[UPDATE] Banjir Sumut: Sebanyak 355 Meninggal Dunia, 84 Lainnya Masih Hilang

Medan, IDN Times - Data terbaru Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Provinsi Sumatera Utara mencatat 1.758.283 jiwa terdampak banjir di 19 kabupaten dan kota.
Menurut pembaruan data, Minggu (14/12/2025) petang, bencana ini menyebabkan 464.904 kepala keluarga terdampak, dengan jumlah pengungsi mencapai 30.266 jiwa dari 6.155 KK. Korban jiwa juga terus bertambah, dengan 355 orang meninggal dunia, 84 orang dilaporkan hilang, serta 2.285 orang mengalami luka-luka
Dampak terparah tercatat di beberapa daerah. Kabupaten Langkat menunjukkan lebih dari 455 ribu jiwa terdampak banjir. Kabupaten Tapanuli Tengah juga mencatat dampak signifikan dengan 296.453 jiwa terdampak, disertai 122 korban meninggal dunia dan 50 korban hilang. Sementara itu, Tapanuli Selatan melaporkan hampir 280 ribu jiwa terdampak, dengan 86 korban meninggal dan 30 orang masih hilang
Di Kabupaten Tapanuli Utara, banjir dan longsor berdampak pada lebih dari 14 ribu jiwa, dengan 36 korban meninggal dan dua orang masih dinyatakan hilang. Kota Sibolga mencatat 91.751 jiwa terdampak, dengan 54 korban meninggal dunia dan satu korban hilang. Kabupaten Humbang Hasundutan melaporkan 10 korban meninggal dan satu orang hilang akibat banjir dan longsor
Sejumlah daerah lain seperti Medan, Deli Serdang, Binjai, Serdang Bedagai, Batubara, Asahan, Tebing Tinggi, dan Mandailing Natal mencatat puluhan ribu hingga ratusan ribu warga terdampak, namun sebagian besar pengungsi di wilayah tersebut telah kembali ke rumah masing-masing setelah air surut.
Pemerintah setempat juga sudah memperpanjang status darurat bencana hingga 24 Desember 2025 mendatang.
“Kita merekomendasikan untuk memperpanjang status darurat bencana di beberapa kabupaten selama dua minggu ke depan. Dari rapat evaluasi, masih ada 18 kabupaten/kota yang belum menyatakan daerahnya aman dari ancaman bencana ini,” ujar Ketua Harian Posko Darurat Bencana Sumut Basarin Yunus Tanjung, Rabu (10/12/2025).
1. Lebih dari 38 ribu hektare lahan terdampak

Basarin menjelaskan bahwa beberapa wilayah masih memerlukan perhatian serius, termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Curah hujan yang masih tinggi, seperti di Desa Garoga, membuat langkah tanggap darurat tetap dibutuhkan.
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatra Utara meninggalkan jejak kerusakan yang luar biasa besar. Gubernur Sumatra Utara Muhammad Bobby Afif Nasution mengumumkan bahwa estimasi total kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp9,98 triliun, mencakup kerusakan di berbagai sektor strategis yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota.
Skala kerusakan yang tercatat menggambarkan betapa dahsyatnya dampak bencana kali ini. Infrastruktur menjadi salah satu sektor yang paling terpukul dengan rusaknya 23 ruas jalan nasional, tiga jembatan nasional, ditambah 25 ruas jalan dan lima jembatan provinsi. Pada sektor pertanian, lebih dari 38 ribu hektare lahan terdampak, termasuk 5.750 hektare sawah yang puso atau gagal panen.
Kerusakan juga meliputi 4.359 meter saluran irigasi serta 26 titik tanggul. Sektor perkebunan tak luput dari dampak, dengan 28.328 hektare areal yang rusak, sementara di sektor peternakan lebih dari 161 ribu ekor ternak ikut terdampak.
Di bidang pendidikan, sekitar 397 sekolah dari jenjang SMA hingga SD mengalami kerusakan. Fasilitas kesehatan pun terdampak, termasuk 18 rumah sakit, 25 puskesmas, 19 pustu, dan sembilan polindes. Sektor perumahan menjadi salah satu yang paling terpukul dengan 99.169 unit rumah rusak, disusul kerusakan pada 131 rumah ibadah di berbagai daerah.
2. Sebanyak 1.758.283 jiwa terdampak banjir di 19 kabupaten dan kota.

