TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bangunan Heritage Tidak Dirawat, Medan di Ambang Kehilangan Identitas

Kota Medan di Ambang Kehilangan Identitas

IDN Times/Masdalena Napitupulu

Medan, IDN Times - Kota Medan dinilai akan kehilangan identitas sebagai kota warisan budaya. Sebab, gedung-gedung atau bangunan bersejarah sebagai penanda atau identitas penting, secara perlahan hilang satu per satu.

Antropolog Hukum, Edy Ikhsan mengatakan, masalah ini timbul karena paradigma para pemimpin Kota Medan yang tak menganggap bangunan bersejarah itu sebagai identitas kota yang sangat penting. "Makanya, saat ini banyak bangunan bersejarah di Medan yang hilang," kata Edy di Medan, Selasa (20/10/2020).

Padahal, kata dia, bangunan bersejarah biasanya menjadi identitas. Tetapi paradigma pemimpin kota ini tak sampai ke sana. Mereka hanya memikirkan bagaimana pembangunan yang bisa menghasilkan uang dengan cepat. Identitas kesejarahan justru dikesampingkan. Tak heran jika saat ini banyak bangunan bersejarah di Medan dibongkar atau dirubuhkan.

Baca Juga: [BREAKING] Tolak Omnibus Law, Massa Orasi di Tugu Pos Medan

1. Dulunya Medan dirancang sebagai Paris van Sumatra

Antropolog Hukum, Edy Ikhsan (Dok. IDN Times)

Edy mencontohkan, beberapa tahun lalu menara Gedung Kerapatan Medan di Jalan Katamso masih tersisa satu, namun saat ini sudah hilang. Lebih dari 20 bangunan ruko yang ada di Kawasan Pecinan Medan menghilang, sedangkan bangunan Vila Kembar di Jalan Diponegoro juga telah didirikan bangunan baru.

Waktu Medan dibangun di akhir abad Ke-19, kata dia, memang sudah diplot menjadi satu kota modern, kota yang nyaman, dengan ungkapan Paris van Sumatra. Rekam jejaknya masih bisa ditelusuri hingga saat ini bagaimana jalan di pusat kota, antara Istana Maimun sampai ke Belawan, kemudian ada Esplanade (Lapangan Merdeka sekarang).

Waktu itu, dengan masuknya perkebunan asing, Medan dibangun dengan identitas kota perkebunan yang cantik. Daerah Kesawan dijadikan pusat kota. Gedung-gedung bersejarah nan megah banyak dibangun di sana. Namun sekarang banyak yang hilang dan diganti ruko. Baru-baru ini, Rumah Sakit Tembakau Deli yang kesohor itu juga beralih fungsi, begitu juga ratusan bangunan bersejarah lainnya.

"Ironisnya, pembongkaran terhadap bangunan, pencederaan bangunan bersejarah itu berlangsung di depan mata para pemimpin kita," ungkapnya.

Padahal, tambahnya, jika bangunan-bangunan bersejarah itu dirawat, dijaga dan dilestarikan, bisa menjadi kebanggaan yang luar biasa dari segi identitas kota. Dia mengambil contoh pembangunan Kota London di Inggris. Di sana, pemerintah bisa membangun kota tanpa menghancurkan bangunan lama bersejarah. London bisa menjaga identitasnya. Para wisatawan bisa leluasa berjalan di jalanan London dengan pemandangan bangunan bersejarah yang menjulang.

"Kebalikannya, para pemimpin kita justru terlalu menghamba pada kapital. Ingin mendapat uang dengan cepat dan menghancurkan yang lama," tegasnya.

2. Lansekap Kota Medan yang dibelah dua sungai besar

Sungai Deli (IDN Times/Prayugo Utomo)

Malasah berikutnya adalah lansekap Kota Medan yang dibelah dua sungai besar, yakni Sungai Deli dan Sungai Babura. Pada era kolonial, dua sungai itu jadi urat nadi untuk menggerakkan roda perekonomian. Tetapi sekarang dua sungai itu tak jauh dari kesan jorok, kumuh dan sering meluap saat hujan deras.

Dalam hal ini, Medan kalah dari Negeri Jiran Malaysia. Di sana, sungai-sungai dirawat dan dijaga untuk kelestarian, meski di tengah kota. Orang-orang bisa berjalan dengan menikmati pemandangan sungai, tanpa terganggu bau busuk atau sampah yang mengambang di sungai.

"Tetapi pemimpin kita, dua sampai tiga periode walikota terakkhir, tidak berpikir sampai ke sana. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan masyarakat yang seenaknya membuang sampah ke sungai. Pemko Medan juga tidak bisa bilang bahwa itu tanggungjawabnya BWS, tapi bagaimana berkolaborasi agar sungai kita nyaman dilihat atau sebagai ladang penghidupan ekonomi," ungkapnya.

Baca Juga: Kunjungi Rumah Tahfiz Qur'an, Akhyar Dilaporkan ke Bawaslu Medan

Berita Terkini Lainnya