Konsep Taman Rooftop untuk Atasi Banjir dari Akhyar Dikritik Pengamat
Taman Rooftop untuk balancing udara, bukan atasi banjir
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Pasangan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan nomor urut 1, Akhyar Nasution-Salman Alfarisi menyampaikan rencana mereka untuk mempercantik dan mengatasi masalah banjir di Medan, pada debat publik kedua di Medan, Sabtu (21/11/2020) lalu.
Menjawab pertanyaan panelis soal visi misi mereka yang akan membuat Medan cantik, Akhyar-Salman menyebut akan menyediakan ruang terbuka hijau dengan membangun taman baik di tanah maupun di atap gedung-gedung di Medan. Mereka mengunakan istilah "taman di langit" untuk menyebut taman di atap atau rooftop tersebut.
Menurut Akhyar, taman rooftop tersebut, selain untuk mempercantik kota, juga sebagai solusi untuk mengatasi masalah banjir di Medan.
Hal inilah yang kemudian dipertanyakan oleh pasangan Bobby Nasution-Aulia Rachman pada sesi debat tersebut. Menurut Bobby, jika taman rooftop tersebut dijadikan solusi untuk mengatasi banjir, justru bukan solusi yang tepat.
"Bagaimana bisa taman di atas gedung bisa mengatasi banjir," tanya Bobby.
Akhyar lantas menjawab, bahwa taman-taman tersebut, dengan media tanah yang ada di atas atap, akan memperlambat air jatuh langsung ke parit-parit yang ada di bawahnya.
"Saat hujan turun, tanah di atas akan menyerap dan membuat air mengantre, tidak langsung turun ke parit," kata Akhyar.
Baca Juga: Keibuan Banget, 10 Potret Amanda Manopo di Sinetron Ikatan Cinta
1. Akhyar dinilai salah kaprah
Bagi Bobby, solusi seperti itu untuk mengatasi banjir justru salah kaprah dan tak efektif. Menurut dia, taman-taman di atas gedung akan sangat baik sebagai solusi mengatasi polusi, dan banyak kota-kota besar di dunia sudah menerapkan langkah tersebut.
Menurut Bobby, dalam mengatasi masalah banjir di Medan, taman rooftop bukan jawaban. Permasalahan utama di Medan adalah drainase yang buruk, masalah sampah juga jadi salah satu pemicu. Masalah ini justru yang selama ini belum mampu terselesaikan oleh Pemko Medan.
"Menurut kami, parit-paritnya dulu yang diperbaiki. Dibenahi. Selama ini ada anggarannya. Tetapi implementasinya tidak jelas. Hasilnya Medan tetap banjir," kata Bobby.
Bobby juga mencetuskan idenya menjadikan pemukiman di sekitar daerah aliran sungai lebih tertata dan bisa dijadikan solusi untuk mengatasi banjir, menanggulangi masalah permukiman kumuh serta menjadikannya objek wisata.
Idenya adalah mengajak masyarakat yang tinggal di pinggiran sungai, untuk menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah mereka. Banyak kota-kota di Eropa dan Amerika sukses menerapkan pola tersebut. Hal ini dinilai sangat efektif untuk merubah pola hidup masyarakat pinggiran sungai yang kerap membuang sampah ke sungai.
Tentu, dengan menjadikan sungai sebagai halaman depan rumah mereka, secara langsung masyarakat akan menjaga dan merawat sungai menjadi lebih baik. Mereka akan ikut mempercantik sungai. Dampaknya bisa dirasakan, sampah tidak akan dibuang ke sungai.
Sungai akan menjadi bersih. Sedimentasi atau pendangkalan sungai bisa ditekan, dan secara tidak langsung akan efektif mencegah banjir. Sungai-sungai yang bersih juga tentu akan menjadi objek wisata yang menarik dan turut mendongkrak ekonomi masyarakat.
Baca Juga: Asli Karo, 10 Potret Memesona Femila Sinukaban Peserta Indonesian Idol