4 Teknik Storytelling untuk Mengenalkan Natal pada Anak

Momen natal adalah momen yang penuh kehangatan dan kebahagiaan dalam keluarga. Namun, bagi anak-anak, untuk memahami makna natal yang lebih dalam, rupanya tak selalu mudah.
Bicara tentang pengajaran dan parenting, ada salah satu teknik yang terbukti ampuh digunakan untuk menyampaikan pesan maupun nilai moral kepada anak, yaitu teknik storytelling atau bercerita. Storytelling selalu menjadi cara yang menyenangkan bagi anak dan efektif bagi orang tua.
Tentu, dengan teknik storytelling yang tepat, anak-anak bisa lebih mudah menyerap pesan moral dan budaya seputar Natal.
Berikut ini adalah empat teknik storytelling yang bisa digunakan untuk mengenalkan Natal pada anak-anak, dan tentunya prosesnya pun lebih menyenangkan.
1. Oral storytelling

Oral storytelling adalah metode mendongeng secara langsung yang telah digunakan sejak lama untuk menyampaikan cerita. Teknik ini bahkan sudah pernah kita alami secara langsung dan masih terus diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam menggunakan teknik ini, orang tua juga bisa memanfaatkan suara, ekspresi wajah, dan gestur untuk membuat cerita menjadi lebih hidup.
Berbagai poin tentang natal juga bisa diceritakan, misalnya mengenai kisah kelahiran Yesus, atau menggambarkan perjalanan panjang Maria dan Yusuf ke Bethlehem. Anak-anak biasanya juga sangat menikmati cerita yang dibawakan dan tanpa disadari belajar tentang makna natal melalui teknik ini.
Untuk membuat pengalaman lebih interaktif, orang tua juga bisa melibatkan anak-anak dalam cerita. Misalnya, dengan mengajak anak-anak membayangkan bagaimana rasanya menjadi gembala yang mendengar kabar dari malaikat atau orang Majus yang membawa hadiah ke bayi Yesus.
Untuk menggali lebih dalam mengenai makna natal tersebuut, di akhir cerita, orang tua dapat memberikan pertanyaan reflektif seperti, "Kalau kamu ada di sana, hadiah apa yang ingin kamu berikan kepada Yesus?" Teknik mendongeng ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan keuntungan dengan membangun koneksi emosional antara orang tua dengan anak.
2. Visual storytelling

Visual storytelling sebetulnya hampir sama dengan teknik mendongeng pada umumnya. Hanya saja, teknik bercerita ini melibatkan penggunaan media visual seperti gambar, ilustrasi, atau benda untuk menyampaikan cerita. Buku cerita bergambar tentang Natal adalah contoh alat yang sederhana tetapi sangat efektif untuk mengenalkan cerita kelahiran Yesus kepada anak-anak.
Buku cerita yang dipenuhi ilustrasi warna dan detail menarik dapat membantu anak-anak memahami suasana malam Natal di Bethlehem, dari kandang domba hingga bintang terang di langit. Atau, orang tua juga bisa menggunakan boneka tangan atau membuat diorama sederhana ke dalam cerita sebagai elemen yang interaktif.
Selain bercerita, orang tua juga bisa mengombinasikannya dengan aktivitas kreatif seperti menggambar atau mewarnai adegan Natal bersama anak. Hal ini bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk memperkuat cerita.
Banyak templat gambar yang tersedia di internet yang bisa digunakan untuk membantu memperkaya teknik ini. Tak hanya menyenangkan, selama beraktivitas, orang tua juga bisa memperkenalkan makna natal dengan lebih mendalam. Menyenangkan, bukan?
3. Written storytelling

Written storytelling bisa menjadi salah satu alternatif yang efektif bagi anak-anak yang mulai belajar membaca atau menulis. Untuk melakukan aktivitas ini, orang tuda dapat memulainya dengan membaca buku cerita Natal bersama anak.
Lakukan diskusi atau tanya jawab singkat tentang pesan moral di balik kisah natal yang sudah dibaca. Lalu setelah itu, orang tua dan anak dapat bersama-sama menulis tentang makna natal, refleksi, keinginan atau nilai-nilai yang mereka dapatkan dari kisah natal.
Agar tak monoton, orang tua juga bisa memodifikasi kegiatan ini dengan meminta anak menuliskan kisah natal dengan cara bercerita mereka sendiri. Berikan sarana dengan menulis menggunakan tulisan tangan ataupun digital, atau mungkin melakukannya bersama-sama dengan menambahkan ilustrasi dan mendengarkan kidung-kidung natal bersama.
Cara ini akan terasa menyenangkan dan tidak akan membuat anak bosan ketimbang memberikan mereka penuturan cerita terus-menerus. Bagaimana? Layak dicoba, bukan?
4. Digital storytelling

Di era digital, storytelling menjadi lebih dinamis dengan penggunaan teknologi. Orang tua bisa menggunakan aplikasi atau video animasi untuk menyampaikan kisah Natal dengan cara yang menarik. Misalnya, aplikasi interaktif yang memungkinkan anak-anak mengikuti perjalanan orang Majus atau menyaksikan kisah kelahiran Yesus dengan efek suara dan visual yang menarik.
Teknologi ini membuat cerita terasa lebih hidup dan relevan bagi anak-anak yang sudah terbiasa dengan perangkat digital. Selain itu, cobalah lakukan aktivitas digital sederhana bersama anak, seperti membuat slideshow dengan foto keluarga saat Natal sebelumnya sambil menceritakan kisah di balik foto-foto tersebut. Atau, ajak anak merekam video pendek tentang apa arti Natal bagi mereka. Hal ini akan memberikan kesan yang lebih mendalam bagi anak.
Storytelling adalah alat yang luar biasa untuk menyampaikan nilai-nilai dan tradisi Natal kepada anak-anak. Dengan memanfaatkan berbagai teknik di atas, mulai dari bercerita secara oral, visual, tertulis, maupun digital. Orang tua bisa menciptakan pengalaman belajar yang kaya, interaktif, dan penuh makna.
Setiap teknik tentu memiliki keunikan, kelebihan, bahkan kerepotannya tersendiri. Sehingga, orang tua bisa menyesuaikannya atau malah mengombinasikannya sesuai kebutuhan dan minat anak.
Mari jadikan Natal kali ini momen untuk tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga belajar tentang cinta kasih, harapan, dan kebahagiaan. Selamat bercerita dan selamat merayakan Natal!