TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengenal Ritual Erpangir Ku Lau dari Karo untuk Hindari Malapetaka

Dilakukan dengan berbagai tujuan

Erpangir Ku Lau (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Masyarakat suku Karo Sumatera Utara memiliki tradisi yang dilakukan secara turun temurun, dalam bentuk upacara. Tujuan dari upacara tersebut merupakan sebuah bentuk penghormatan kepada leluhur. Juga sebagai bentuk doa kepada tuhan, agar diberikan kemudahan. Khususnya dalam pekerjaan bertani. 

Kegiatan ini diajarkan oleh pendahulunya, sekaligus bentuk menghargai leluhur yang sudah mempelopori upacara tersebut. Untuk mengetahui lebih jelas upacara Erpangir Ku Lau, simak ulasan berikut ini.

Baca Juga: Mengintip Keindahan Taman Seribu Bunga Desa Raya Kabupaten Karo

1. Apa itu Erpangir Ku Lau?

Ilustrasi jeruk purut dalam piring (lifestyle.kompas.com/Wisnubrata)

Upacara Erpangir Ku Lau merupakan tradisi khas Karo. Yang memiliki pengertian dari namanya tersebut. Erpangir yang bermakna mandi atau langir. Sedangkan ku Lau yang diambil dari kata dasar Maba Ku Lau. Yang artinya membawa anak turun mandi.

Tradisi upacara Erpangir Ku Lau tersebut sudah dilakukan cukup lama. Dan diturunkan turun-temurun dari generasi ke generasi. Masyarakat percaya jika tetap menjalankan tradisi tersebut akan membawa berkah untuk setiap kegiatan bertani yang dilakukan. Walaupun saat ini eranya sudah modern, tradisi ini tetap ada. Dan dilakukan setiap tahunnya oleh masyarakat suku Karo. 

2. Cara melakukan upaya Erpangir Ku Lau dan jenisnya

Erpangir Ku Lau (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Proses upacara Erpangir Ku Lau tidaklah sesulit upacara lainnya. Yang dilakukan oleh masyarakat suku Karo. Hanya membutuhkan waktu satu hari saja. Dan tidak membutuhkan hidangan yang mewah untuk para peserta upacara. 

Selain itu ada beberapa jenis pangir. Seperti Pangir selamsam yang ringan bobotnya. Peralat terdiri dari rimo mukur (jeruk purut), baja (getah kayu besi), minyak kelapa, dan sebuah mangkuk putih untuk tempat pangir. Biasanya digelar karena mendapat mimpi buruk.

Ada juga Pangir sitengah dengan empat jenis jeruk dan jeruk purut itu wajib. Dilakukan di Lau Sirang, tempat air mengalir terbelah menjadi dua aliran dan memakai pertolongan guru. 

Selain itu ada Pangir sintua (agung) yang memerlukan peralatan yang lebih banyak mulai dari penguras, tujuh jenis jeruk, wajan, dan harus dilakukan di Lau Sirang. Pada zaman dahulu diikuti dengan bunyi senapan. Selain itu juga memakai Erkata Gendang atau peralatan musik Karo.

Baca Juga: 5 Tarian Khas Karo yang Perlu Dilestarikan dan Kisah di Baliknya

Berita Terkini Lainnya