Tradisi Sembahyang Tebu di Hari Kesembilan, Ini Maknanya
Tebu menjadi simbolik dari berkecukupan atau bersyukur
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Medan, IDN Times - Tradisi sembahyang tebu yang selalu digelar dalam Hudaya etnis Tionghoa merupakan perayaan Imlek yang dilakukan kesembilan Imlek setiap tahunnya.
Jud Ang sebagai budayawan Tionghoa dan juga pakar metafisika muda Kota Medan menjelaskan makna dari tradisi sembahyang tebu yang sering dilakukan umat Buddha.
Menurutnya, dari tradisi ini menjadi tradisi rakyat tionghoa setiap tanggal 9 bulan pertama lunar (bulan) pada hari perayaan imlek ataupun chinese new year bagi suku Hokkien yang terpisah dan bersembunyi akibat peperangan.
"Mereka bersembunyi di hutan bambu sampai hari ke-9 karena mendengarkan keramaian dan ada petasan, mereka coba keluar, ternyata orang-orang sudah merdeka dan bersorak," ujarnya.
1. Momen spesial ini juga diperingati hari kelahiran Raja Para Dewa yaitu Yu Huang Shang Ti
Pada tanggal 9 bulan pertama ini juga memperingati momen spesial yakni, hari kelahiran Raja Para Dewa yaitu Yu Huang Shang Ti (atau yang sering disebut sebagai Thi Kong).
"Jadi suku hokkien yang bersembunyi tersebut keluar, melihat bahwa banyak rakyat sedang memuja Raja Para Dewa. Maka mereka juga menetapkan hari tersebut sebagai hari raya imlek mereka (walau sudah telat 9 hari)," jelasnya.
Baca Juga: Sejarah Kue Keranjang, Kudapan Khas saat Perayaan Imlek