TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pemprov Sumut Targetkan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Tahun 2023

Ada 9.336 pasien ISPA di Medan pada Semester I 2023

pexels

Perubahan iklim dan emisi gas rumah kaca yang dulunya sulit dijelaskan bak 'dongeng sebelum tidur' kini nyata dirasakan. Satu di antaranya adalh polusi udara.

Di Jakarta, polusi udara sudah pada tahap membahayakan bahkan menjadi kota paling polusi di dunia berdasarkan data IQAir. Nilai Particulate Matter (PM) 2.5 yang menunjukkan kandungan  partikel polutan di udara selau melampaui ambang batas yang disyaratkan oleh badan kesehatan dunia atau WHO.

Di Kota Medan, berdasarkan Index Standar Polusi Udara (ISPU) atau Pollutan Standar Index (PSI) pada 3 September 2023 pukul 00.00 WIB, Nilai ISPU di Kota Medan menggunakan parameter NO2 dalam 24 jam terakhir ada di angka 85 atau kategori Sedang.

Salah satu dampak yang bisa dilihat langsung adalah banyaknya kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Kota Medan. Bidang Pelayanan Kesehatan (yankes) Dinas Kesehatan Kota Medan mencatat kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) semester I tahun 2023 cukup tinggi. Sampai saat ini tercatat 9.336 kasus.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan Surya Syahputra Pulungan.mengatakan data ini hasil dari kunjungan semua pasien ke puskesmas se-Kota Medan berdasarkan diagnosa dokter di ruang poli pelayanan umum.

“Itu data semester I hasil dari kunjungan semua pasien ke puskesmas se-Kota Medan. Berdasarkan diagnosa dokter di ruang poly pelayanan umum,” jelasnya kepada IDN Times, Sabtu (26/8/2023).

1. El Nino merupakan dampak dari perubahan iklim yang bikin daya tahan tubuh manusia menurun

ilustrasi asap pabrik (freepik.com/wirestock)

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Utara mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Hal ini sebagai upaya mengantisipasi penyakit infeksi pernapasan akut (ISPA) yang nenjadi dampak dari musim kemarau.

Menurutnya fenomena El Nino yang merupakan dampak dari perubahan iklim ini dapat mengakibatkan daya tahan tubuh manusia rentan mengalami penurunan.

"El Nino menguras daya tahan tubuh manusia, kalau di Sumut belum ya, yang parah kemarin itu di Korea itu kan, sampai disarankan pemindahan acara Pramuka dunia," sebutnya.

Untuk itu, kata Alwi, pihaknya terus mengkampanyekan pada warga agar menjaga kebersihan dan pola makan seperti mencuci tangan dengan memakai sabun, banyak minum air putih, konsumsi buah segar, dan konsumsi vitamin.

"Untuk sosialisasikan sudah banyak informasi yang beredar, kita terus komunikasikan lagi," pungkasnya.

2. Pemprov Sumut dan KI Kembangkan Kawasan Konservasi Perairan di Nias Utara untuk turunkan emisi gas rumah kaca

PT Freeport Indonesia (PTFI) secara konsisten mendukung fokus agenda G20 2022 dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK). (Dok. Freeport)

Pemerintah Provinsi Sumatra Utara didukung oleh Konservasi Indonesia (KI) resmi meluncurkan program Pengelolaan Bentang Laut Berkelanjutan di perairan Sumatra Utara, salah satunya pada Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Sawo Lahewa di Kabupaten Nias Utara.

Program ini direncanakan akan berjalan selama tiga tahun dengan berkolaborasi bersama para pihak untuk dapat menyeimbangkan perlindungan ekosistem laut dengan produksi ekonomi dari kekayaan laut. Kegiatan ini didukung oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) melalui inisiatif Blue Carbon Accelerator Fund (BCAF).

Program kolaborasi ini berupaya untuk menyeimbangkan perlindungan ekosistem laut serta produksi ekonomi yang berasal dari kekayaan laut secara berkelanjutan di area seluas 29.230,85 ha di KKP Sawo Lahewa.

Selain itu, inisiatif ini juga sebagai bentuk dukungan atas target Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memperluas kawasan konservasi hingga 30% dari luas perairan Indonesia pada tahun 2045 mendatang.

Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Badan Perencanaan Penelitian, dan Pengembangan (Bappelitbang) Sumatra Utara, Tarsudi, S.P., M.Si, menilai meski wilayah Sumatra Utara didominasi perairan, namun selama ini lebih banyak mengembangkan wilayah daratan.

“Padahal, potensi ekosistem perairan, mulai dari mangrove, terumbu karang, dan lamun menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan karbon. Melalui BCAF, Pemprov Sumatra Utara dan KI berharap program ini dapat membantu Pemerintah dalam mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 35,55 juta ton di tahun 2023,” jelas Tarsudi.

Baca Juga: Indonesia Borong 4 Gelar di Indonesia International Challenge 2023

Berita Terkini Lainnya