TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rektor USU Terpilih Diterpa Isu Plagiat, Akademisi: Terkesan Politis

Pelapor dan tim yang dibentuk masih dipertanyakan

Rektor USU Muryanto Amin (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Wacana soal tindakan plagiat yang diduga dilakukan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) terpilih Muryanto Amin terus mencuat sejak hari pemilihan pada Kamis 3 Desember 2020 lalu. Berawal dari pesan elektronik dari seseorang di Singapura kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 6 Desember 2020.

Dari surat elektronik itu, Rektor USU yang masih menjabat Runtung Sitepu membentuk Tim Penelusuran Dugaan Self-Plagiarism yang diduga dilakukan Muryanto Amin. Kepala Perpustakaan USU Jonner Hasugian ditunjuk sebagai ketua tim. 

“Tanggal 6 lalu, ada saluran elektronik yang masuk ke Mendiknas, dari NUS (Nasional University Singapore). Jadi ada seseorang entah kawan Pak Menteri satu kuliah atau kerja saya gak tahu. Lalu tersebar di beberapa grup WA, terus lalu, katanya menyangkut nama universitas. Rektor jawab di pers akan membentuk tim meneliti itu benar atau tidak,” ungakap Jonner, Senin (21/12/2020).

Baca Juga: Muryanto Jadi Rektor Baru, Pertama dari FISIP Sepanjang Sejarah USU

1. Tim penelusuran tolak menyebutkan hasil penelusuran

Biro Rektor USU (Dok. USU)

Tim itu bekerja sejak 10 Desember 2020. Mereka menggunakan aplikasi turnitin dan plagiarism checker dan manual untuk melakukan penelusuran beberapa artikel milik Muryanto Amin. Namun Jonner menolak menyebut artikel mana yang diduga diduplikasi. Dia hanya menyebut jika artikel itu sudah tersebar di sejumlah grup percakapan.

“Saya tidak bisa mengungkapkan datanya,” ujarnya.

Jonner juga menolak menjelaskan hasil penelusuran. Kata Jonner, dia tidak punya kewenangan untuk menjelaskannya.

Hasil penelusuran itu sudah diserahkan ke Rektor USU Runtung Sitepu pada 12 Desember 2020. Rektor USU kemudian menyerahkan kepada Dewan Guru Besar. Setelah proses klarifikasi dari Muryanto Amin pada 16 Desember 2020, Dewan Guru Besar akan melakukan pleno pada 22 Desember 2020.

“Kami hanya mengumpulkan data. Kalau seperti apa datanya, saya tidak berhak. Karena sudah di tangan pak rektor,” ujar Jonner.

2. Jonner juga bungkam soal jenis plagiat yang dituduhkan

Universitas Sumatera Utara (Dok Humas USU)

IDN Times kembali menanyai soal jenis plagiarisme yang ditudingkan. Namun Jonner kembali menjawab jika itu bukan kewenangannya. Dia hanya menjejelaskan soal jenis-jenis tindakan plagiat atau duplikasi.  

Jonner hanya memberikan sinyal jika salah satu dokumen yang diperiksa masuk ke dalam repository USU. Sehingga perpustakaan USU punya kewenangan untuk melakukan penelusuran.

Informasi yang berhasil dihimpun, Muryanto diduga melakukan self-plagiarism atau autoplagiarism. Ada dugaan publikasi ganda karya ilmiah. Namun hal itu sudah dibantahkan Muryanto dalam proses klarifikasinya kepada Dewan Guru Besar.

Jonner pun mengatakan jika kasus plagiat pernah terjadi di USU pada 2013 dan 2015. Namun dia enggan membeberkan data keseluruhan soal tindakan plagiat di USU. Dia mengaku tidak mengingatnya.

3. Tudingan soal tindakan self-plagiarism terlalu dianggap politis

www.usu.ac.id

Tudingan publikasi terhadap satu-satunya rektor yang berasal dari FISIP USU ini pun menuai diskusi hangat di kalangan akademisi. Terjadi pro kontra soal tudingan yang dilempar ke publik.

Akademisi yang juga Alumni dari FISIP USU Dadang Darmawan Pasaribu turut berkomentar. Kata dia, wacana ini terlalu politis. Menyusul isu yang dihembuskan usai pemilihan rektor beberapa waktu lalu.

“Tuduhan ini sangat terkesan politis, karena baru saja USU melakukan pemilihan rektor. Karena itu harapan kita, biarlah proses pemilihan rektor ini kita selesaikan sampai tuntas. Dan kita berharap Menteri Nadiem menjamin proses ini sampai selesai, sebagaimana yang sudah ditetapkan,” ungkap Dadang.

Mantan Ketua Badko HMI Sumut era reformasi ini juga mempertanyakan soal pelapor yang belum diketahui orangnya. Apalagi sampai pelapor merupakan orang dari luar.

Penelusuran IDN Times, pengirim email ke Kemendikbud berinisial SDHD. Namun belum diketahui pasti apa motifnya melaporkan dugaan plagiarisme itu.

“Berkaitan dengan pengadu, dalam hal ini adalah, orang yang tidak jelas siapa yang mengadukan, bahkan ada kabar, ini adalah orang dari luar. Artinya, dilihat dari segi pengadu artinya ada ‘permainan’ dari sekelompok orang yang intinya adalah merusak nama baik reputasi rektor terpilih. Sehingga butuh kejernihan dan kejujuran dari rektorat hari ini, untuk tidak mempertimbangkan semua itu, sebelum tuduhan plagiasi ini,” tegas Dadang.

4. Tim yang dibentuk rektor juga masih dipertanyakan

IDN Times/Istimewa

Dadang juga memberikan kritik keras terhadap kebijakan Runtung Sitepu yang membentuk tim penelusuran. Kata dia, pembentukan tim itu sungguh tidak etis karena dibentuk saat sudah ada rektor terpilih.

Harusnya, kata Dadang, tim penelusuran itu dibentuk oleh Kemendikbud. Sehingga lebih menjunjung prinsip keadilan dan tidak terseret dalam dugaan politisasi untuk menjegal rektor terpilih.

“Harusnya rektor menyerahkan itu pada prinsip keadilan yang harus ditegakkan dalam perguruan tinggi,” ungkapnya.

Baca Juga: Bikin Pangling, 10 Potret Asli Kiki Pembantu Aldebaran di Ikatan Cinta

Berita Terkini Lainnya