Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Desa Bair di Tapteng Rata dengan Tanah, Cari Jenazah Pakai Cangkul

Warga mencari korban di Desa Bair yang rata dengan tanah tersapu banjir bandang pada 25 November 2025 (instagram/eloardoaruan)
Warga mencari korban di Desa Bair yang rata dengan tanah tersapu banjir bandang pada 25 November 2025 (instagram/eloardoaruan)
Intinya sih...
  • Masyarakat desa Bair mengungsi ke gereja di desa lain karena tempat tinggal mereka hanya tersisa tanah dan lumpur.
  • Di Desa Hutanabolon, Kecamatan Tukka, banjir menghanyutkan gelondongan kayu dari hutan, menyebabkan kerusakan yang parah.
  • Eloardo berharap pemerintah segera bergerak membantu warga Tapteng dengan alat berat dan distribusi logistik untuk memulihkan ekonomi warga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Medan, IDN Times- Bau tanah basah dan kayu lapuk menyambut siapa pun yang melangkah ke Desa Bair, Kecamatan Manduamas, Tapanuli Tengah. Desa kecil itu kini tak lagi mirip permukiman. Ia rata dengan tanah. Tak ada rumah, tak ada jalan, tak ada suara kehidupan selain tangis yang pecah sesekali dari warga yang masih mencari anggota keluarga mereka dengan tangan kosong, dengan cangkul seadanya dibantu relawan.

Sejak banjir bandang dan longsor melanda Tapteng pada 25 November 2025, setidaknya 110 orang meninggal dunia. Puluhan desa rusak parah, beberapa hilang sama sekali dari peta. Akses jalan tertutup, jembatan putus, dan banyak lokasi terisolasi selama berhari-hari. Bantuan baru datang setelah hampir satu pekan.

Salah satu saksi mata yang melihat langsung kehancuran itu adalah Eloardo Aruan, influencer asal Sumatra Utara, yang menghabiskan sembilan hari menyalurkan bantuan hasil donasi Rp10 ribu dari warga. Dia tiba di Tapteng pada 1 Desember 2025 membawa 8 pikap bantuan.

“Desa Bair itu beneran rata sama tanah. Nggak ada sisa. Satu kampung habis. Ada tujuh korban yang belum ditemukan sejak 1 Desember. Sudah lima hari digali pakai cangkul, belum juga ketemu," kata Eloardo kepada IDN Times, Rabu (10/12/2/205).

1. Kondisi Desa Bair dan beberapa titik lainnya

Warga mencari korban di Desa Bair yang rata dengan tanah tersapu banjir bandang pada 25 November 2025 (instagram/eloardoaruan)
Warga mencari korban di Desa Bair yang rata dengan tanah tersapu banjir bandang pada 25 November 2025 (instagram/eloardoaruan)

Masyarakat desa Bair mengungsi ke sebuah gereja. Itu terletak di desa lainnya. Masyarakat harus berjalan ke desa tersebut untuk mengungsi karena tempat tinggal mereka hanya tersisa tanah dan lumpur. "Di Bair itu ada sekitar puluhan rumah. Semuanya tak bersisa," kata Eliardo.

Cerita tentang pencarian korban memang menyayat hati. Warga yang anggota keluarganya masih hilang harus bolak-balik ke Desa Bair dengan satu asa. Keluarga mereka ditemukan dalam kondisi apapun. Di titik longsor Desa Bair, warga bersama aparat gabungan menggali tanah selama berhari-hari. Pada 6 Desember, rombongan Eliardo kembali ke lokasi dan menemukan satu jenazah. Tangis tak terbendung dari keluarga korban,

“Saya sudah coba viralkan dari tanggal 1 (Desember). Mereka hanya menggali dengan seadanya. Pakai cangkul. Kita butuh alat berat di sana, setelah saya pulang saya dengar alat berat sudah datang tanggal 9 Desember,” katanya.

2. Di Hutanabolon juga pemandangan tak kalah miris

antarafoto-dampak-banjir-bandang-di-tukka-tapanuli-tengah-1764786673.jpg
Warga melintas di area banjir bandang dan longsor di Kelurahan Huta Nabolon, Kecamatan Tukka, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Rabu (3/12/2025). (ANTARA FOTO/Yudi Manar)

Bahkan Eloardo bersedia menggaji warga yang bersedia untuk ikut membantu pencarian korban. "Kalau ada yang memerlukan bantuan cari korban, bilang saja. Walaupun yang ditemukan sudah jadi mayat, keluarga cuma ingin menguburkan dengan layak,” kata Eliardo.

Pemandangan tak kalah menyedihkan ada di Desa Hutanabolon, Kecamatan Tukka. Kondisi desa ini juga tak terbentuk. "Bedanya di sini ada ratusan rumah dan masih banyak korban," katanya.

Di Hutanabolon, banjir menghanyutkan gelondongan kayu dari hutan. Sungai berubah menjadi tumpukan kayu raksasa yang menutup aliran air dan menghantam jalan raya.

Selama berada di Tapteng, Eloardo menggambarkan suasana yang pedih. Ketika rombongan Eliardo tiba di lokasi pengungsian, mereka mendapati warga yang hanya duduk bengong, kelelahan oleh trauma. Tak ada sinyal, tak ada listrik, tak ada kabar dari dunia luar.

“Saat saya datang, mereka bilang ini bantuan pertama yang datang,” ujar Eliardo. Bersama tim mereka membawa genset dan Starlink. Begitu internet menyala, ponsel-ponsel warga berdering lagi. Mereka bisa kembali terhubung dengan keluarga yang harap cemas menanti. “Begitu mereka berhasil menghubungi keluarganya, pecah tangisan di sana-sini.”

3. Berharap pemerintah cepat bergerak

Citra satelit di Kawasan Tapanuli Tengah
Perbandingan citra satelit di Kawasan Tapanuli Tengah, 30 Desember 2020 dengan 1 Desember 2025. (Google Earth)

Di hari itu, pikap yang mereka bawa harus dibagi untuk beberapa titik. Selain Bair, ada Meladolok, dan Aloban. Kondisinya di Meladolok relatif aman, tidak ada rumah yang hancur, Aloban yang berada di bawah Desa Bair terkena banjir, tapi tidak separah Bair.

Eloardo dan tim juga menjangkau titik-titik lain seperti Sibolga dan Pandan. Di Sibolga juga ada korban jiwa. Kerusakan memang tidak separah Tapteng, tetapi tetap memicu kekacauan. Distribusi logistik terputus. Di tengah kepanikan itu, terjadi penjarahan di beberapa minimarket dan gudang beras Bulog.“Sawah tertimbun tanah longsor. Banyak yang gagal panen,” ujar Eloardo.

Eloardo berharap pemerintah secepatnya bergerak. Apalagi kin sungai berubah menjadi daratan penuh kayu. Jika hujan berikutnya datang, banjir bisa terulang. Selain itu akses harus dibuka agar ekonomi warga berputar lagi.

“Tolong turunkan alat berat. Supaya kayu-kayu itu bisa dibersihkan, jalan dibuka, ekonomi warga bisa pulih. Kalau aku hitung 2 alat berat sewanya Rp150 juta. 5 dump truk Rp375 juta.Belum lain-lain. Aku gak ngerti kondisi keuangan tapteng apakah masih ada dari APBD. Kita berharap ada CSR dari perusahaan yang ada di sana," ucapnya.

Pemerintah Provinsi Sumatra Utara sudah berupaya membuka akses. Namun masih ada puluhan kilometer yang belum ditembus. Dari data terakhir masih sampai di kilometer 39 jalur Tarutung-Tapteng.

Hal itu dikatakan Bupati Tapteng Masinton Pasaribu Saat ini kondisi Tapteng masih cukup parah dengan banyaknya desa terisolir."19 desa dan 1 kecamatan masih terisolir. 110 korban jiwa meninggal dunia, 33 orang korban dalam pencarian, 18.331 warga mengungsi di berbagai lokasi pengungsian dan menumpang di rumah-rumah warga," kata Masinton dari akun instagram resminya, Senin (8/12/2025).

Selain itu listrik hanya menyala di beberapa kecamatan. Sinyal internet juga masih lumpuh. "Kondisi listrik sudah menyala namun masih terbatas di beberapa kecamatan (masih dalam pengerjaan sambungan instalasi jaringan tiang listrik banyak yang tumbang," katanya.

Instalasi air bersih diungkapnya masih dalam perbaikan. Saat ini masih menggunakan pengiriman air bersih melalui mobil tangki air.

"Diperlukan tambahan berbagai jenis alat berat untuk menormalisasi sungai yang dipenuhi tumpukan gelondongan kayu dan sedimen tanah di dasar sungai akibat banjir bandang," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us

Latest News Sumatera Utara

See More

Jembatan Darurat dari Gelondongan Kayu Dibangun Lagi Usai Meluapnya Sungai Garoga

11 Des 2025, 15:00 WIBNews