Respon Mahasiswa di Medan Soal Peraturan Tak Wajib Skripsi

Minta kampus tegas dan terukur ambil kebijakan bebas skripsi

Medan, IDN Times- Baru-baru ini Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim, menggeluarkan kebijakan tak wajib skripsi bagi mahasiswa sarjana lewat Permendikbudristek No.53/2023. Mendikbudristek memberi kebebasan kepada masing-masing perguruan tinggi dalam menjalankan kebijakan ini. Artinya, tugas akhir mahasiswa sepenuhnya diberikan kepada kampus, apakah tetap mewajibkan skripsi atau boleh diganti dengan bentuk tugas akhir lain.

"Tugas akhir bisa macam-macam bentuknya. Bisa berbentuk prototipe dan proyek, bisa dalam bentuk lainnya juga. Bukan berarti tak bisa tesis atau disertasi, kebijakan ini tergantung kampus masing-masing," kata Mendikbudristek Nadiem Makarim yang disiarkan di YouTube Kemendikbud RI.

Menyikapi regulasi yang telah dikeluarkan Mendikbudristek, IDN Times berkesempatan merangkum respon mahasiswa di Sumut soal kebijakan tak wajib skripsi.

1. Sambut baik regulasi bebas skripsi

Respon Mahasiswa di Medan Soal Peraturan Tak Wajib SkripsiKampus Unimed (Dok. Istimewa)

Mahasiswa Universitas Negeri Medan (Unimed), Al Miza Ginting yang aktif pada program kampus merdeka, menyambut baik kebijakan bebas skripsi yang dikeluarkan Mendikbudristek. "

Kalau menurut saya sendiri, sebenarnya saya setuju karena dalam beberapa sudut pandang banyak hal yang membebani mahasiswa dari segi skripsi ini. Dan kita tau setiap mahasiswa itu beda-beda bidangnya, jadi kemungkinan ada yang bisa membuat terobosan baru sebagai tugas akhir bukan cuma berbentuk skripsi. Adanya kebijakan ini mungkin memicu berkurangnya mahasiswa yang lama lulus, atau tidak ada lagi berita mahasiswa mau bunuh diri atau gangguan mental karena skripsi. Kan banyak kasus tuh mahasiswa bunuh diri mungkin karena terlalu banyak revisian atau karena dosennya yang susah dijumpai," kata Al Miza.

Al Miza berharap kampus dapat mengambil keputusan yang tegas dan terukur terkait kebijakan bebas skripsi ini.

"Jikalau memang skripsi bukan lagi tugas akhir yang diwajibkan, mungkin dari pihak universitas bisa cepat-cepat mengambil keputusan. Bahwa tugas akhir yang gimana yang harus diselesaikan sebagai opsi pengganti skripsi. Jadi semoga keputusannya akurat, tetap skripsi atau tugas akhir yang lain untuk siasatnya. Agar angkatan selanjutnya itu bisa mempersiapkan," tambahnya.

Baca Juga: 15 Kampus Swasta Terbaik di Sumut dan Peringkatnya Versi EduRank

2. Siap hadapi kemungkinan terburuk jika kampus tak menerapkan regulasi bebas skripsi

Respon Mahasiswa di Medan Soal Peraturan Tak Wajib SkripsiKampus USU (Dok. IDN Times/Sumber: www.usu.ac.id)

Lewat Permendikbudristek, dapat disimpulkan jika tak wajib skripsi akan diserahkan sepenuhnya kebijakannya pada perguruan tinggi masing-masing. Hal tersebut tak menutup kemungkinan adanya kampus yang tak menjalankan regulasi tak wajib skripsi.

Mahasiswa Universitas Sumatra Utara (USU), Bagus Areyal, menilai dirinya telah siap jika pada akhirnya kampusnya tak menerapkan kebijakan bebas skripsi.

"Kalau di USU gak menerapkan, ya, saya gak masalah. Toh sebenernya skripsi itu merupakan aset berbentuk karya tulis ilmiah di mana bisa jadi refrensi untuk mahasiswa berikutnya. Menimang lelahnya sama, biayanya juga sama, kalau memang USU gak nerapin ya sudah, lah. Tetap disyukuri."

Di samping dirinya yang legawa jika kampusnya tak menerapkan regulasi bebas skripsi, Bagus Areyal akan merasa senang dan siap jika seandainya kebijakam itu diberlakulan di kampusnya.

"Melirik banyak negara lain juga membebaskan mahasiswanya dari skripsi, kalau di Indonesia udah ada kampus swasta yang menerapkan itu, benefit bebas skripsi karena ada prestasi bagi mahasiswanya,  jadi saya yang udah memasuki kurikulum MBKM merasa senang juga sih kalau di terapkan terkhususnya kampus negri tinggal rincinya gimana buat gantiin skripsi tersebut. Seperti seneng aja gitu, meskipun nanti bakalan punya kerumitan masing-masing," kata Bagus Areyal.

3. Kebijakan bebas skripsi bisa mengeksplorasi kreativitas mahasiswa

Respon Mahasiswa di Medan Soal Peraturan Tak Wajib SkripsiTwitter.com/Umsumedan

Sementara mahasiswa Universitas Muhamadiyah Sumatra Utara (UMSU), Adhlin Faridz menganggap jika regulasi bebas skripsi dapat memudahkan mahasiswa. Mahasiswa bisa menggantinya dengan membuat proyek yang mungkin bermanfaat.

"Sebagai gantinya mahasiswa membuat proyek atau prototype, bahkan menurut saya malah sama saja, bedanya itu hasil dari proyek atau prototype itu tidak dibuat dalam bentuk tulisan namun diminta hasil nyata dari sebuah proyek. Namun itu kembali ke pihak perguruan tingginya diterapkan atau tidak kebijakan baru tersebut," kata Adhlin.

Lebih lanjut, mahasiswa semester 7 ini menilai jika kebijakan bebas skripsi bisa mengeksplorasi kreativitas mahasiswa. "Jika sudah diterapkan, mungkin kita bisa lihat apa saja dampak positif negatifnya. Sejauh hipotesa saya, jika regulasi ini dijalankan mahasiswa bisa mengeksplorasi kreativitas mereka sesuai jurusannya dan penelitiannya sudah pasti relevan dengan proyeknya," tutur Adhlin.

Adhlin berharap kebijakan bebas skripsi dapat berjalan dan memberi kemajuan.  "Harapannya jika ini memang benar benar diterapkan, semoga mampu membuat mahasiswa lebih kreatif lagi, lebih maju lagi dan mampu membuat pendidikan Indonesia maju."

"Sebagai mahasiswa harus siap apapun kebijakannya. Karena sudah menjadi tugas mahasiswa untuk lulus. Kalau gak siap, ya, nanti gak lulus lulus," pungkas Adhlin.

Baca Juga: PBAK UIN Sumut, Wagub Ijeck Resmikan Masjid Al-Musannif

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya