5 Alasan Sosok Perfeksionis Lebih Rentan Menyesali Keputusan

Sikap perfeksionis kerap dianggap sebagai karakter yang mendorong seseorang untuk selalu melakukan yang terbaik. Namun, perfeksionis juga memiliki sisi negatif. Hal itu berkaitan dengan sikap perfeksionis yang keliru bisa membuat seseorang lebih rentan menyesali keputusan yang diambil.
Perfeksionis cenderung menetapkan standar tinggi dan berfokus pada kesempurnaan dalam segala aspek. Hal demikian kerap menyebabkan perasaan tidak puas dengan hasil akhir yang tidak sesuai harapan. Imbasnya, perasaan menyesal sering muncul karena merasa keputusan yang diambil belum maksimal.
Berikut alasan kenapa sikap perfeksionis lebih mudah menyesali keputusan yang dibuat.
1. Memiliki harapan yang cenderung tinggi

Sosok perfeksionis kerap menetapkan harapan yang sangat tinggi dalam setiap tindakan. Mereka menginginkan hasil yang sempurna dan cenderung tidak menerima kekurangan. Ketika hasil tidak sesuai ekspektasi, maka perasaan kecewa dan penyesalan mudah sekali muncul.
Tingginya harapan membuat sosok perfeksionis sulit menerima kenyataan yang berjalan tidak sesuai rencana. Kegagalan mencapai standar ideal versi mereka memicu rasa penyesalan yang mendalam. Hal itu menyebabkan mereka terus merasa bahwa keputusan yang diambil kurang maksimal.
2. Terlalu banyak menganalisis keputusan

Perfeksionis sering terjebak dalam overthinking dan terlalu banyak menganalisis sebelum membuat keputusan. Mereka mempertimbangkan setiap detail agar tidak ada yang terlewat, yang justru menciptakan keraguan. Imbasnya, keputusan yang sudah diambil pun sering dipertanyakan.
Setelah keputusan diambil, mereka terus memikirkan apakah keputusan tersebut benar-benar tepat. Proses demikian menimbulkan penyesalan karena merasa ada yang bisa dilakukan dengan lebih baik. Sehingg perfeksionis sering merasa tidak puas dengan pilihan yang diambil.
3. Cenderung sulit menerima kesalahan

Sosok perfeksionis sangat sensitif terhadap kesalahan dalam setiap tindakannya. Bagi mereka kesalahan atau kekurangan adalah hal yang sulit diterima. Apabila mereka merasa keputusan yang diambil adalah kesalahan besar, maka mereka mudah merasakan penyesalan.
Ketidakmampuan untuk menerima kesalahan membuat perfeksionis terus menyalahkan diri sendiri. Hal itu memicu mereka untuk menganalisis ulang setiap langkah yang diambil. Imbasnya penyesalan terus muncul karena ketidakpuasan dengan hal yang terjadi.
4. Kerap membayangkan hasil ideal yang tidak tercapai

Perfeksionis kerap membayangkan hasil yang sempurna dan ideal untuk setiap keputusan. Ketika realitas tidak sesuai dengan bayangan ideal, mereka merasa kecewa dan menyesal. Imajinasi demikian membuat mereka terus merasa kurang puas dengan hasil yang ada.
Bayangan hasil ideal yang tidak tercapai membuat perfeksionis meragukan keputusan yang diambil. Mereka merasa ada hal yang kurang dan terus berpikir seharusnya bisa lebih baik. Hal itu menyebabkan perfeksionis terjebak dalam penyesalan yang berulang.
5. Menghindari keputusan yang berisiko

Perfeksionis cenderung memilih keputusan yang aman karena takut akan kegagalan dan risiko. Meskipun aman, terkadang keputusan yang diambil pun memungkinkan untuk tidak memberikan hasil yang memuaskan. Imbasnya mereka menyesal karena merasa seharusnya bisa lebih berani.
Memahami alasan mengapa perfeksionis lebih rentan menyesali keputusan dapat membantu mengelola ekspektasi dan emosi. Dengan mengenali pola pikir yang terlalu kritis, kita dapat belajar lebih fleksibel dalam menerima hasil. Menurunkan standar yang terlalu tinggi dapat membantu kita menikmati proses dan hasil tanpa penyesalan berlebihan.
Pada akhirnya, tidak ada keputusan yang sepenuhnya sempurna, dan ketidaksempurnaan adalah bagian dari kehidupan. Menghargai keputusan yang sudah dibuat dan belajar darinya adalah kunci ketenangan dalam hidup. Semoga kita bisa belajar lebih bijak dalam menghadapi pilihan hidup tanpa dibebani penyesalan yang tidak perlu.