Di Balik Bisnis Fashion Berbahan Rayon Dunia, Yuk Lihat Peran PT TPL
Ekspor bahan baku rayon hingga ke Jepang dan China
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tobasa, IDN Times - Industri fashion di seluruh dunia kini tengah berlomba-lomba memproduksi pakaian dari bahan serat rayon (viscose rayon) yang ramah lingkungan dan bisa didaur ulang.
Satu di antaranya yang tengah gencar mengampanyekan hal ini adalah pemegang merk Uniqlo. Perusahaan fashion asal Jepang ini kini tengah berinovasi agar sistem produksi mereka ramah lingkungan sehingga bisa diterima kaum Millennial. Hal lain yang diperhatikan adalah modelnya unik, harga terjangkau namun tetap berkualitas.
Inilah yang diungkapkan Masaaki Matsubara yang merupakan COO Jeans Innovation Center dalam wawancara eksklusif dengan IDN Times beberapa pekan lalu.
"Brand di bawah Fast Retailing seperti Uniqlo, sudah memakai sistem ramah lingkungan. Fokus kami memang untuk mencapai sustainability. Kami pun mulai memakai kain yang 100 persen sustainable," ujarnya
Selain Uniqlo, banyak brand fashion dunia yang melakukan hal ini. Itulah sebabnya pakaian berbahan serat rayon kini mudah ditemukan dimana-mana
Namun tahukah anda, di balik maraknya produksi pakaian berbahan serat rayon di dunia, salah satu pabrik pembuat pulp berselulosa (dissolving pulp) yaitu bahan baku serat rayon ada di Sumatera Utara. Yaitu PT Toba Pulp Lestari Tbk yang berada di Porsea, Kabupaten Toba Samosir.
Mau tahu bagaimana proses produksi dissolving pulp di PT TPL dan apa kelebihan pakaian berbahan rayon? Yuk simak artikel ini.
Baca Juga: Tao Silalahi Festival, Camping Sambil Menikmati Panggung Seni & Budaya
1. Pasang target produksi 185 ribu ton dissolving pulp tahun ini
Manajer Lingkungan PT TPL, Jeckson Sinaga menjelaskan bahwa produksi utama pabrik adalah dissolving pulp dengan kapasitas produksi 240 ribu ton per tahun. Bahan bakunya adalah tanaman eucalyptus dari konsesi hutan tanaman industri (HTI) seluas 185.016 Hektare (ha) yang terpencar di beberapa kabupaten di Sumatra Utara.
Dissolving pulp merupakan bubur kayu dengan kandungan selulosa di atas 90 persen. Produk ini diolah menjadi serat rayon atau viscose fibre sebagai material tekstil.
“Meskipun kapasitas pabrik 240 ribu ton per tahun. Tapi jumlah tidak pernah mencapai itu. Tahun ini targetnya hanya 185 ribu ton,” ujarnya.
Menurutnya produksi bubur kertas yang dihasilnya bentuknya adalah lempengan seperti karton. Kemudian di ekspor dan bisa diolah menjadi kertas, tisu, kain dan lain-lain.
Selain untuk dijadikan bahan dasar fashion yang ramah lingkungan, proses pembuatannya dipabrik pun juga dijamin aman untuk lingkungan dari proses di hulu hingga hilir.
“Dulunya masyarakat sering protes karena pabrik mengeluarkan bau yang menyengat kemana-mana. Sekarang sudah tidak lagi karena kita sudah punya mesin yang baru dan lebih canggih,” jelasnya.
Selain itu, isu limbah yang mencemari aliran Sungai Asahan serta serta membuat Danau Toba juga tercemar sering dihadapi PT TPL.
Namun Jeckson Sinaga menegaskan bahwa limbah pabrik dikelola sangat baik dengan alat yang canggih dan sesuai IPAL. Sehingga air limbah yang dibuang ke sungai, masih dalam standar dan tidak menyebabkan penyakit kulit dan matinya ikan.
“Kalau dibilang PT TPL penyebab Danau Toba tercemar itu aneh. Kan pabrik letaknnya lebih rendah dari Danau Toba, gak mungkin kami buang limbah ke atas. Logikanya pasti pembuangan ke hilir, bukan hulu,” ungkap pria berkacamata ini.
Baca Juga: Samosir Music International, Panggung Kelas Dunia Karya Anak Toba