Data terbaru Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Provinsi Sumatera Utara mencatat 1.758.283 jiwa terdampak banjir di 19 kabupaten dan kota.
Menurut pembaruan data, Minggu (14/12/2025) petang, bencana ini menyebabkan 464.904 kepala keluarga terdampak, dengan jumlah pengungsi mencapai 30.266 jiwa dari 6.155 KK. Korban jiwa juga terus bertambah, dengan 355 orang meninggal dunia, 84 orang dilaporkan hilang, serta 2.285 orang mengalami luka-luka
Dampak terparah tercatat di beberapa daerah. Kabupaten Langkat menunjukkan lebih dari 455 ribu jiwa terdampak banjir. Kabupaten Tapanuli Tengah juga mencatat dampak signifikan dengan 296.453 jiwa terdampak, disertai 122 korban meninggal dunia dan 50 korban hilang. Sementara itu, Tapanuli Selatan melaporkan hampir 280 ribu jiwa terdampak, dengan 86 korban meninggal dan 30 orang masih hilang
Di Kabupaten Tapanuli Utara, banjir dan longsor berdampak pada lebih dari 14 ribu jiwa, dengan 36 korban meninggal dan dua orang masih dinyatakan hilang. Kota Sibolga mencatat 91.751 jiwa terdampak, dengan 54 korban meninggal dunia dan satu korban hilang. Kabupaten Humbang Hasundutan melaporkan 10 korban meninggal dan satu orang hilang akibat banjir dan longsor
Sejumlah daerah lain seperti Medan, Deli Serdang, Binjai, Serdang Bedagai, Batubara, Asahan, Tebing Tinggi, dan Mandailing Natal mencatat puluhan ribu hingga ratusan ribu warga terdampak, namun sebagian besar pengungsi di wilayah tersebut telah kembali ke rumah masing-masing setelah air surut.
Pemerintah setempat juga sudah memperpanjang status darurat bencana hingga 24 Desember 2025 mendatang.
“Kita merekomendasikan untuk memperpanjang status darurat bencana di beberapa kabupaten selama dua minggu ke depan. Dari rapat evaluasi, masih ada 18 kabupaten/kota yang belum menyatakan daerahnya aman dari ancaman bencana ini,” ujar Ketua Harian Posko Darurat Bencana Sumut, Basarin Yunus Tanjung, Rabu (10/12/2025).
3. Estimasi total kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp9,98 triliun

Basarin menjelaskan bahwa beberapa wilayah masih memerlukan perhatian serius, termasuk Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel). Curah hujan yang masih tinggi, seperti di Desa Garoga, membuat langkah tanggap darurat tetap dibutuhkan.
Bencana banjir bandang dan longsor yang melanda Sumatra Utara meninggalkan jejak kerusakan yang luar biasa besar. Gubernur Sumatra Utara Muhammad Bobby Afif Nasution mengumumkan bahwa estimasi total kerugian akibat bencana tersebut mencapai Rp9,98 triliun, mencakup kerusakan di berbagai sektor strategis yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota.
Skala kerusakan yang tercatat menggambarkan betapa dahsyatnya dampak bencana kali ini. Infrastruktur menjadi salah satu sektor yang paling terpukul dengan rusaknya 23 ruas jalan nasional, tiga jembatan nasional, ditambah 25 ruas jalan dan lima jembatan provinsi. Pada sektor pertanian, lebih dari 38 ribu hektare lahan terdampak, termasuk 5.750 hektare sawah yang puso atau gagal panen.
Kerusakan juga meliputi 4.359 meter saluran irigasi serta 26 titik tanggul. Sektor perkebunan tak luput dari dampak, dengan 28.328 hektare areal yang rusak, sementara di sektor peternakan lebih dari 161 ribu ekor ternak ikut terdampak.
Di bidang pendidikan, sekitar 397 sekolah dari jenjang SMA hingga SD mengalami kerusakan. Fasilitas kesehatan pun terdampak, termasuk 18 rumah sakit, 25 puskesmas, 19 pustu, dan sembilan polindes. Sektor perumahan menjadi salah satu yang paling terpukul dengan 99.169 unit rumah rusak, disusul kerusakan pada 131 rumah ibadah di berbagai daerah.

















