Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Utamasia Youth Competition 2025 Wujudkan Festival Usia Dini Standar FIFA

IMG-20250623-WA0018.jpg
Gelaran Utamasia Youth Competition 2025 di Lapangan Cadika Medan (dok.Utamasia)

Medan, IDN Times- Gelaran Utamasia Youth Competition 2025 di Lapangan Cadika Medan Johor pada 14, 15, 21, dan ditutup dengan meriah pada 22 Juni. Festival ini diikuti 48 tim dari 3 kategori usia yakni U-8, U-10 dan U-12. Festival ini digelar pertama kali untuk festival percontohan sesuai standar internasional yang sesuai regulasi FIFA dan kepelatihan modern.

Mulai dari ukuran lapangan dan bola, sistem perwasitan, hingga format festival yang menghibur baik pemain, orang tua, maupun penonton, semua dirancang secara matang.

Selain itu dipadukan dengan unsur entertainment dengan panggung seni, lomba menyanyi, tari tanpa dipungut biaya pendaftaran. Aksi Lebah Begantong dan Sandwitch Band menjadi penutup gelaran yang digelar pada akhir pekan ini.

“Konsep awalnya sederhana, kami ingin mengisi waktu libur sekolah anak-anak. Karena itu, peserta tidak dibatasi hanya dari SSB atau akademi sepakbola. Kami berharap ada juga partisipasi dari sekolah dasar bahkan komunitas pengajian. Intinya, kami ingin menjadi wadah bagi semua komunitas sepakbola anak-anak untuk berkumpul dan bertanding,” ujar Gusti Lubis, Ketua Panitia Utamasia Youth Competition 2025, dalam sebuah talkshow di sela-sela pertandingan.

1. Membuka peluang tim luar kota ikut serta

IMG-20250623-WA0023.jpg
Gelaran Utamasia Youth Competition 2025 di Lapangan Cadika Medan (dok.Utamasia)

Menurut Gusti, konsep festival ini membuka peluang lebih luas bagi tim dari luar kota untuk ikut serta. “Ada Coach Horas dari Doloksanggul yang membawa timnya ke Medan. Anak-anaknya bermain bola, orang tua bisa bersantai menikmati pertunjukan musik dan kuliner. Ini yang kami maksud dengan kolaborasi: semua pihak bisa menikmati momen bersama di lapangan bola,” tambahnya.

Gusti menegaskan bahwa Utamasia Youth Competition bukanlah kegiatan satu kali. Ia berkomitmen untuk terus berada di Utamasia dan membangun sepakbola Sumut dari akar rumput.

“Ke depan, kami akan melanjutkan Liga dan Copa Utamasia untuk kelompok usia 8-15 tahun. Kami juga sedang merancang festival serupa di liburan akhir semester ganjil bulan Desember, dengan target peserta mencapai 96 tim dan mungkin digelar di dua lokasi sekaligus,” lanjutnya.

2. Pentingnya menit bermain dan edukasi bagi anak dan pelatih

bab2355ae08946959277eb1fb2ae6ad2.jpg
Penyelenggara Utamasia Youth Competition di Lapangan Cadika Medan (dok.Utamasia)

Gusti mengatakan, setiap usia ada fasenya untuk berkembang. Sehingga tidak bisa dipaksakan anak-anak bermain untuk menang dan kalah.

“Kalau dibilang sebagai warisan mungkin terdengar berlebihan, tapi saya ingin ini menjadi contoh. Karena sepakbola usia dini tidak semata-mata tentang menang kalah. Sesuai filosofi Filanesia, usia 6-9 itu fase bermain-belajar, dan usia 9-13 belajar-bermain. Jadi bermain tetap jadi inti, dan itulah yang kami bangun di sini,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Teknik Asprov PSSI Sumut, Ridwan Saragih, juga mengapresiasi ajang ini. “Kami dari Asprov sangat menghargai inisiatif ini. Kegiatan seperti ini sejalan dengan program pengembangan sepakbola usia dini kami,” kata Ridwan.

Ia juga menekankan pentingnya menit bermain dan edukasi bagi anak-anak ketimbang sekadar mengejar kemenangan. “Melalui ajang ini, kita memberi pengalaman kepada anak-anak, sekaligus mengedukasi pelatih dan orang tua soal sepakbola modern. Ini pondasi penting untuk kemajuan Sumut,” jelasnya.

Ridwan juga memaparkan arah kebijakan pelatih berdasarkan lisensi untuk mendukung pengembangan ini. “Untuk pelatih usia 6-9 tahun minimal lisensi D, usia 10-15 lisensi C, dan usia 15 ke atas lisensi B. Dengan begitu, anak-anak bisa mendapatkan ilmu sepakbola sesuai perkembangan zaman, bukan hanya berdasar pengalaman masa lalu,” tambahnya.

3. Berawal dari halaman rumah

IMG-20250623-WA0014.jpg
Gelaran Utamasia Youth Competition 2025 di Lapangan Cadika Medan (dok.Utamasia)

Sekilas sejarah Academy Utamasia yang lahir dari halaman rumah Donny Fernando Siregar pada tahun 2020 di masa pandemik COVID-19. Donny awalnya hanya melatih anaknya untuk skill sepak bola dasar halaman seluas 15x15 meter. Aktivitas itu menarik minat orang tua lain dan anak-anak pun mulai berdatangan.

“Waktu itu kami sering latihan di halaman rumah. Lama-lama ada 19 anak yang ikut, sementara halamannya kecil. Akhirnya kami cari lapangan yang lebih layak,” cerita Donny, pendiri Utamasia.

Nama "Utamasia" pun tercipta dari gabungan nama Jalan Utama, tempat mereka sering nongkrong (TST), dan inspirasi dari akademi La Masia milik Barcelona.

Donny juga mengenang masa awal dengan penuh tawa. “Rumput rumah dari tebal sampai tandus, semua hilang. Latihan tetap jalan meski hujan. Bahkan istri saya ikut bantu mandikan anak-anak dengan air hangat setelah latihan. Semua gratis, belum ada iuran apa-apa,” kisahnya sambil tertawa.

Kini, Utamasia terus berkembang. Mereka rutin menggelar kompetisi kelompok usia U-8, U-10, dan U-12 di lapangan Boca Junior. Untuk kelompok usia U-13 dan U-15, kompetisi digelar di Lapangan Cadika dan PPLP Sumut, dengan dukungan penuh dari Gusti Lubis sebagai investor.

“Desember nanti kami juga akan kembali menggelar event seperti ini, dan sebelum itu ada Copa Utamasia. Kami akan terus menjaga konsistensi untuk menciptakan ekosistem sepakbola anak yang sehat,” tutup Donny.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Doni Hermawan
EditorDoni Hermawan
Follow Us