Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Alasan Mengapa Kamu Sulit Berpikir Objektif, Karena Halo Effect?

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/SaLam Ullah)
ilustrasi orang berpikir (pexels.com/SaLam Ullah)

Apakah kamu merasa bahwa kamu sulit untuk berpikir objektif? Kamu biasanya menilai situasi atau informasi dengan emosi, prasangka, maupun pengalaman pribadi. Keobjektifan dalam berpikir nyatanya tidak mudah kamu terapkan.

Padahal, berpikir secara objektif itu penting untuk menghasilkan keputusan yang objektif pula. Pengambilan keputusan secara objektif membuat kamu dapat mempertanggungjawabkan keputusan tersebut dan tidak merugikan siapapun. Mungkin kamu sulit berpikir objektif karena hal-hal berikut.

1.Lebih suka mencari informasi yang mendukung keyakinan kamu

ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi orang berpikir (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Hal ini bisa jadi alasan utama kenapa kamu sulit berpikir objektif. Sebab, kamu sendiri lebih suka mencari dan menerima informasi yang mendukung keyakinan kamu. Sedangkan, informasi lainnya yang bertentangan kerap kamu abaikan. Jelas hal tersebut tidak dibenarkan.

Dampaknya? Kamu akan sulit melihat suatu masalah dari sudut pandang berbeda, sulit menerima perspektif baru dan hanya ajek dengan opinimu. Jadi, carilah informasi yang dapat dibuktikan kebenarannya serta bermanfaat bagi dirimu sendiri, ya.

2.Adanya halo effect

ilustrasi orang bersalaman (pexels.com/fauxels)
ilustrasi orang bersalaman (pexels.com/fauxels)

Pernah mendengar istilah halo effect atau efek halo? Efek halo tergolong hal negatif. Mengapa demikian? Sebab, efek halo merupakan bentuk bias yang memengaruhi cara kamu menilai seseorang secara keseluruhan berdasarkan kualitas yang mereka tonjolkan.

Efek halo membuat seseorang menilai orang lain dengan sangat cepat hanya dari tampilan luarnya. Misalnya nih, kamu menilai orang berkacamata sebagai orang yang cerdas, padahal tidak selalu demikian. Di dunia kerja, efek halo berbahaya karena bisa menciptakan ketidakadilan dalam kesempatan karier.

3.Pengetahuan yang terbatas terhadap suatu hal

ilustrasi orang menulis (pexels.com/Arina Krasnikova)
ilustrasi orang menulis (pexels.com/Arina Krasnikova)

Nyatanya, pengetahuan yang terbatas bisa membatasi kemampuan kamu dalam berpikir objektif. Hal ini terlihat jelas, ya. Bagaimana kamu bisa menilai suatu hal berdasarkan fakta dan logika kalau kamu tidak punya pengetahuan yang cukup mengenai suatu hal itu?

Sebaliknya, kalau kamu memiliki informasi yang cukup tentang suatu topik, kamu kemungkinan bisa membuat kesimpulan berdasarkan data yang akurat. Misalnya, kamu paham konsep ekonomi, kamu pun dapat dengan mudah menilai kebijakan ekonomi secara objektif.

4.Bertolak pada pengalaman masa lalu

ilustrasi orang membeli makanan (pexels.com/Tim Samuel)
ilustrasi orang membeli makanan (pexels.com/Tim Samuel)

Jelas, ini bisa memengaruhi kamu dalam berpikir secara objektif. Pikiran yang objektif itu luput dari prasangka maupun pengalaman pribadi. Jadi, selama kamu masih bertolak pada pengalaman masa lalu, kamu akan sulit berpikir objektif. Sebaliknya, kamu akan sering berpikir secara subjektif.

Pengalaman masa lalu dapat memengaruhi cara kamu menginterpretasikan kondisi saat ini. Misalnya, kamu pernah ditipu oleh penjual, kamu mungkin jadi lebih curiga terhadap semua penjual karena pengalaman pahit itu, sekalipun penjual tersebut berlaku jujur.

5.Bentuk pertahanan dan perlindungan diri

ilustrasi orang berbagi cerita (pexels.com/Vitaly Gariev)
ilustrasi orang berbagi cerita (pexels.com/Vitaly Gariev)

Poin terakhir adalah pertahanan diri. Kamu barangkali tidak sadar berpikir subjektif untuk melindungi dirimu sendiri dari perasaan yang menyakitkan, rasa bersalah, maupun rasa cemas. Gambaran sederhananya, ketika kamu mendapatkan informasi atau mendengar pendapat yang bertentangan dengan keyakinanmu, kamu lantas menolak atau mungkin mendistorsinya.

Dalam kondisi tersebut, kamu mungkin menyalahkan faktor di luar dirimu dibanding mengakui kekurangan diri sendiri. Hal ini tentu bukan suatu hal yang baik dan jika dibiasakan akan berdampak negatif ke depannya.

Dengan mengetahui alasan-alasan tersebut, kamu bisa belajar untuk berpikir secara objektif. Biasakanlah untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang berbeda dan memandang suatu hal tidak dari satu sudut pandang saja. Kembangkan pula kemampuan berpikir kritis kamu, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us