PHI: Kekerasan Seksual Berbasis Online Makin Marak Terjadi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Komunitas Perempuan Hari Ini (PHI) menggelar acara Open House sebagai wadah bertemunya komunitas dan jejaring individu lain yang selama ini pernah bersinergi, dengan tujuan untuk berdiskusi ataupun berkegiatan advokasi terkait pelecehan seksual, pada Sabtu (6/2/2021) di Sekretariat PHI jalan Jati II, Medan.
Ketua PHI, Lusty mengatakan acara ini menjadi self healing dalam diri serta teman lainnya yang datang, dengan suguhan diskusi untuk menguatkan dan merefresh kembali yang sudah dijalani selama kurang lebih 4 tahun hadirnya komunitas PHI.
"Di open recruitment dan targetnya kita ingin membagi kerja-kerja kita yang lebih serius lagi di beberapa pos pendidikan seks dan gender, diskusi, kegiatan advokasi dan lain sebagainya. Nah, kita mau lebih mendalami. Kemudian kita ada pelatihan, untuk teman-teman yang terjaring sebagai calon dan terakhir kita mengadakan peringatan milad Ke-4 tahun PHI," ujar Lusty.
1. PHI akan buka rekruitmen anggota baru untuk sinergikan Perempuan
Lusty juga menyampaikan bahwa komunitas PHI yang telah beranggotakan 12 orang, akan menambah dan melakukan rekruitmen anggota baru. Dirinya mengatakan untuk syarat dan ketentuan masuk sebagai calon anggota PHI tak memiliki syarat khusus.
"Kalau kita sih sebenarnya tidak ada ketentuan yang harus gimana. Tapi yang penting adalah bagi siapa yang mengidentifikasikan diri sebagai perempuan. Jadi kita kayak gak punya batasan," tambahnya.
Selama ini PHI bekerjasama dengan lembaga seperti PKPA, Konekin Indonesia, FITRA Sumut, dan lainnya
Baca Juga: Kantor PLN Kuala Langkat Dilempar Molotov, Polisi Buru Pelaku
2. Selama 4 tahun Komunitas PHI, ditemukan berbagai kasus pelecehan seksual
Selama 4 tahun berjalannya komunitas PHI, banyak berbagai macam isu ditemukan dan diselesaikan salah satu contoh adanya kekerasan dan pelecehan seksual kepada Perempuan. Namun, dalam masa pendampingan korban tersebut beberapa kasus tak di-publish untuk merahasiakan korban karena hal tersebut meupakan hak korban.
"Kalau gambar umumnya kasus yang kita hadapi sejauh ini advokasi kekerasan seksual dengan berbasis online yang paling sering misalnya kayak ada chat seks yang tiba-tiba masuk ke HP-nya," jelas Lusty.
3. Lusty: Kita gak berharap banyak sama pemerintah, karena tak terlalu care dengan persoalan ini
Lusty berharap PHI menjadi contoh bagi teman-teman yang akan menggerakan atau membentuk komunitas perempuan lainnya. "Karena kita tidak bisa mem-back-up semua, jangkauannya kan luas. Sedangkan PHI terbatas dengan dayanya. Kita berharap kita bukan satu-satunya perempuan yang isu gender," tuturmya.
"Kita gak berharap banyak sama pemerintah, karena tak terlalu care dengan persoalan ini. Mereka menganggap hal ini nomor sekian dan luput dari perhatian," tegasnya.
4. Echa menilai dengan kehadiran komunitas PHI dapat menghapus stigma terkait pelecehan seksual yang sudah seperti fenomena gunung es
Sementara itu, Echa Tarigan sebagai ketua panitia Open House PHI mengatakan bahwa kegiatan open house menjadi rutinitas setiap tahun untuk menjalankan kerjasama dan membuka jejaring lebih luas.
"Tujuannya tetap sama. Istilahnya semakin luas membuka sayapnya untuk kembali berjejaring bersama kelompok apapun yang ada di Kota Medan untuk sama-sama melakukan gerakan yang mendukung kemanusiaan," ungkap Echa.
Menurutnya, dengan kehadiran komunitas PHI dapat menghapus atau tiadakan stigma terkait pelecehan seksual yang sudah seperti fenomena gunung es.
"Jadi semakin didorong lagi siapapun itu dalam dirinya pasti pernah merasakan pelecehan seksual, itu sih yang gak kita normalisasi untuk berbicara," ungkapnya.
Baca Juga: Gara-gara Rokok, Dapur Penyulingan Minyak Ilegal di Langkat Meledak