Suku Laut Kepri Memprihatinkan, Pemerintah Abai pada Perempuan-Anak
IMA temukan ancaman terstruktur bagi Suku Laut di Kepri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Batam, IDN Times - Kondisi Suku Laut di Provinsi Kepulauan Riau dalam keadaan memprihatinkan. Inisiasi Masyarakat Adat (IMA) yang dipimpin Nukila Evanty mengungkapkan, masyarakat adat asli tanah Melayu ini menghadapi berbagai ancaman yang menggerus identitas dan kesejahteraan mereka.
Selama program fellow pada International Indigenous Women’s Forum (FIMI) yang digelar 16-17 Mei 2024, Nukila menyampaikan temuannya dari tiga kampung Suku Laut Air Mas, Pulau Tanjung Sauh, Nongsa Kota Batam, Suku Laut Pulau Dare, Belakang Padang Kota Batam dan Suku Laut Air Gelubi Bintan Pesisir, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.
“Riset dan advokasi ini bertujuan agar pemerintah memahami tantangan yang dihadapi Suku Laut, terutama perempuan dan anak-anak, dan melakukan intervensi program untuk membantu mereka,” kata Nukila, Kamis (23/5/2024).
1. IMA ungkap pengabaian dan eksploitasi ekonomi terhadap Suku Laut di Kepri
Dalam riset yang dilakukan, Nukila menemukan adanya pengabaian pemerintah terhadap Suku Laut di Provinsi Kepri. Bahkan, kondisi Suku Laut ini ditemukan dalam kondisi yang memprihatinkan, terutama bagi perempuan dan anak-anak.
Pihaknya juga menemui adanya eksploitasi ekonomi terhadap Suku Laut, di mana Suku Laut dipaksa hidup di darat dengan janji kehidupan yang lebih baik oleh pemerintah setempat, namun rumah yang diberikan pemerintah tidak sesuai dengan standar hak asasi manusia.
“Kami juga menemukan adanya akses pendidikan yang terbatas. Anak-anak Suku Laut tidak memiliki akses pendidikan yang layak, sekolah yang jauh memaksa mereka untuk menyeberang pulau, menyebabkan banyak yang putus sekolah dan menikah di usia anak-anak,” ujarnya.
Hal itu menyebabkan banyaknya Suku Laut di Kepri yang mengalami buta huruf, dan belum ada program pemerintah yang serius menangani masalah ini.