6 Stereotipe Orang Batak dalam Novel Catatan Harian Menantu Sinting

Apakah kamu sudah menonton Film Catatan Harian Menantu Sinting yang diperankan oleh Ariel Tatum (sebagai Minar) dan Raditya Dika (sebagai Sahat)? Film tersebut diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, terbit pada Februari 2018, novel Catatan Harian Menantu Sinting mengangkat suku terbesar ketiga di Indonesia, suku Batak.
Cerita berdasar sudut pandang Minar, istri dari Sahat yang setelah menikah, hidup satu rumah dengan Mamak Mertuanya, Piktoria Purba, yang tak jarang menimbulkan keributan. Pembaca tidak hanya ikut merasakan urat saraf tegang, namun juga ikut terpingkal-pingkal menertawakan nasib Minar di tengah keluarga Batak.
Melansir dari podcast Raditya Dika, Rosi L. Simamora, sang penulis yang memiliki darah Batak menyampaikan bahwa cerita dibalik novel 21+ ini berdasarkan pengalaman penulis saat berhubungan dengan Mamak Mertuanya dan juga sesama orang Batak.
Dalam bukunya, penulis menilai pandangan, karakter dan kebiasaan orang Batak pada umumnya. Seberapa relate stereotipe ini dengan orang Batak? Yuk, simak 6 stereotipe berikut!
1. Bicara blak-blakan, ketawanya keras
Mamak Mertua yang memiliki darah Batak, berbicara dengan gaya tembak langsung, disebut BTL (Batak Tembak Langsung) alias blak-blakan, apa adanya, dan juga volume suara yang keras. Tak jarang Minar dibuat kesal dengan ucapan Mamak Mertuanya, bahkan sejak di hari pernikahan Minar dan Sahat, Minar menunjukkannya dalam kutipan dibawah ini.
"Dan dia terang-terangan banget soal ambisi tunggalnya itu, nggak ada tuh yang namanya gerilya-gerilyaan atau malu-malu kucing . Semuanya tembak langsung bahkan nun jauh di zaman dahulu kala tepat di hari perkawinan kami dulu."
Selain berbicara, ketawa Mamak Mertua juga keras seperti ketawa orang Batak lainnya.
"......Dan nggak ada lucu-lucunya jadi bahan ketawaan orang Batak, tahu nggak? Satu orang Batak ketawa aja udah bikin nyali rontok, apalagi kalau yang ketawa seruangan gedung pertemuan....."
2. Cowok Batak Susah mengekspresikan perasaan

Kelelahan di kantor menjadi penyebab Minar sakit tifus dan diharuskan istirahat penuh selama seminggu. Sebagai suami, Sahat menunjukkan rasa peduli dan kasih sayangnya dengan meminta Minar untuk beristirahat di rumah sakit, Sahat tidak bisa menemani Minar karena ditugaskan dinas ke luar kota. Menurut Minar, Sahat termasuk tipe cowok Batak yang susah mengucapkan cinta dan gengsi menunjukkan rasa sayangnya.
"Duh, mukanya Sahat sendu sangat waktu ngomong begini, bikin pengen meluk. Jarang-jarang lho si cuek itu nunjukin sisi yang ini. Tahu kan, template standar cowok Batak: LAKBAN-Laki banget-dan susaaah betul ngucapin cinta meskipun demi mendapatkan episode umma-umma. Nunjukin sayang aja suka gengsi, apalagi ngobral. Jadi waktu episode sendu ini muncul, aku pun langsung meleleh jadi genangan cintah. (Ck ck ck, nggak bingits emang si Minar ini. Sah mental bucin tingkat sakit jiwa!)"
3. Suka makan anjing

