Jakarta, IDN Times - Jumlah penduduk bertambah menurut deret ukur, sedangkan produksi pangan bertambah menurut deret hitung. Teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, saat ini seakan makin nyata dengan berbagai negara di dunia mulai dihantui oleh krisis pangan. Selain jumlah populasi penduduk yang terus meningkat, krisis iklim, pembatasan ekspor dan kondisi geopolitik, membuat banyak negara harus berkutat dengan persoalan ketahanan pangan ini.
Menjawab tantangan, Perum BULOG kembali menegaskan komitmennya dalam menjaga stabilitas pangan nasional. Perum BULOG yang saat ini memiliki fungsi sebagai operator pelaksana kebijakan distribusi pangan yang diregulasi oleh pemerintah, tentunya mengalami tantangan tersendiri dalam menuntaskan persoalan ketahanan pangan. Karena persoalan ketahanan pangan harus dibahas secara utuh dari hulu ke hilir, termasuk dari proses produksi, distribusi sampai konsumsi.
"Perum BULOG hanya bisa menyerap gabah, bila produksinya ada. Kami berkomitmen untuk terus memprioritaskan penyerapan gabah dalam negeri. Saat ini kami telah menyerap kurang lebih 700 ribu ton, lebih dari target yang telah ditugaskan oleh pemerintah sebesar 600 ribu ton. Kami optimis bisa menyerap lebih dari 900 ribu ton setara beras pada tahun ini. Impor hanya dilakukan bila perlu, melihat neraca beras yang ada,” ujar Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Perum BULOG.