TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Harimau Makan Ternak di Langkat, WALHI Menduga Ada Kerusakan Habitat

Perlu investigasi mendalam untuk pastikan penyebab

Kepala BBKSDA Sumut Hotmauli Sianturi memaparkan evakuasi Harimau Sumatra di Tapanuli Selatan. (IDN Times/Prayugo Utomo)

Medan, IDN Times – Konflik Harimau Sumatra dengan manusia di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara kian memanas. Ternak milik warga terus menjadi mangsa dalam beberapa waktu terakhir.

Bahkan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatra Utara mencatat, sepanjang 2020 hingga Januari 2021, ada 21 konflik. Bahkan di antaranya juga memakan korban manusia.

Masih menjadi pertanyaan, mengapa satwa bernama latin Panthera Tigris Sumatrae itu masuk ke kawasan kelola masyarakat. Apalagi Harimau merupakan satwa soliter yang cenderung memilih menjauhi manusia.

Dengan banyaknya hewan ternak yang mati karena konflik itu, apakah melakukan translokasi menjadi salah satu upaya terbaik? Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) memberikan pandangannya terkait maraknya konflik antara Harimau dan Manusia di Kabupaten Langkat.

Baca Juga: Harimau Makan Ternak, BBKSDA: Manusia yang Merangsek ke Rumahnya

1. Berkurangnya habitat bisa menjadi salah satu penyebab harimau masuk ke perkebunan warga

Koleksi Harimau Sumatera yang ada di Secreet Zoo. Beberapa spesies seperti Harimau Jawa dan Harimau Bali sudah punah. IDN Times/ Alfi Ramadana

Peta kawasan yang sempat dipaparkan BBKSDA Sumut dalam konferensi persnya menyebut jika harimau itu masuk ke dalam kawasan Hutan Produksi Terbatas yang saat ini dikelola oleh warga. Letak hutan yang sudah beralih fungsi menjadi perkebunan ini berbatasan langsung dengan Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang merupakan habitat dari Harimau Sumatra. BBKSDA pun menyebut, kawasan ini memang menjadi home range atau kawasan jelajah si Belang.

Namun, WALHI menduga ada hal lain yang menyebabkan Harimau masuk ke kawasan perkebunan yang notabene ada manusia yang beraktifitas. Dugaan yang mencuat adalah soal kawasan habitat yang terus terdegradasi karena aktifitas manusia.

“Banyak hal yang bisa menyebabkan degradasi. Baik dari sisi perluasan konsesi, atau pun ada perambahan dan illegal logging. Ini yang bisa membuat degradasi habitat. Baik itu gajah, harimau,” ujar Direktur WALHI Sumut Doni Latuperissa, Selasa (12/1/2021).

2. Harus ada investigasi mendalam untuk mengetahui penyebab harimau memangsa ternak

Dok.IDN Times/istimewa

Kata Doni, jika memang benar ada kerusakan habitat yang disebabkan oleh aktifitas manusia, maka itu akan menjadi catatan buruk bagi kondisi kehutanan di Sumatra Utara. Kondisi ini harus menjadi perhatian bersama oleh para pemangku kebijakan.

“Bahwasannya perlu diidentifikasi akar konflik manusia dengan satwa ini seperti apa. Perlu ada investigasi mendalam,”  tukasnya

WALHI juga menyebut ada anomali yang terjadi dengan seringnya Harimau muncul di kawasan kelola masyarakat.  Selama ini masyarakat juga pastinya tahu jika tidak pernah terjadi apa-apa ketika melepaskan ternak dikawasan kelolanya. Ini semakin meyakinkan WALHI jika memang ada yang tidak beres dengan kondisi hutan.

“Kita mencari tahu penyebab dari dugaan kerusakan di  hulu sehingga satwa liar keluar,” ujarnya.

Baca Juga: 5 Lembu Ternak Warga di Langkat Mati, Diduga Harimau Keluar Hutan Lagi

Berita Terkini Lainnya