupakan usaha yang kami jalani dari orangtua saya dan kini diturunkan kepada saya. Demikian juga dengan pengelola dapur minyak lainnya. Kami berharap, agar dapur minyak ini dapat dioperasikan kembali," harap wanita beranak 2 ini.

Dirinya juga mengaku, selama dapur minyak miliknya beroperasi. Selain keluarganya, ada masyarakat juga yang menggantungkan hidup dari penyulingan dapur minyak. "

Kalau saya, ada 16 orang yang bekerja. Karena harus tutup, mau tak mau mereka juga harus berhenti bekerja," papar dia.

2. Izin yang harus diurus tidak sesuai dengan penghasilan dari pengelolaan dapur minyak

Ilustrasi pekerja di sektor migas (Dok. SKK Migas)

Rita ermohon kepada pemerintah setempat Pemkab Langkat dan Pemerintah Pusat Indonesia, agar mencari jalan keluar terbaik bagi mereka para pengelola dapur minyak mentah. Baik itu izin maupun segala sesuatu yang mesti dibuat, agar pengelola dapur minyak dapat beroperasi kembali.

"Kami sudah berusaha memperbaiki segala sesuatu di dapur-dapur minyak pengelolaan yang kami operasikan. Mulai dari keamanan dan kenyamanan serta mengantisipasi musibah. Tolong bimbing kami, apa yang meski kami buat biar dapur ini dapat beroperasi kembali," tutur dia.

Mengenai izin dari warga sekitar, diakui dia, sudah ada. Menurutnya mereka rata-rata tidak keberatan dengan berdirinya usaha ini. Karena pekerja juga dari warga sekitar dan pemilik pengelola juga hampir rata-rata warga sekitar.

"Kami sudah usaha meminta izin dari kementerian migas. Tapi, biaya yang dikeluarkan mengurus ijin tak sebanding dengan penghasilan kami," harap Rita.

3. Roda perekonomian pengelola dan masyarakat terhenti

Salah satu lokasi pengelolaan dapur minyak di Kabupaten Langkat yang berhenti beroperasi. (IDN Times/ Bambang Suhandoko)

Menurut Rita mereka hanya menjadikan lokasi itu tempat pengelolaan minyak mentah menjadi BBM. Bukan mengambil minyak dari perut bumi dengan cara pengeboran tanah di sekitar lokasi.

Bahan baku minyak mentah mereka ambil atau beli dari Perlak Aceh. Dengan harga Rp1 juta per drumnya. Sehari mereka hanya dapat menghasilkan beberapa liter BBM untuk dipasarkan.

"Kebakaran yang melanda dapur pengelolaan minyak saya terjadi sekitar bulan puasa kemarin. Akibatnya, sekitar Rp75 juta saya merugi akibat peristiwa itu dan harus memberhentikan para pekerja," kanang dia.

"Pun begitu, berusaha terbaik tuk pekerja dengan memberi THR meski saya merugi. Kasihan juga mereka kehilangan pekerjaan di saat hari raya. Meski sedikit, paling tidak saya bisa berbagi dengan pekerja dan warga sekitar setiap bulannya," pungkasnya.

Baca Juga: Dua Calon Haji Tanjungbalai Tunda Berangkat ke Madinah, Ini Alasannya

Berita Terkini Lainnya