Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mahasiswa Bersihkan Eceng Gondok di Danau Toba, Disulap Jadi Kompos

ilustrasi alat berat (dok.istimewa)

Samosir, IDN Times - Sebagian mahasiswa di perguruan tinggi negeri saat ini tengah menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kurang lebih mereka ditugaskan untuk mengabdi ke desa-desa terpencil untuk membantu masyarakat mengatasi masalah-masalah yang ada di wilayahnya masing-masing.

Tahun ini ada terobosan menarik yang dibuat mahasiswa KKN Unimed di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan, Pangururan, Kabupaten Samosir. Mereka membantu masyarakat Desa dengan membuat kompos yang diolah dari tumbuhan eceng gondok. Di mana mereka sebelumnya membersihkan areal Danau Toba dari tumbuhan bernama latin Pontederia Crassipes tersebut menggunakan eskavator beserta alat penggiling khusus.

1. Kurangi perkembangan eceng gondok dengan menyulapnya menjadi kompos untuk membantu sektor pertanian masyarakat

Mahasiswa KKN bersihkan Danau Toba dar eceng gondok (dok.pribadi)

Sebelumnya mahasiswa KKN Unimed telah melakukan suatu riset kecil-kecilan di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan. Di mana di tempat itu mereka melihat perkembangan eceng gondok perairan Danau Toba yang tidak terkendali.

Meskipun sebagian masyarakat memanfaatkan eceng gondok sebagai kerajinan, namun tumbuhan yang mengapung di air tersebut masih banyak sekaligus menghambat tumbuh kembang hewan perairan.

"Setelah kami lakukan observasi, ternyata di desa ini banyak tumbuhan eceng gondok di tepian danau yang bisa menjadi pemicu berkurangnya keanekaragaman hayati pada daerah yang ditempati," kata Putri Sinaga selaku PIC mahasiswa yang melakukan KKN di Desa Lumban Suhi-Suhi Toruan.

Berangkat dari hal tersebut, Putri dan teman-temannya berusaha mencari cara bagaimana agar eceng gondok dibersihkan dan limbahnya bisa dimanfaatkan. Ini disebutnya sebagai manifestasi pengabdian kepada masyarakat sekaligus menjadi solusi berbasis ekologis.

"Untuk pengolahan limbahnya sebenarnya bisa juga dimanfaatkan menjadi bentuk kerajinan tangan (kewirausahaan). Akan tetapi mengingat banyaknya limbah eceng gondok ini, jadi kami lebih baik mengolahnya ke pupuk kompos. Karena juga proses untuk membuat kerajinan tangan dari eceng gondok cukup lama dan itupun hanya mengurangi sedikit limbahnya," beber Putri.

2. Mahasiswa KKN membersihkan danau Toba dari eceng gondok pakai eskavator

Eceng gondok yang sudah digiling dan siap untuk difermentasikan (dok.pribadi)

Tampak mahasiswa KKN itu mengumpulkan eceng gondok berskala cukup besar. Di mana dalam proses pemgumpulan itu, mereka menggunakan sebuah eskavator.

"Kita menggunakan eskavator milik desa. Alat penggilingnya sama juga dari desa," kata Putri.

Mulanya, mereka mengumpulkan eceng gondok menggunakan eskavator. Setelah terkumpul, eceng gondok itu digiling lalu kemudian dicampur dengan komposisi tertentu untuk dilakukannya fermentasi.

"Kita juga mencampurkan Em4, dedak, sekam padi, kotoran kambing, cairan gula merah yang dilarutkan. Pembuatan pupuk kompos ini membutuhkan masa fermentasi. Jadi bahan Em4 tadi berperan dalam penghancuran atau pembusukan komposisi yang dicampur tadi," jelas Putri.

3. Kompos dari eceng gondok yang difermentasi akan diberikan kepada para petani

momen eceng gondok digiling menggunakan mesin (dok.pribadi)

Putri dan teman-teman kelompoknya dalam hal ini memiliki fokus membantu sektor pertanian. Eceng gondok yang kemudian siap difermentasi akan mereka salurkan secara sukarela kepada para petani di salah satu desa di kepulauan Samosir

"Kompos akan dibagikan kemasyarakat secara sukarela untuk sektor pertanian masyarakat. Di sini banyak menanam jagung, padi, bawang merah, hingga cabai juga ada. Karena pupuk kompos dapat meningkatkan hasil produktivitas tanaman," beber Putri.

Lebih lanjut Putri dan teman-temannya berharap agar masyarakat setempat dapat melakukan pembersihan eceng gondok secara rutin yang berada di pesisir danau. Pemanfaatan limbah eceng gondok disebutnya akan lebih bermanfaat lagi jika disulap jadi pupuk kompos, pupuk cair, bahan bakar, atau juga sebagai bentuk kerajinan tangan. 

"Tumbuhan eceng gondok ini cepat sekali pertumbuhannya. Kami memaksimalkan agar dapat mencari strategi dalam menangulangi penyebaran dan pertumbuhan eceng gondok tersebut secara berkelanjutan," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Eko Agus Herianto
Doni Hermawan
Eko Agus Herianto
EditorEko Agus Herianto
Follow Us