Buku dan Sarana Minim, Pegiat Literasi di Sumut Resah
Sumut gelar Gebyar Hari Kunjung Perpustakaan Virtual
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times- Gebyar Hari Kunjung Perpustakaan Virtual dalam rangka Hari Aksara Internasional di Sekolah Alam Langit Biru, Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deli Serdang digelar Selasa (14/9/2021). Hal ini dilakukan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Sumatera Utara (Sumut) sebagai upaya peningkatan minat baca masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Sumut dan Ketua GPMB Sumut, Nawal Lubis menyapa para pegiat literasi secara virtual.
Beberapa di antaranya memiliki kendala-kendala saat melakukan upaya peningkatan minat baca.
Baca Juga: Memasyarakatkan Literasi Digital Lewat Dongeng dan Story Telling
1. Ini sejumlah keresahan pegiat literasi di daerah
Salah seorang pegiat literasi dari Nias Selatan Irwansyah Sarumaha menyampaikan, salah satu kendala kegiatan literasi yang dirasakan adalah kurangnya jumlah buku dan sarana di daerahnya. Untuk itu, ia mengharapkan dukungan agar dapat mengurangi kendala yang dihadapinya.
Irwansyah juga menyampaikan beberapa sebab mengapa di wilayahnya minat baca masyarakatnya memerlukan perhatian. Pertama, di Nias akses mendapatkan buku sulit. Kedua, banyak anak-anak yang tidak terpantau orangtuanya yang bekerja. Karena itu juga, pihaknya mendirikan Taman Baca Masyarakat dan kini telah memiliki dampak positif bagi masyarakat.
Kemudian, Tengku Muhammad Faisal pegiat literasi dari Kabupaten Langkat juga menyampaikan kendalanya, yakni kekurangan buku. Selama ini, pihaknya bergerak dengan keterbatasan. “Jadi kami harapkan dukungan Ibu Nawal agar minat baca di daerah pesisir ini semakin meningkat,” kata Faisal.
Ketua Forum Taman Baca Sumut Ismail Pong menyampaikan, gerakan literasi mestinya kini mengarah ke pemberdayaan. Artinya, setiap pengetahuan yang didapat, diharapkan dapat digunakan di dunia nyata.
Ismail mencontohkan, ada seorang pegiat literasi dari wilayah Timur Indonesia. Ia tidak hanya meningkatkan literasi masyarakat, namun juga memotivasi masyarakat untuk melakukan perubahan pada dirinya masing-masing.
“Pengetahuan tidak boleh tinggal, ilmu pengetahuan di dalam buku harus mampu digunakan oleh masyarakat, itu namanya literasi yang memberdayakan,” kata Ismail.
Baca Juga: Medan Bernalar, Bikin Kelas Belajar untuk Anak-anak Pinggiran