TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Luluh Lantak Diterjang Tsunami, 10 Potret Terkini Kota Banda Aceh

Setelah 17 tahun, kini Banda Aceh lebih modern

Pembangunan yang gagal dilakukan karena diterjang tsunami Aceh, hanya menyisakan pondasinya saja (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Minggu, 26 Desember 2004 silam tiba-tiba saya terbangun dari tidur karena gempa. Saat itu saya sedang tidur di rumah seorang teman di Medan. Begitu lari ke luar rumah ternyata banyak orang yang sudah berhamburan.

Kala itu di Medan kekuatan gempa bermagnitudo 7,2 pada Skala Richter. Dari berita di televisi ternyata pusat gempa terjadi di Banda Aceh dengan magnitudo 9,2 pada Skala Richter. Tak hanya gempa, Banda Aceh juga dihajar tsunami.

Informasi saat itu masih sangat minim. Televisi di Indonesia hanya mengandalkan video dari warga korban tsunami yang merekam air laut setinggi sekitar 3 meter menerjang Kota Banda Aceh. Setelah itu berita itu tak terlalu saya hiraukan.

Keesokan paginya, handphone saya berdering. Ketua Korps Sukarela Kemanusiaan Universitas Sumatera Utara (KSK USU) menghubungi saya dan menanyakan kesediaan saya untuk menjadi relawan ke Banda Aceh.

Saat itu saya masih 18 tahun, mahasiswa FISIP USU semester I yang bergabung dengan KSK USU. 

Tak pikir panjang, saya mengiyakan permintaan Ketua KSK USU. Tanpa tahu seperti apa kondisi yang terjadi di Banda Aceh.

Siangnya saya sudah tiba Bandara Polonia Medan untuk berkumpul dengan relawan lain. Dari KSK USU kami berdua. Selebihnya ada sekitar 50-an relawan lain dari kampus ITM, UISU dan IAIN.

Kami diberangkatkan dengan pesawat hercules dan jadi relawan pertama yang tiba di Banda Aceh. Tujuan pertama kami adalah Pendopo Banda Aceh tempat koordinasi dengan tim SAR.

Sepanjang perjalanan saya merinding melihat mayat-mayat bergelimpangan di pinggir jalan, di sungai, di parit, bahkan di halaman Masjid Raya Baiturrahman. Dua pekan saya membantu mengevakuasi mayat dan menjadi saksi Banda Aceh luluh lantak.

17 Tahun setelah kejadian itu, saya kembali lagi ke Kota Sarambi Makkah dan luar biasa perubahan yang terjadi. Berikut 10 potret terkini bukti Banda Aceh sudah jauh lebih modern pasca tsunami.

1. Salah satu saksi bisu keganasan tsunami adalah Masjid Raya Baiturrahman. Di masjid ini banyak orang yang berhasil menyelamatkan diri karena memanjat ke jendela dan atap masjid

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh saksi bisu keganasan Tsunami 26 Desember 2004 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

2. Salah satu prioritas utama evakuasi mayat adalah di Masjid Raya Baiturahaman. Kolam, kamar mandi, dan halaman masjid saat itu penuh mayat korban tsunami.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh saksi bisu keganasan Tsunami 26 Desember 2004 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

3. Setelah mengerahkan semua alat berat dan relawan ke masjid raya untuk evakuasi, pada 30 Desember 2004 pelataran masjid ini sudah bisa digunakan untuk Salat Jumat. Hanya 14 orang yang Salat Jumat, termasuk saya satu di antaranya.

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh saksi bisu keganasan Tsunami 26 Desember 2004 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Baca Juga: Kisah Cut Adek, Selamat Dari Bencana Tsunami Berkat Pohon Jamblang

4. Salah satu ikon baru Banda Aceh yang ada pasca bencana adalah Museum Tsunami karya arsitektur Ridwan Kamil. Di dalam museum ada satu ruangan yang berisi layar-layar LCD yang menayangkan foto-foto pasca bencana.

Museum Tsunami Banda Aceh (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

5. Ridwan Kamil memenangkan sayembara desain Museum Tsunami pada tahun 2007 dan memenangkan hadiah Rp100 juta. Museum baru selesai dibangun pada 2009.

Museum Tsunami Banda Aceh (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

6. Di dalam Museum Tsunami juga dipajang puluhan bendera negara yang telah berkontribusi membantu pengungsi dan pembangunan Aceh pasca bencana

Museum Tsunami Banda Aceh (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

7. Kapal PLTD Apung I juga jadi saksi bisu keganasan Tsunami. Kapal ini awalnya berada di laut dan terhempas sejauh 7 kilometer ke Kota Banda Aceh. Jangkar dan badan kapal menghancurkan rumah-rumah saat tsunami menerjang

Museum PLTD Apung I, bukti keganasan tsunami Aceh 26 Desember 2004 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

8. Kini Kapal PLTD Apung I yang terdampar disulap menjadi museum yang berisi foto-foto dan informasi seputar tsunami

Museum PLTD Apung I, bukti keganasan tsunami Aceh 26 Desember 2004 (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

9. Tugu simpang lima Banda Aceh kini juga jadi ikon baru. Dulunya belum ada tugu di tempat ini, hanya simpang lima yang agak membingungkan pengendara yang melintas

Tugu simpang lima Banda Aceh (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

Baca Juga: 21 Tahun Jadi Relawan, Pengalaman Berharga Herriansyah di Tsunami Aceh

Berita Terkini Lainnya