Kisah Roy Sirait, Berjuang Promosikan Kopi Lokal dari Danau Toba
Demi jalankan amanah almarhum sang ayah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Simalungun, IDN Times - Roy Fertiro Sirait, atau yang akrab disapa Roy Tutu Koffie adalah pemuda asli Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara yang mendedikasikan dirinya untuk perkembangan daerah kawasan Danau Toba, khususnya di bidang kopi.
Pria kelahiran tahun 1988 ini membuka sebuah selter yang dinamakan Tutu Koffie di depan kediamannya, Jalan Nelson Purba, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun.
Shelter minimalis tersebut berada tepat di simpang pelabuhan Tiga Raja. Hanya beberapa meter dari bibir Danau Toba.
Uniknya, shelter yang dikelola Roy hanya menyajikan produk-produk kopi yang berasal dari tujuh kabupaten yang mengintari Danau Toba. Hal Itu bertujuan untuk mamasarkan dan memperkenalkan kopi hasil petani setempat kepada masyarakat dan turis mancanegara yang berkunjung ke Danau Toba.
"Memang niat saya itu. Memperkenalkan kopi khas daerah-daerah yang ada di kawasan Danau Toba. Selama ini petani bingung mau menjualnya kemana. Ya paling paling ke daerah tetangga lah," terang Roy saat berbincang-bincang beberapa waktu lalu
Didirikan sejak tahun 2017, pelanggan yang datang ke selter Tutu Koffie untuk merasakan kopi khas Danau Toba didominasi turis mancanegara. Berdagang di derah pariwisata menjadi keuntungan tersendiri bagi Roy untuk memperkenalkan seduhan kopi khas daerahnya.
Alhasil, banyak turis mancanegara yang tertarik untuk memikmati kopi yang diseduh Roy. Tidak jarang, para turis itu membawa kopi hasil racikan Roy ke negara asalnya.
"Kebanyakan mereka tau selter itu dari mulut-ke mulut. Kemudian mereka datang untuk melihat langsung proses penyeduhan dan meminum. Ada juga yang membawa produk kopi kita ke negara asal mereka," ujarnya.
Baca Juga: Kedai Apek, Lapak Minum Kopi Paling Legendaris di Kota Medan
1. Harga untuk turis lokal maupun mancanegara tidak berbeda
Bicara soal harga kopi di shelter Tutu Koffie, Roy Sirait lebih memilih untuk menjual dengan harga sewajarnya. Ia juga tidak mematok harga berbeda terhadap turis lokal maupun mancanegara.
Meski biasanya orang lain membuat harga lebih mahal untuk turis mancanegara, Roy mengharamkan hal tersebut. Bagi Roy, selama tidak rugi, dan tidak memberatkan petani kopi, ia akan menjual harga kopi yang diseduhnya semurah mungkin.
"Kalau saya menjual per cangkir itu Rp 15 ribu ke turis lokal dan mancanegara. Jadi ada juga turis mancanegara yang sudah menyiapkan uang Rp 15 ribu tanpa ditanya dulu harganya. Biasanya yang begitu, tahu shelter kita dari teman-temanya sesama turis mancanegara," jelasnya.
Baca Juga: Wajib Coba! Gurihnya Kopi Susu Dingin di Istana Kopi King Medan