Makanan favorit Mamak Mertua adalah anjing, tidak hanya favorit, Mamak Mertua juga jago mengolah masakan anjing. Hal ini menimbulkan keributan karena Minar adalah seorang aktivis pecinta anjing yang yang memiliki prinsip bahwa anjing bukanlah hewan untuk dimakan.
"Mamak Mertua, di lain pihak, mengigat doski produk jadul apalagi juga Batakers sejati, begitu lihat guguk (nggak ngaruh mau lucu apa nggak, guguk kampung atau ras, bulu lebat atau botak), mungkin seluruh isi pembuluh darahnya langsung menderas dan menggelegak."
Anjing peliharaan Minar bernama Belinda tak luput dari incaran Mamak Mertua, seperti yang dikatakan Mamak Mertua pada Minar dalam kutipan dibawah ini.
"Mana adanya halak Batak tak makan guguk, Minar. ada ada sadza kau ini. Apalagi guguk masakanku. Zempol. Sekali kau cuba langsung ketagihan kau. Kuzamin. Nanti kalau sudah gondut, kirim kemari si Belinda dah, Oke? Oke."
4. Memiliki wajah kotak

Berdasar penuturan Minar, kebanyakan orang Batak memiliki wajah kotak segilima. Namun, wajah Mamak Mertua berbeda dari kebanyakan wajah orang Batak.
".....Karena harus diakui, wajah Mamak Mertua nggak bisa dibilang kotak segilima seperti umumnya wajah Batak. Hidungnya pun lumayan lancip, dan jelas lebih lancip daripada hidungku yang mirip...eh, jambu air (pengakuan Pariyem banget!)."
5. Pintar bernyanyi
Edisi novel Catatan Harian Menantu Sinting yang terbit tanggal 08 Juli 2024, menambahkan bonus satu episode tentang Mamak Mertua yang tertarik mengikuti seleksi anggota paduan suara wanita (kor-ina) untuk lomba antar gereja se-Jabodetabek. Menurut Minar, untuk urusan menyanyi, Mamak Mertua berbeda dengan orang Batak yang umunya pandai menyanyi, alhasil Minar dibuat kaget dengan keputusan Mamak tersebut.
"...niatan Mamak Mertua ikut seleksi anggota kor-ina tak dianggap serius oleh siapa pun yang kenal belio. Yagemanah, di kalangan kami, suara Mamak Mertua dikenal susah banget akur sama tangga nada. Dikasih DO bisa kabur ke FA, disuruh diem di SI malah ngacir lalala ke RE. Ya macam gitu deh...jaoooh dari kebanyakan orang Batak yang dikasih satu genjrengan gitar langsung bisa mencar jadi sepuluh suara. Kebayang, kan?"
6. Menghindari Menikah Beda Suku

Mamak Mertua tidak memberi restu kepada Bang Monang, kakak kandung Sahat yang juga kakak Ipar Minar karena calon istrinya, Ajeng, berasal dari suku Jawa. Mamak Mertua memiliki keinginan pada anak-anaknya untuk menikah sesama orang batak.
"Tak usah kaupikirkan urusan si Monang itu. Tak fentingnya. Pokoknya sudah kubilang harus dengan boru Bataknya-dia, begitu..."
Bagi Minar yang keluarganya sudah menerima kawin campur suku selama dua generasi, dibuat bertanya-tanya dengan alasan Mamak Mertua. Menurut Mamak Mertua, jika masih ada wanita Batak, kenapa harus menikah campur suku.
"....Tapi...tak adanya kami Pomparan Ompung Monang Purba yang apa sama boru Zawa deh. Begitu... Kalok masih ada boru Batak, kenafanya harus dengan boru Zawa..."
Dari enam stereotip yang dimunculkan dalam novel Catatan Harian Menantu Sinting, apakah kamu juga setuju? Yang perlu diingat adalah bukan berarti semua orang Batak seperti itu, ya! Karena stereotip merujuk pada golongan bukan suatu individu. Bagi kamu yang belum membaca novelnya, ending dalam ceritanya menyuguhkan pesan indah, loh! Apakah sudah tertarik untuk membaca catatan Minar? Semoga bermanfaat!