TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Duta Kesehatan Mental Dorong Anak Muda Sumut Peduli Isu Kejiwaan

Jika kesehatan mental buruk, dapat memicu kejahatan remaja

Silvia Gea Duta Kesehatan Mental Sumatra Utara (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Selain diperingati sebagai hari internasional menentang hukuman mati, 10 Oktober juga diperingati sebagai hari kesehatan mental sedunia. Tema hari kesehatan mental sedunia tahun ini berdasarkan apa yang dirilis WHO melalui situs resminya adalah "our minds, our rights" yang berarti "pikiran kami, hak kami".

Hari ini dianggap merupakan salah satu momentum yang tepat untuk menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan mental demi menciptakan lingkungan yang sehat lagi suportif.

Meskipun secara formal hari ini diperingati hari kesehatan mental sedunia, Duta Kesehatan Mental Sumatra Utara, Silvia Gea, menilai jika merawat kesehatan mental harus dilakukan sepanjang hari.

Apalagi bagi anak-anak muda yang kerap mengalami stres dan emosi yang tidak stabil. Sebab, jika anak muda teridentifikasi sehat mental, keberanian dan keputusan yang diambil dianggap lebih jernih dan selektif.

Baca Juga: Penyakit Usus Buntu, Kenali Penyebab dan Ciri-cirinya

1. Anak muda Sumut harus peduli isu kesehatan mental

Silvia saat membahas isu kesehatan mental dengan para pemuda (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Silvia menilai jika banyak aspek yang dapat ditentukan dari mental. Keadaan mental yang buruk dianggapnya dapat menstimulus dan menciptakan sebuah perilaku buruk dan kejahatan remaja.

"Kesehatan mental itu sangat penting karena mempengaruhi seluruh aspek dalam kehidupan kita, mulai dari bagaimana kita merasakan sesuatu, berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dengan dunia sekitar," kata Silvia.

Perempuan yang juga merupakan leader dari kegiatan bersih-bersih di Kota Medan ini memandang jika peran anak muda sangat dibutuhkan dalam mendukung lingkungan yang inklusif dan peka terhadap kesehatan mental. Sebab, anak muda dianggapnya sebagai sosok yang dapat menentukan arah bangsa.

"Sudah tentu jika anak muda kurang edukasi tentang kesehatan mental, dapat kita lihat sendiri akan menimbulkan banyaknya anak muda yang menjadi pelaku terhadap kekerasan yang terjadi di tengah masyarakat. Misalnya perundungan terhadap temannya sendiri. Hal itu, kan, sebenarnya masih dianggap sebagai perilaku yang wajar oleh anak muda sebagai kebandalan remaja, padahal dampak dari perundungan ini sangat besar. Baik itu verbal bullying atau cyber bullying yang dilakukan secara langsung atau tidak. Sama-sama buruk," tuturnya.

Silvia menilai jika masih banyak kasus perundungan yang merupakan perilaku kejahatan mental itu di Sumut, terlebih di lingkungan sekolah.

"Bahkan di lingkungan perkuliahan juga ada. Seperti mereka tidak mendukung temannya atau mereka yang kebanyakan saling menjatuhkan. Ini merupakan suatu gejala yang harus disadari anak muda sebagai perilaku yang justru tidak mendukung kesehatan mental," kata perempuan yang gemar bersosialisasi ini.

2. Kesehatan mental merupakan tanggung jawab bersama

Silvia saat berdiskusi dengan teman-temannya (IDN Times/Eko Agus Herianto)

Selama masa abdinya menyandang gelar sebagai duta kesehatan mental, Silvia sering membuat konten-konten edukasi tentang kesehatan mental di segala platform serta turun ke lapangan melakukan wawancara dan survei-survei kepada masyarakat dan teman-temannya.

"Saya turun langsung ke lapangan juga agar saya lebih paham bagaimana, sih, seseorang dalam menghadapi permasalahan-permasalahan terkait dengan mental. Selain itu saya juga sering membuat gerakan kolaborasi bersama duta-duta lain membahas tentang isu kesehatan mental. Karena dampak dari buruknya kesehatan mental cukup krusial," ujar Silvia.

Sejauh ini, Silvia menilai antusias pemuda Sumut cukup baik dalam mendukung program yang mengangkat tajuk kesehatan mental. Sebab dinilainya, rata-rata pemuda-pemudi Sumut banyak yang mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya. Baik berskala berat atau ringan.

"Kesehatan mental ini merupakan tanggung jawab setiap individu, jadi masing-masing harus bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri dan juga kesehatan mental orang banyak. Jadi ini merupakan tanggung jawab kita bersama," kata perempuan asal Nias ini.

Baca Juga: Kisah Silvia, Putri Almarhumah Sopir Grab yang Ingin Jadi Dokter Gigi

Berita Terkini Lainnya