TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mural Kritik Dihapus, Pegiat Seni Medan: Pemerintah Jangan Baper

Mural adalah salah satu bentuk perjuangan

Mural Orangutan karya Komunitas Kampung Sendiri. (Dok Kampung Sendiri)

Medan, IDN Times – Soal penghapusan berbagai karya seni mural tengah santer belakangan. Di berbagai daerah tak jarang mural yang menyentil pemerintah justru dihapus.

Penghapusan mural ini menuai kritik dari berbagai pihak. Terutama para pegiat seni. Kritik juga datang dari Kota Medan, Sumatra Utara. Meskipun, sampai sekarang belum ada ditemukan langsung ada aparat penegak hukum yang melakukan penghapusan karya seni yang biasa tampil di dinding-dinding perkotaan itu.

Baca Juga: Mural Selalu Jadi Ekspresi Kritik Secara Damai

1. Pemerintah harusnya tahu, mural juga berperan dalam kemerdekaan Indonesia

Mural karya Komunitas Kampung Sendiri di kawasan Jalan Sisingamangaraja. (Dok Kampung Sendiri)

Kritik pedas datang dari Komunitas Kampung Sendiri. Koordinator Kampung Sendiri yang juga pegiat mural Bobi Septian mengatakan, pemerintah sepertinya lupa. Karya seni mural sebenarnya sudah eksis sejak zaman penjajahan.

Bahkan bagi Bobi, mural juga punya peranan penting dalam menggelorakan kemerdekaan Indonesia. Sebut saja mural ‘Merdeka ataoe Mati’ yang sampai sekarang masih eksis. Tulisan ini membakar semangat para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dari penjajah.

“Para pemimpin kita lupa, bahwa mural ini adalah gerakan perjuangan. Yang dibuat kawan-kawan itu adalah suara hati, yang harus sebenarnya direspon bukan malah dihapus,” ujar Bobi, Kamis (2/9/2021).

2. Pemerintah tidak boleh baper, mural harusnya direspon dengan baik sebagai kritik

Mural karya Komunitas Kampung Sendiri. (Dok Kampung Sendiri)

Penghapusan berbagai mural di berbagai daerah mencermikan betapa tidak demokratisnya negara saat ini. Kritik lewat coretan malah dibalas dengan  penghapusan.

Mural sejatinya adalah seni dalam melontar kritik. Harusnya, kata Bobby, pemerintah tidak perlu reaksioner dan malah terkesan otoriter dengan menghapus seni kritik itu.

“Jadi pemerintah dan penguasa republik ini jangan baperan. Jangan justru kebakaran jenggot. Dikala kaum yang menggerogoti negara justru terkesan dibela, kaum seniman tidak dibela. Introsepeksi saja, tidak perlu dihapus, tidak perlu dicari siapa pekaryanya. Mereka bukan kriminal, bukan monster, bukan penjajah. Mereka hanya beraspirasi lewat coretan,” tukasnya.

Baca Juga: 10 Kota dengan Mural Terbaik dan Paling Unik di Dunia, Keren Abis!

Berita Terkini Lainnya