Psikolog: Childfree Pilihan Personal, Bukan karena Ikut Tren

Jika dijadikan kampanye, bisa memberikan reaksi yang berbeda

Medan, IDN Times- Psikolog Klinis, Yenni Merdeka Sakti mengatakan memiliki anak atau tidak sama sekali merupakan pilihan yang sangat personal. Namun, jika dijadikan kampanye bisa memberikan reaksi yang berbeda-beda kepada setiap orang.

"Childfree itukan sangat personal. Itu keputusan pribadi dan bisa juga bersama pasangannya," ujarnya kepada IDN Times, Kamis (16/2/2023).

1. Childfree adalah keputusan personal

Psikolog: Childfree Pilihan Personal, Bukan karena Ikut Trenilustrasi nuraga atau simpati (.pexels.com/SHVETS production)

Menurut Yenni, childfree adalah keputusan personal, bukan karena ikut tren. Jika dilihat dengan setiap keputusan itu bisa lebih baik. Namun, dilihat by case, ada orang yang punya luka dan tidak siap untuk memiliki anak.

"Ada yang punya luka pengasuhan. Namun seiring dengan hasil obrolan bersama suami, ya sudah gak mau mengasuh anak," katanya. Di sisi lain, ada juga yang ingin bertumbuh dan menyembuhkan diri.

"Dengan punya anak, dia bisa menyembuhkan luka pengasuhan yang dia punya sembari membesarkan anaknya," ujar Yenni.

Baca Juga: Pilih Childfree? Terapkan 3 Perencanaan Keuangan Ini

2. Apapun pilihan yang diambil, maka harus bisa saling menghargai

Psikolog: Childfree Pilihan Personal, Bukan karena Ikut Trenilustrasi memberikan ASI (pexels.com/William Fortunato)

Menurutnya, pilihan untuk childfree harusnya lebih personal. Bisa juga dengan memilih untuk mengurus anak-anak yang sudah ada. "Bisa dilakukan mengurus anak-anak yang sudah ada tanpa menambah populasi," katanya.

Untuk itu, apapun pilihan yang diambil maka harus bisa saling menghargai satu sama lain. "Berapa orang yang sudah berjuang, yang usaha banget untuk bayi tabung. Saling menghargai aja," ucapnya.

3. Jadi Ibu adalah proses belajar sepanjang usia

Psikolog: Childfree Pilihan Personal, Bukan karena Ikut TrenIlustrasi anak-anak (IDN Times/Ayu Afria)

Yenni menjelaskan, fitrahnya perempuan ketika sudah menikah maka berpotensi untuk punya anak. Pada awalnya, semua perempuan tidak siap menjadi ibu. Namun, karena proses kehamilan, maka tumbuh rasa naluri keibuan. 

"Hamil itu sebenarnya proses pendidikan, menumbuhkan rasa naluri keibuan. Makanya itu ada sembilan bulan itu untuk belajar," ujarnya.

"Ya, pada awalnya semua wanita tidak siap menjadi ibu. Sekarang tergantung orangnya nih, mau belajar atau gak, untuk dia mempersiapkan jadi ibu atau gak," tambah Yenni.

Ia juga mengakui proses menjadi ibu, bukanlah proses yang mudah. Posisi ibu saat punya anak kecil dan remaja itu berbeda. "Balasannya juga yang dijanjikan juga main-main. Jadi ibu itu, belajar sepanjang usia," pungkasnya.

Baca Juga: 6 Public Figure Ini Putuskan Childfree, Gita Savitri Bikin Heboh!

Topik:

  • Doni Hermawan

Berita Terkini Lainnya