TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tertular dari Suami, Kisah Perjuangan Seorang Ibu Melawan HIV/AIDS

Jangan malu tes HIV/AIDS ke VCT

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Medan, IDN Times - Sadar dengan perilaku beresiko dan kebiasaan suami yang menggunakan jarum suntik bergantian, membuat A tergerak untuk memeriksakan dirinya ke Voluntary Counselling and Testing (VCT) sejak 2007. Kemudian, pada 2008, A dinyatakan positif terjangkit HIV/AIDS (ODHA).

A bercerita, kala itu ia memiliki anak berusia 1 tahun 4 bulan dan sedang menyusui. Setelah ia mengetahui dirinya dalam keadaan positif HIV/AIDS, ia memberhentikan untuk memberi ASI kepada anaknya.

Sejak dinyatakan positif HIV/AIDS, A memilih berpisah dengan suaminya. Sejak itu pula, ia merawat dan membesarkan anaknya secara mandiri.

Seperti apa perjuangnya? Merawat anak secara mandiri hingga aktif pendampingan ODHA. Berikut cerita A yang bisa dijadikan inspirasi!

Baca Juga: 30 Orang Tewas Terbakar, Tiga Bos Pabrik Korek Gas Ditahan Polisi

1. Saat mengetahui ia positif HIV/AIDS, A tak merasa minder dan takut. Ia berani open status untuk sekitarnya

sunnewsonline.com

Dalam acara pelatihan media dan Civil Society Organization (CSO). "Pemberitaan Media yang Positif Bagi ODHA" yang diselenggarakan Indonesia Aids Coallition (IAC), A menyampaikan ia tak merasa takut, minder dan cemas saat mengetahui ia terjangkit HIV/AIDS. Bahkan ia juga berani open status untuk sekitarnya.

"Tak perlu minder, karena kita juga sama, bisa melakukan kerja yang sama, bedanya darah saya terjangkit virus darah kalian tidak, hanya itu saja" katanya.

2. Aktif tergabung dengan salah satu LSM yang fokus pada HIV/AIDS dan miliki pengetahuan dan pemahaman yang baik

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Tentu saja, kata A, ia menjadi salah satu orang yang beruntung karena sebelumnya ia sudah aktif tergabung dengan salah satu LSM yang fokus pada HIV/AIDS.

Pengetahuan dan pemahaman yang baik itulah yang menggerakkannya untuk tes HIV/AIDS secara suka rela.

“Walau sebenarnya ada penolakan sedikit dalam diri saya. Saya sempat down. Tapi buat apa malah akan merugikan saya. Apalagi ada anak saya yang harus dibesarkan. Ini juga yang membuat saya bangkit lagi,” ujar A.

3. Dengan kondisi HIV/AIDS, A aktif melakukan pendampingan ODHA

rawpixel.com

Dengan kondisi seperti ini juga, ia merasa bersyukur bisa lebih bermanfaat dengan orang yang memiliki perilaku berisiko terinveksi HIV/AIDS. Bergabung dengan teman-teman untuk lebih bermanfaat dengan melakukan pendampingan ODHA.

Saat ini A juga aktif kampanye dan sosialisasi HIV/AIDS, hingga melakukan advokasi kebijakan dan membangun jaringan dengan komunitas dan lembaga-lembaga lainnya.

“Timbul rasa dan keinginan agar perempuan dan keluarga lain sadar untuk memeriksakan diri tes HIV/AIDS agar dengan mudah proses penanganannya,” ujar A.

4. Jadi untuk menghapus stigma, ODHA itu harus menjadi role model, harus memberikan contoh baik kepada masyarakat

infectiousdiseaseadvisor.com

Ia juga menyampaikan, tantangan yang sering dialaminya saat melakukan pendampingan ODHA adalah stigma negatif masyaratkat tentang HIV/AIDS.

Menurut A, stigma ini telah membuat ODHA mendapatkan perlakuan diskriminasi.

“Stigma ini ada dua yaitu internal dari dalam diri dan ekternal dari tingkah laku kita sendiri. Jadi untuk menghapus stigma, ODHA itu harus menjadi role model, harus memberikan contoh baik kepada masyarakat," jelasnya.

5. Untuk menjalani hidup yang sehat, A rutin minum ARV

Rand.org

Untuk menjalani hidup yang sehat, A rutin minum ARV. Karena menurutnya ARV menjadi sesuatu kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya.

"Bahkan anakku sudah tahu di jam-jam tertentu, ia mengingatkan aku untuk minum obat," katanya.

6. Empat hal yang berisiko menularkan HIV/AIDS

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Dalam pelatihan yang berlangsung selama tiga hari tersebut, Syaiful W Harahap pemerhati berita HIV/AIDS juga menjelaskan perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS.

"Pertama dari cairan darah, seperti transfusi darah. Kedua air mani, Ketiga cairan vagina dan keempat adalah Air Susu Ibu (ASI). Keempat hal tersebut berisiko menularkan HIV/AIDS," sebut Syaiful.

Oleh karenanya penting untuk media memahami perilaku mana yang dapat menyebarkan HIV/AIDS. Penyebaran HIV AIDS melalui cairan darah memiliki rasio yang lebih tinggi yakni 99:100. Penyebaran melalui hubungan badan suami istri memiliki rasio yang lebih kecil yakni 1:1000.

"Meski rasio penyebaran dari hubungan seks lebih rendah, jangan pula kita kebebasan bertukar pasangan kesana kesini. Tetap gunakan alat pengaman (kondom) ujar Syaiful.

Baca Juga: [BREAKING] Pembacaan Putusan MK Dipercepat Jadi Tanggal 27 Juni

Berita Terkini Lainnya