APGI Sumut: Pendaki Kerap Naik Gunung Demi Konten Tanpa Persiapan Memadai
Medan, IDN Times - Jalur pendakian menjadi sorotan karena sejumlah insiden seperti pendaki hilang, terjatuh, atau terlambat dievakuasi mencuat ke publik. Salah satunya, peristiwa seperti di Gunung Rinjani dan beberapa gunung lainnya menjadi cermin betapa sistem keselamatan pendakian masih jauh dari ideal. Tak sedikit daerah yang masih belum memiliki sistem mitigasi risiko berbasis standar, belum lagi kendala akses komunikasi, logistik, dan koordinasi lintas pihak saat kondisi darurat.
Seperti yang diketahui bahwa, Indonesia adalah negeri cincin api dengan ratusan gunung yang menjadi magnet bagi para pendaki, baik domestik maupun mancanegara. Namun, di balik pesonanya, jalur pendakian menyimpan berbagai risiko, mulai dari medan ekstrem, cuaca tak menentu, hingga minimnya infrastruktur keselamatan.
Sehingga, diperlukan sistem keselamatan di setiap jalur pendakian gunung populer di berbagai daerah serta menggali urgensi pembenahan sistem penyelamatan dan mitigasi bencana.
Di Sumatera Utara, ada sejumlah gunung yang hits bagi para pecinta alam yang mendaki gunung seperti Gunung Sibayak dan lainnya.
Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Sumut, Julina Martha Hutapea menjelaskan ada prosedur keselamatan yang biasa dilakukan sebelum dan sesudah mendaki. Mulai dari melakukan riset, destinasi tujuan hingga larangan buang sampah.
"Sebelum pendakian tentukan kita sudah mengadakan riset, dan menentukan destinasi tujuan pendakian kita. Memastikan dan mengurus izin pendakian, melengkapi semua kebutuhan saat pendakian dan mempersiapkan kesehatan fisik dan mental. Termasuk pembagian tugas dari masing-masing tim. Dan saat pendakian, tentukan sesama tim itu harus solid. Mematuhi tanda-tanda di jalur pendakian, tidak buang sampah sembarangan, dan sama-sama menerapkan K3," jelasnya pada IDN Times, Jumat (1/8/2025).
Hingga saat ini, Martha mengatakan tidak pernah menghadapi situasi darurat, tetapi di setiap pendakian yang di-handle, wajib menyampaikan segala sesuatunya dengan jelas kepada tim dan jangan bosan untuk menghimbau. Sebab, prinsipnya lebih baik mencegah daripada mengobati.
1. Jalur pendakian di Sumut masih jauh dari yang diharapkan

Saat ditanya, apakah jalur pendakian yang dilalui sudah memiliki standar keselamatan yang memadai. Diakuinya hingga saat ini jalur pendakian beberapa gunung yang hits di Sumut masih jauh dari yang diharapkan.
"Belum. Harapannya, hal ini akan segera kita benahi bersama. Semoga pemerintah, pengelola dan masyarakat bisa saling berkolaborasi, untuk pembenahan wisata pendakian di Sumatera Utara," harap Martha untuk keselamatan bagi para pendaki khususnya diwilayah Sumut.
Baginya, tantangan terbesar dalam mendampingi pendaki pemula atau yang overconfident sejauh ini adalah komunikasi. Sebab, komunikasi yang baik bisa menciptakan kegiatan pendakian yang menyenangkan. Baik itu satu tim atau ketemu di jalur pendakian. Hal yang sering dihadapi terbesarnya adalah tentang ketertiban, sehingga komunikasi yang baik menjadi solusinya.
2. Masalah yang terjadi saat pendaki hanya datang untuk konten tanpa persiapan yang memadai
Hal yang sering menjadi masalah bagi Martha, saat mendapat atau menyikapi pendaki yang datang hanya untuk konten tanpa persiapan yang memadai.
"Ini yang sering menjadi masalah, nekad tek-tok-an dengan kelengkapan yang seadanya. Padahal cerita naik gunung ya urusannya dengan sesuatu yang tidak terbatas. Kita boleh mengingatkan mereka, tentang berbagai bahaya yang kemungkinan terjadi, apabila kita tidak mempersiapkan diri dengan baik saat melakukan pendakian. Nah, di sini pihak pengelola pendakian juga mempunyai hak untuk melarang pendaki, jika dirasa persiapannya kurang, atau dari durasi waktu yang tidak pas," tegasnya.
3. Harus mengerti tentang sistem keselamatan dari masyarakat setempat dan berbagai pihak
Terkait kepedulian para pendaki terhadap kebersihan gunung, dikatakan Martha sangat kurang peduli. Padahal, mendaki untuk menikmati keindahan tapi malah meninggalkan kotoran ataupun sampahnya.
"Harusnya kita sama-sama bertanggungjawab untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar kita," tuturnya.
Dia berharap kepada pemerintah, pengelola wisata pendakian dan masyarakat untuk harus sama-sama mengerti tentang sistem keselamatan.
"Sebagai tuan rumah yang mengetahui karakter pendakian, cuaca dan kearifan lokal setempat, nah hal-hal inilah yang harus disampaikan kepada pengunjung yang datang, supaya sama-sama menjaga kebersihan, keamanan dan keselamatan saat berkegiatan," tandasnya.