TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Konflik Penyu Vs Manusia, Komantab: Penanganan Harus Lebih Serius

Mengosumsi daging Penyu dapat merusak kesehatan

instagram.com/azzahraqdj

Tapanuli Tengah, IDN Times - Konflik Penyu dan manusia berujung terbunuhnya seekor Penyu Lekang terjadi di Desa Muara Nauli, Kecamatan Sorkam, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara dalam pekan ini jadi viral.

Penyu yang diprediksi berbobot puluhan kilogram itu ditangkap warga saat naik ke pantai dan hendak bertelur.

Lantas, Penyu ditangkap sebelum bertelur. Diikat, dimasak dan disantap beramai-ramai oleh warga.

Peristiwa ini menyita perhatian banyak pihak, termasuk Komunitas Menjaga Pantai Barat (Komantab) berbasis di Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dalam rangkaian kegiatan Ecotrip Penurunan Bendera di Poncan Gadang yang berlangsung Sabtu (31/8), komunitas ini menggelar diskusi terfokus membahas konflik tersebut.

Berikut pembahasannya:

Baca Juga: Keren! 17 Agustus, Komantab akan Kibarkan Merah Putih dari Dasar Laut

1. Kasus penyu dibantai tidak boleh terjadi lagi

IDN Times/Hendra Simanjuntak

"Konflik Penyu dan Manusia kita jadikan tema dalam diskusi terfokus kali ini, kita merasa gelisah dengan peristiwa beberapa hari lalu dimana seekor Penyu Lekang dibantai," kata Maecenas yang akrab disapa Doni.

Menurut Doni, dalam diskusi tersebut, puluhan peserta dari lintas komunitas bersepakat, persoalan ini tidak boleh terjadi lagi. Sikap tegas dan penanganan serius dari multipihak harus dilakukan.

"Kita sepakat menyerukan agar konflik antara Penyu dan manusia jangan terjadi lagi. Penangkapan terhadap penyu, terutama berjenis dilindungi seperti Penyu Lekang tentu berkontribusi terhadap rusaknya habitat laut," ujar Doni.

2. Mengosumsi daging Penyu dapat merusak kesehatan

IDN Times/Hendra Simanjuntak

Menimpali Doni, akademisi Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPK) Matauli, Tapanuli Tengah Fitri Ariani menyesalkan sikap warga yang melakukan penangkapan itu.

Menurut Fitri, apa yang dilakukan warga tidak saja menyoal kerusakan habitat perairan laut, tapi juga menyangkut kesehatan warga yang mengkonsumsi daging Penyu.

"Racun arsenik dan kandungan logam, termasuk mikroplastik ada di dalam daging Penyu, ini dipicu usia Penyu yang mencapai puluhan tahun," katanya.

Sementara itu Fitri mengungkapkan, dari diskusi terfokus yang dilakukan Komantab, direkomendasikan sejumlah poin penting aksi penanganan, agar konflik antara Penyu dan manusia tidak terjadi lagi.

"Ya setidaknya bisa diminimalisir, karena tantangannya memang berat, misalnya soal mitologi bahwa daging Penyu bisa menambah vitalitas, ini adalah persepsi yang salah," katanya.

 

Baca Juga: Seekor Penyu Diduga Ditangkap Warga Tapteng dan Dijadikan Santapan 

Berita Terkini Lainnya