TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pendidik Bukan Sekedar Pengajar, Tapi Juga Psikolog dan Inspirator

Pentingnya kejujuran dan kritis dalam menyikapi informasi

Pinterest

Karo, IDN Times - Nasional Literasi Digital menggelar di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dengan mengusung tema “Belajar Agama di Era Digital”.

Pada webinar yang menyasar target segmen ASN, penyuluh agama, pelajar, serta guru dan dihadiri 387 peserta daring ini diisi oleh para narasumber yang berkompeten dalam bidangnya.

Di antaranya Dr. Nandang Koswara seorang Dosen Program Doktor Pendakwah, Muhadi, MA seorang Inspirator untuk Pribadi Hebat Kaprodi KPI, Abdul Fahri, seorang Kasi Bimas Islami Kemenag Karo, dan Rasden Boang Monala, Kasi Pendidikan Agama Kristen Kemenag Karo.

Baca Juga: Begini 3 Cara Mencuci Sepatu Kulit Biar Tetap Awet

1. Perlu menciptakan belajar agama online yang nyaman dan menyenangkan

Instagram.com/gurugurugokil

Pada Sesi pertama tampil Dr. Nandang Koswara memaparkan bahwa dengan menciptakan belajar agama online yang nyaman dan menyenangkan dengan proses pembelajaran contohnya dalam agama islam adalah penanaman aqidah, pembiasaan berakhlak mulia, dan amaliah ibadah.

“Di agama lain tentunya ada pembelajaran tentang budi pekerti dan akhlak  yang baik. Pendidik bukan sekedar pengajar, tetapi juga psikolog, inspirator, dan komunikator yang baik,” jelasnya.

2. Jangan mudah percaya dan mencari faktanya terlebih dahulu

ilustrasi hoax (IDN Times/Sukma Shakti)

Giliran pembicara kedua, Muhadi, MA menjelaskan kiat sukses membuat pengajian online kita harus melihat dan memilih tokoh pembicara yang bagus, pilih materi yang tepat dan sesuai dengan segmentasi audiens serta menarik. Kemudian, pilih waktu yang tepat untuk on air, pilih media yang terjangkau audiens. Lalu, buatlah iklan secara massif.

“Pemilihan tema dalam kegiatan keagamaan adalah sesuai dengan kebutuhan audiens, atau bisa diambil dari masalah terupdate di masyarakat serta melihat background keilmuan diri.

Tampil sebagai pembicara ketiga Abdul Fahri, mengatakan perbedaan dalam masyarakat harus kita sikapi dengan baik agar demokrasi dan toleransi dapat berkembang. Contohnya dalam memerangi hoax secara bersama-sama untuk dapat memanfaatkan media sosial dengan positif.

“Dengan cara kritis dalam mencari informasi, tidak mudah percaya dan mencari faktanya terlebih dahulu. Harus ada filter serta memberi teguran kepada orang yang menyebarkan berita hoax,” jelasnya.

Baca Juga: Wali Kota Bobby: Rumah Sakit Tak Perlu Tambah Tenda Pasien COVID-19 

Berita Terkini Lainnya