Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
“Pak tolong kami. Kami sudah mengangkat bendera putih. Kami sudah tak sanggup lagi,"
Itulah ungkapan Andi, satu dari sekian banyak pedagang kuliner malam di Pajak Kedan, Komplek MMTC, Kota Medan, Sabtu (24/7/2021) siang.
Andi dan rekan-rekannya menggelar aksi memasang bendera putih di lapak dagangannya. Aksi itu adalah bentu protes terhadap Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 yang merupakan perpanjangan PPKM Darurat di Kota Medan.
Baca Juga: Protes PPKM Darurat, Para Penjual Kopi Medan Jualan di Titik Nol
1. Aksi serentak dilakukan di sejumlah pusat kuliner lainnya
Para pedagang kuliner malam memasang bendera putih tanda menyerah di depan lapak masing-masing. PPKM yang terus diperpanjang memukul sektor UMKM yang dijajal mereka. (IDN Times/Prayugo Utomo) Kata Andi, aksi itu tidak hanya dilakukan oleh para pedagang di Pajak Kedan. Aksi pemasangan bendera putih tersebut serentak dilakukan di beberapa titik.
“Selain di sini, aksi juga dilakukan di Megapark, PRR Marelan, Metrolink, Pajak Kedan. Dan ini akan berlanjut dengan kawan kawan yang lain. Ada ribuan pedagang yang terdampak,” ujar Andi.
2. Beberapa pedagang sudah gulung tikar
Seorang anak pedagang kuliner malamdi Pajak Kedan, Medan tengah bermain gawai di depan lapak orangtuanya yang tutup karena terdampak PPKM Level 4. (IDN Times/Prayugo Utomo) Aksi pemasangan bendera putih itu dilakukan sebagai tanda mereka menyerah. Karena, selama PPKM dilaksanakan, omzet mereka anjlok. Karena mereka berjualan hanya pada malam hari. Sementara, dalam aturan PPKM pedagang hanya boleh berjualan hingga pukul 20.00 WIB.
“Kami mengangkat bendera putih sebagai tanda kami menyerah pada keadaan. Kami adalah rakyat yang taat kepada peraturan. Tapi keadaan dan peraturan itu tidak memihak kami. Tidak memihak pedagang kuliner malam,” ujarnya.
Selama PPKM itu juga, tidak sedikit pedagang yang terpaksa gulung tikar. Bahkan ada yang sudah tidak sanggup lagi membayar pekerja. Bahkan sebelum PPKM diberlakukan pun, perekonomian mereka sudah memburuk.
“kami cari makan hari ini untuk makan hari ini. Bukan untuk foya foya. Selama ini kami mencoba untuk bertahan. Bukan hanya gulung tikar. Sampai rumah-rumahnya pun akan tergulung. Karena kami tak sanggup baya cicilan rumah. Hampir semua kami di sini semua sudah gulung tikar. Kami mencoba untuk bertahan. Peraturan yang ada membuat kami tidak sanggup. Tidak sanggup membayar uang sekolah, tidak sanggup membayar listrik dan lainnya,” ujar Andi.
Baca Juga: PPKM Level 4, Pedagang Pinggir Jalan Kucing-kucingan dengan Petugas
