TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pendidikan Guru Penggerak Bisa Dongkrak Literasi Digital

Risiko teknologi digital di antaranya adalah gangguan fisik

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) meluncurkan Program Literasi Digital Nasional bertajuk Indonesia Makin Cakap Digital di Basket Hall, Senayan, Jakarta, pada Kamis (20/5/2021). (Dok. Kominfo)

Langkat, IDN Times - Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Langkat, Saiful Abdi menjelaskan transformasi pembelajaran sistem digital guru di Langkat masih banyak yang belum melek teknologi dan belum peduli terhadap program-program yang banyak.

“Kalau dahulu, guru mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran dengan mendikte, observasi latihan, dan ulangan. Kini, melalui email, social networking, Group Ware, browsing, chatting, blogging, dan mailing list,” katanya saat menjadi pembicara pada Webinar Literasi Digital bertajuk “Guru Penggerak Literasi Digital” di Langkat, 25 Juni 2021.

Baca Juga: Mal di Medan Tutup Selama PPKM Darurat, Karyawan Work From Home

1. Platform pembelajaran digital salah satunya adalah Pendidikan Guru Penggerak

Ilustrasi ekonomi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Menurutnya, literasi digital membutuhkan keterampilan digital dan kecakapan emosional. Dalam keterampilan digital perlu ada keterampilan menggunakan media seperti mengoperasikan tombol-tombol di media digital dan memahami isi media.

Selain itu, yang juga penting adalah kecakapan emosional yang disesuaikan dengan tumbuh kembang anak dan karakteristik medianya. Kemampuan yang diharapkan di era literasi digital tentunya apa yang dikembangkan Kemendikbud yaitu critical thinking, kemampuan berkomunikasi, kemampuan berkreativitas, dan kemampuan untuk bekerjasama.

“Platform pembelajaran digital salah satunya adalah Pendidikan Guru Penggerak, yang merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 9 bulan bagi calon guru penggerak,” ungkapnya.

2. Risiko teknologi digital di antaranya gangguan kesehatan, masalah tidur, dan kesulitan konsentrasi

bustle.com

Psikolog, Sandi Kartasasmita mengatakan literasi digital adalah kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi untuk menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan konten atau informasi, dengan kecakapan kognitif maupun teknikal.

Perkembangan teknologi digital meliputi perkembangan komputer, lahirnya internet, telepon seluler, dan situs jejaring sosial. Beberapa contoh perkembangan teknologi digital seperti piringan hitam, kaset, CD, cloud, televisi analog, dan televisi digital.

Risiko teknologi digital yang pertama adalah gangguan fisik (gangguan kesehatan, masalah tidur, dan kesulitan konsentrasi). Risiko lain adalah ketidakseimbangan perkembangan motorik kasar dan halus, gangguan pencernaan, gangguan perkembangan bahasa dan sosial seperti menunda perkembangan bicara dan bahasa anak, membatasi pergaulan sosial, dan mengurangi waktu berkualitas bersama keluarga.

“Guru wajib mencari referensi, santun dalam berkomunikasi, komunikasi yang efektif, bekerjasama menciptakan saling berbagi tools terkini,” ujarnya.

Baca Juga: Pedagang Kain Protes PPKM Darurat di Medan: Kami Mau Makan Apa?

Berita Terkini Lainnya