Memprihatinkan! Sumut Peringkat 1 Pecandu Narkoba Terbanyak
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times – Peredaran narkoba semakin memprihatinkan di Indonesia. Saban hari kasusnya kian meningkat di Indonesia. Penyelundupan barang haram itu pun semakin masif dilakukan para bandar dan jaringan internasional. Sekian kali dilakukan pengungkapan oleh aparat yang berwenang, tidak ada tanda-tanda penurunan kasus.
Bahkan, para pelaku bisnis gelap ini melakukan berbagai modus operandi untuk menyelundupkan narkoba. Aparat pun sedikit kelimpungan melakukan penindakan.
Deputi Pemberantasan BNN Arman Depari mengatakan saat ini di Sumut, angka penyalahgunaan narkoba mengkhawatirkan. Pecandunya masuk angka lebih dari satu juta orang menurut survey teranyar.
1. Sumut naik peringkat pecandu terbanyak di Indonesia
Sumut naik dari peringkat ketiga ke peringkat teratas pada survey saat ini. “Pada survey yang lalu, Sumut itu peringkat tiga. Tapi sekarang sudah peringkat pertama mengalahkan DKI Jakarta yang pada waktu survei yang lalu menduduki rangking pertama. Kalimantan Timur jauh lebih menurun dan juga sumatera selatan menduduki posisi kedua,” ujar Arman saat konferensi pers kasus penyelundupan sabu sindikat Malaysia-Aceh-Sumut, Senin (29/6) di Medan.
Baca Juga: 40 Kg Sabu Gagal Edar, Pelaku Juga Pernah Buang 160 Kg Sabu di Laut
2. Sumut jadi pintu masuk dengan banyaknya jalur tikus di garis Pantai Timur
Peran masyarakat, kata Arman, sangat dibutuhkan untuk melakukan pemberantasan narkoba. Sumut menjadi sasaran empuk para bandar karena permintannya sangat tinggi.
Belum lagi, Sumut juga memiliki banyak pintu masuk khususnya dari perairan. Jalur-jalur pelabuhan tikus menjadi problem tersendiri dalam melakukan pencegahan.
“Sumut ini pasar yang terbesar di kawasan Sumatera. Sasarannya generasi millennial,” ungkap jenderal polisi berambut gondrong itu.
3. Garis pantai yang cukup panjang, keterlibatan oknum penegak hukum jadi problem pencegahan
Arman tak menampik jika pencegahan peredaran narkoba terkendala dengan kondisi geografis di Sumatera. Garis pantai yang cukup panjang menyulitkan petugas melakukan pengawasan.
“Garis pantai panjang sekali, pengawasannya saja tidak cukup untuk menempatkan personel dan alat kita,” katanya.
Bahkan dia tak menampik jika keterlibatan oknum penegak hukum dalam peredaran narkoba yang juga memperburuk kondisi.
“Satu dua kali ada keterlibatan oknum. Kalaupun tidak terlibat, berarti ada pembiaran. Tidak bertindak secara profesional. Namun yang berpengaruh, sudah kita lakukan penangkapan tapi pasarnya tidak habis. Permintaan tidak pernah turun,” tukasnya.
Arman berharap bonus demografi yang dimiliki Sumut akan mampu membangun perekonomian negara ke arah yang lebih baik agar mampu bersaing dengan dunia internasional. Bukan malah menjadi sumber peredaran narkoba yang ujungnya merusak bangsa
“Ini yang menjadi pemikiran kita, dan beberapa hari ini akan terus kita lanjutkan bersama-sama dengan petugas gabungan yang terdiri dari Bea Cukai Polisi TNI dan tentu BNN secara terus menerus akan melakukan operasi sepanjang Panai Timur, Sumatera yang menjadi wilayah rawan penyeludupan narkoba,” pungkasnya.
Baca Juga: Bawa Mobil Tanpa STNK, Mantan Polisi Ketahuan Bawa Sabu-sabu